Teks -- Matius 15:1-26 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: Mat 15:6 - DEMI ADAT ISTIADATMU SENDIRI.
Nas : Mat 15:6
Beberapa orang Farisi membuat perintah Allah tidak berlaku lagi demi
adat istiadat mereka dan gagasan-gagasan manusia. Orang percaya...
Nas : Mat 15:6
Beberapa orang Farisi membuat perintah Allah tidak berlaku lagi demi adat istiadat mereka dan gagasan-gagasan manusia. Orang percaya dewasa ini harus waspada agar jangan menjadikan Firman Allah tidak berlaku karena adat istiadat, berbagai gagasan populer atau norma-norma budaya masa kini. Melakukan hal semacam itu berarti terjerumus ke dalam dosa orang Farisi dan para pemimpin Yahudi
(lihat cat. --> Mr 7:8).
[atau ref. Mr 7:8]
Full Life: Mat 15:8 - PADAHAL HATINYA JAUH DARI PADA-KU.
Nas : Mat 15:8
Lihat cat. --> Mr 7:6.
[atau ref. Mr 7:6]
Full Life: Mat 15:11 - ITULAH YANG MENAJISKAN ORANG.
Nas : Mat 15:11
Lihat cat. --> Mr 7:18
[atau ref. Mr 7:18]
BIS -> Mat 15:6
orang tuanya: beberapa naskah kuno: ayah atau ibunya.
Jerusalem: Mat 15:2 - adat istiadat nenek moyang Ialah tradisi lisan. Meskipun dikatakan bahwa adat istiadat itu hanya bermaksud menetapi hukum Taurat tertulis dengan saksama, namun pada kenyataannya...
Ialah tradisi lisan. Meskipun dikatakan bahwa adat istiadat itu hanya bermaksud menetapi hukum Taurat tertulis dengan saksama, namun pada kenyataannya menambah banyak. Menurut para rabi tradisi-tradisi itu berasal dari Musa melalui "nenek moyang"
Harafiah: makan roti.
Ialah dengan melayani dan menolong orang tua semestinya.
Jerusalem: Mat 15:6 - tidak wajib lagi Oleh karena barang yang dijanjikan kepada Allah telah menjadi "kudus", maka sama sekali tidak boleh dipergunakan lagi orang orang tua. Persembahan sem...
Oleh karena barang yang dijanjikan kepada Allah telah menjadi "kudus", maka sama sekali tidak boleh dipergunakan lagi orang orang tua. Persembahan semacam itu tidak mengakibatkan apa-apa, sehingga juga tidak ada persembahan nyata (kepada Allah). Persembahan itu hanya sebuah sarana kurang pantas untuk membebaskan diri dari kewajiban yang diperintahkan Allah. Meskipun para rabi menganggap persembahan (yang hanya dinazarkan tapi tidak diberikan) semacam itu tidak pantas, namun nazar itu syah juga.
Jerusalem: Mat 15:10-20 - -- Dengan alasan ketahiran tangan yang dipersoalkan orang Farisi, Mat 15:2, Yesus membahas soal yang lebih umum, yaitu: masalah barang makanan tertentu y...
Dengan alasan ketahiran tangan yang dipersoalkan orang Farisi, Mat 15:2, Yesus membahas soal yang lebih umum, yaitu: masalah barang makanan tertentu yang menurut hukum Taurat, Ima 11, tidak halal karena najis. Yesus mengajar bahwa kemurnian akhlak harus diutamakan dari kenajisan menurut hukum, sebab hanya kemurnian akhlak yang benar-benar penting, Kis 10:9-16,28; Rom 14:14 dst.
Jerusalem: Mat 15:22 - dari daerah itu Perempuan itu keluar dari daerah kafir dan masuk tanah Israel. Maka kalau Yesus akhirnya memberi apa yang diminta, ini terjadi di tanah Israel dan tid...
Perempuan itu keluar dari daerah kafir dan masuk tanah Israel. Maka kalau Yesus akhirnya memberi apa yang diminta, ini terjadi di tanah Israel dan tidak di daerah kafir.
Jerusalem: Mat 15:23 - Suruhlah ia pergi Murid-murid itu meminta, supaya Yesus menyuruh perempuan itu pergi dengan mengabulkan permohonannya. Kata Yunani yang sama terdapat dalam Mat 18:27; M...
Jerusalem: Mat 15:26 - -- Yesus harus mengusahakan dahulu keselamatan orang Israel, yang telah menjadi "anak" Allah dan ahliwaris janji-janji, sebelum dapat mengusahakan kesela...
Yesus harus mengusahakan dahulu keselamatan orang Israel, yang telah menjadi "anak" Allah dan ahliwaris janji-janji, sebelum dapat mengusahakan keselamatan orang kafir yang dalam pandangan Yahudi hanya "anjing". Oleh karena ungkapan itu sudah tradisionil dan Yesus menggunakan sebuah kata yang berarti "anjing kecil", maka nada menghina yang ada pada kata itu berkurang.
Ende: Mat 15:2 - Membasuh tangan Membasuh tangan sebelum makan bukan termasuk perintah
taurat, melainkan hanja suatu "adat" buah tafsiran pitjik orang parisi. Dalam
taurat hanja para ...
Membasuh tangan sebelum makan bukan termasuk perintah taurat, melainkan hanja suatu "adat" buah tafsiran pitjik orang parisi. Dalam taurat hanja para imam disuruh membasuh tangan sebelum melakukan persembahan didalam kenisah. Djadi murid-murid Jesus bukan melanggar hukum Allah.
Ende: Mat 15:3 - -- "Kurban". Menurut adat istiadat Jahudi orang dapat mempersembahkan harta-bendanja
kepada Allah, dengan menjebutnja "kurban" sadja. Sesudah dipersembah...
"Kurban". Menurut adat istiadat Jahudi orang dapat mempersembahkan harta-bendanja kepada Allah, dengan menjebutnja "kurban" sadja. Sesudah dipersembahkan setjara demikian, dia mendjadi milik kenisah dan tidak boleh digunakan untuk maksud djasmani lagi, djuga tidak untuk membajar utang atau seperti disini, untuk menolong ibu-bapa jang sedang dalam kesusahan manapun djuga. Jesus menegaskan bahwa adat ini didasarkan pada tafsiran salah dan berlawanan dengan hukum Allah jang hakiki.
Wanita ini bangsa Kanaan, djadi seorang "kafir".
Ende: Mat 15:24 - Hanja bagi domba-domba umat Israel Memang menurut rentjana penjelamatan jang
ditentukan Allah dari kekal, tugas Jesus jang langsung ialah mendirikan
Keradjaan Allah ditengah-tengah kaum...
Memang menurut rentjana penjelamatan jang ditentukan Allah dari kekal, tugas Jesus jang langsung ialah mendirikan Keradjaan Allah ditengah-tengah kaum Israel, supaja mereka kemudian mengembangkannja sampai keudjung bumi. Namun demikian tafsirannja tentang terbatasnja tugas itu bukan sempit. Dimana sadja ada suatu kesempatan, seperti disini, Ia menundjuk bahwa tjinta-kasihnja meliputi segala bangsa.
Ref. Silang FULL: Mat 15:4 - dan ibumu // dihukum mati · dan ibumu: Kel 20:12; Ul 5:16; Ef 6:2
· dihukum mati: Kel 21:17; Im 20:9
Ref. Silang FULL: Mat 15:9 - perintah manusia // · perintah manusia: Kol 2:20-22
· : Yes 29:13; Mal 2:2
· perintah manusia: Kol 2:20-22
Ref. Silang FULL: Mat 15:11 - yang menajiskan // yang menajiskan · yang menajiskan: Kis 10:14,15; Kis 10:14; Kis 10:15
· yang menajiskan: Mat 15:18
· yang menajiskan: Kis 10:14,15; [Lihat FULL. Kis 10:14]; [Lihat FULL. Kis 10:15]
· yang menajiskan: Mat 15:18
· tidak ditanam: Yes 60:21; 61:3
Ref. Silang FULL: Mat 15:14 - orang buta // dalam lobang · orang buta: Mat 23:16,24; Rom 2:19
· dalam lobang: Luk 6:39
· orang buta: Mat 23:16,24; Rom 2:19
· dalam lobang: Luk 6:39
· dapat memahaminya: Mat 16:9
· dan hujat: Gal 5:19-21
· yang menajiskan: Rom 14:14
Ref. Silang FULL: Mat 15:22 - Anak Daud // kerasukan setan · Anak Daud: Mat 9:27; Mat 9:27
· kerasukan setan: Mat 4:24; Mat 4:24
· umat Israel: Mat 10:6,23; Rom 15:8
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry: Mat 15:1-9 - Yesus Mengecam Ahli-ahli Taurat dan Orang-orang Farisi
Dalam pasal ini diceritakan tentang Yesus Tuhan kita, yang sebagai Nabi besar mengajar, sebagai Tabib yang ajaib menyembuhkan, dan sebagai Gembala...
- Dalam pasal ini diceritakan tentang Yesus Tuhan kita, yang sebagai Nabi besar mengajar, sebagai Tabib yang ajaib menyembuhkan, dan sebagai Gembala yang agung memberikan makanan bagi domba-domba-Nya. Sebagai Bapa dari segala roh, Ia memberikan perintah kepada roh-roh itu; sebagai Penakluk Iblis, Ia mengusirnya; dan sebagai seorang yang peduli terhadap tubuh jasmani manusia, Ia memberikan makanan bagi mereka. Dalam pasal ini terdapat,
- I. Percakapan Kristus dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengenai adat istiadat dan peraturan manusia (ay. 1-9).
- II. Percakapan-Nya dengan orang banyak dan dengan murid-murid-Nya mengenai hal-hal yang menajiskan manusia (ay. 10-20).
- III. Pengusiran setan oleh-Nya dari tubuh anak perempuan seorang wanita Kanaan (ay. 21-28).
- IV. Penyembuhan-Nya atas semua orang yang dibawa kepada-Nya (ay. 29-31).
- V. Penyediaan makanan yang diadakan-Nya untuk empat ribu laki-laki, dari tujuh potong roti dan beberapa ikan kecil (ay. 32-39).
Yesus Mengecam Ahli-ahli Taurat dan Orang-orang Farisi (15:1-9)
- Ada pepatah, tindakan-tindakan jahat melahirkan hukum-hukum yang baik. Keinginan guru-guru Yahudi yang menggebu untuk menyokong kedudukan mereka menimbulkan banyak perkataan yang sangat baik dari Juruselamat kita dalam menetapkan kebenaran, seperti yang disaksikan dalam perikop ini.
- I. Di sini kita melihat teguran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terhadap murid-murid Kristus karena mereka tidak membasuh tangan sebelum makan. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi adalah para pembesar dalam jemaat Yahudi. Mereka memperoleh berbagai keuntungan dengan memakai alasan kesalehan. Mereka memusuhi Injil Kristus, tetapi mewarnai perlawanan mereka itu dengan berpura-pura sangat mencintai hukum Musa. Padahal sebenarnya tidak ada niat seperti itu dalam hati mereka kecuali hanya untuk menyokong kekuasaan mereka yang sewenang-wenang atas hati nurani orang banyak. Mereka adalah orang-orang berpendidikan dan pandai berbisnis. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi di sini datang dari Yerusalem, kota suci, kota utama, ke mana suku-suku berziarah, dan di mana ditaruh kursi-kursi pengadilan. Mengingat hal ini, mereka seharusnya lebih baik daripada yang lain; namun, mereka malah yang lebih buruk. Perhatikanlah, hak-hak istimewa lahiriah, jika tidak dikembangkan dengan sebagaimana mestinya, biasanya membuat orang menjadi semakin sombong dan jahat. Yerusalem, yang seharusnya merupakan mata air yang murni, kini sudah menjadi kolam penampung kotoran yang beracun. Bagaimana ini, kota yang dahulu setia sekarang sudah menjadi sundal!
- Nah, jika orang-orang besar seperti ini yang menjadi penuduh, coba tebak, seperti apa tuduhan mereka itu? Aturan-aturan apa yang mereka lancarkan untuk menyerang murid-murid Kristus?
- Astaga, ternyata yang mereka tuduhkan itu adalah ketidaktaatan murid-murid Kristus terhadap peraturan-peraturan jemaat mereka (ay. 2), "Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang kita?" Tuduhan ini mereka perkuat dengan memberikan satu contoh khusus, "Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan." Sungguh suatu tindak pelanggaran yang sebenarnya sangat remeh! Kita bisa melihat di sini bahwa murid-murid Kristus membawa diri dengan baik, sehingga hanya inilah hal terburuk yang bisa dituduhkan kepada mereka.
- Perhatikanlah:
- . Apa adat istiadat nenek moyang ini, yaitu bahwa orang harus sering membasuh tangan, dan harus melakukannya setiap kali mereka mau makan. Mereka sangat menekankan hal ini sebagai suatu bagian dari perintah agama, dengan menganggap bahwa makanan yang mereka sentuh dengan tangan yang tidak dibasuh akan membuat mereka najis. Orang-orang Farisi mempraktikkan hal ini dalam hidup mereka, dan dengan tegas juga memaksakannya kepada orang lain. Jika orang tidak menjalankannya, mereka tidak menjatuhkan hukuman-hukuman sipil, melainkan menghubungkannya dengan masalah hati nurani, yaitu sebagai dosa terhadap Allah. Rabi Joses menegaskan bahwa "makan dengan tangan yang tidak dibasuh adalah dosa besar seperti berzinah." Dan Rabi Akiba lainnya, ketika ia dipenjara, selalu minta dikirimi air yang ia pakai untuk membasuh tangannya sebelum makan dan sekaligus untuk minum. Suatu kali ketika sebagian besar air itu tumpah dengan tidak sengaja, ia menggunakan sisa yang ada untuk membasuh tangannya, sekalipun karena itu ia tidak mempunyai air untuk minum. Ia berkata bahwa ia lebih memilih mati daripada melanggar adat istiadat nenek moyang. Bahkan lebih dari itu, orang Yahudi juga tidak mau makan dengan orang yang tidak membasuh tangannya terlebih dulu sebelum makan. Semangat yang membara untuk suatu perkara yang sepele ini tampak aneh jika kita tidak melihat bahwa hal ini pun dijalankan oleh para penindas gereja, yang tidak hanya senang menjalankan temuan-temuan mereka sendiri, tetapi juga keras dalam memaksakan tuntutan-tuntutan mereka kepada orang lain.
- . Apa pelanggaran terhadap adat istiadat atau peraturan yang dilakukan oleh murid-murid ini. Tampaknya mereka tidak membasuh tangan ketika mereka makan, dan ini sangat menyinggung hati orang-orang Farisi, sebab mereka ini sangat ketat dan teliti dalam hal-hal yang demikian. Adat kebiasaan ini sendiri sebenarnya tidak merugikan, dan pantas untuk dijalankan dalam masyarakat. Kita juga membaca tentang air yang digunakan untuk pembasuhan pada acara perkawinan yang dihadiri oleh Kristus sendiri (Yoh. 2:6), walaupun Kristus mengubahnya menjadi anggur, dan dengan demikian menghentikan penggunaan air untuk tujuan tersebut. Tetapi ketika pembasuhan tangan ini dijalankan dan dipaksakan sebagai suatu ritus dan upacara agama, dengan diberi penekanan yang sedemikian rupa, para murid, meskipun lemah dalam hal pengetahuan, sudah dididik dengan begitu baik sehingga mereka tidak mau mengikuti atau melaksanakannya, sekalipun ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi sedang mengawasi mereka. Mereka sudah belajar ajaran serupa yang dikatakan oleh Rasul Paulus, bahwa "Segala sesuatu halal bagiku." Tentu saja membasuh tangan sebelum makan itu diperbolehkan, tetapi aku tidak akan membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun, terutama oleh mereka yang berkata kepada jiwa mereka, "Tunduklah, supaya kami lewat menginjak engkau" (1Kor. 6:12).
- . Apa kecaman ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terhadap murid-murid Kristus. Mereka berselisih dengan Kristus mengenai hal itu. Mereka menganggap bahwa Kristuslah yang memperbolehkan murid-murid melakukannya, mengikuti contoh perbuatan-Nya sendiri. "Mengapa murid-murid-Mu melanggar peraturan-peraturan ibadat? Dan mengapa Engkau membiarkan mereka melakukannya?" Memang baik mereka menyampaikan keluhan itu kepada Kristus, sebab murid-murid, walaupun mereka sendiri sadar mengenai apa yang telah mereka lakukan itu, mungkin tidak begitu mampu seperti yang diharapkan, untuk memberikan alasan mengapa mereka melakukannya.
- II. Berikut ini adalah jawaban Kristus terhadap kecaman itu, dan bagaimana Ia membenarkan murid-murid terhadap apa yang dituduhkan kepada mereka sebagai sebuah pelanggaran. Perhatikanlah, apabila kita berdiri teguh dalam kebebasan yang telah diberikan Kristus, maka Ia pun pasti akan menopang kita di dalam kebebasan itu.
- Dengan dua cara yang dipakai Kristus menanggapi mereka:
- . Dengan cara balik menuduh (ay. 3-6). Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi melihat selumbar dalam mata murid-murid Kristus, tetapi Kristus menunjukkan balok dalam mata mereka sendiri. Namun apa yang dituduhkan-Nya terhadap mereka bukanlah sekadar tuduhan balasan, sebab kita tidak akan dibenarkan jika mengutuk orang-orang yang mengutuk kita. Sebaliknya, tuduhan-Nya itu merupakan suatu kecaman terhadap adat istiadat mereka sendiri (dan kewenangan yang mereka gunakan sebagai dasar bagi tuduhan mereka); sehingga dengan demikian, ketidaktaatan terhadap adat istiadat itu bukan hanya diperbolehkan, melainkan juga membuat perlawanan terhadapnya menjadi suatu kewajiban untuk dilakukan. Kewenangan manusia tidak boleh dituruti jika itu bertentangan dengan kewenangan ilahi.
- (1) Tuduhan-Nya kepada mereka secara umum adalah, "Mengapa kamu pun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu." Mereka menyebutnya adat istiadat nenek moyang, dengan menekankan pelaksanaannya yang sudah dari zaman dulu, dan kewenangan mereka yang mengharuskan pelaksanaannya, tetapi Kristus menyebut adat istiadat ini sebagai adat milik mereka. Perhatikanlah tuduhan memaksakan tuntutan-tuntutan yang tidak sah akan dikenakan pada orang-orang yang mendukung dan melaksanakan tuntutan-tuntutan itu, termasuk mereka yang terus menjaganya dan yang pertama kali menemukan serta memerintahkannya (Mi. 6:16). "Kamupun melanggar perintah Allah." Perhatikanlah, orang yang paling bersemangat dengan tuntutan-tuntutan mereka sendiri biasanya adalah yang paling ceroboh dalam menjalankan perintah-perintah Allah. Inilah alasannya mengapa murid-murid Kristus harus berjaga-jaga terhadap segala tuntutan seperti itu, sebab, meskipun berbagai tuntutan itu pada awalnya hanya tampak melanggar kebebasan orang Kristen, lama-kelamaan semua itu akan berlawanan dengan kewenangan Kristus. Walaupun orang-orang Farisi, dalam perintah membasuh tangan sebelum makan ini, tidak mengaitkannya dengan perintah Allah mana pun, namun karena dalam hal-hal lain mereka mengaitkannya, Kristus membenarkan ketidakpatuhan murid-murid terhadap perintah itu.
- (2) Bukti dari tuduhan ini dapat dilihat dalam satu contoh, yakni pelanggaran mereka terhadap perintah kelima.
- [1] Mari kita lihat apa perintah Allah itu (ay. 4), dan apa peraturan serta sanksi dari hukum itu.
- Peraturan dari hukum itu adalah, "Hormatilah ayahmu dan ibumu." Ini diperintahkan oleh Bapa seluruh umat manusia, dan dengan menghormati orangtua yang telah dipakai Allah Sang Pemelihara sebagai alat untuk keberadaan kita, kita memberikan penghormatan kepada Dia yang adalah Pemberi kehidupan. Dia juga yang menaruh gambar-Nya pada mereka, seperti juga kepada kita. Semua kewajiban anak-anak kepada orangtua sudah termasuk dalam perintah untuk menghormati orangtua ini, yang merupakan sumber dan dasar bagi semua perintah yang lain. Jika aku ini bapa, di manakah hormat yang kepadaku itu? Juruselamat kita mengartikan perintah ini sebagai kewajiban anak-anak untuk memelihara dan melayani kebutuhan orangtua mereka, jika diperlukan, dan agar mereka selalu siap sedia untuk membantu dan menghibur orangtua mereka. "Hormatilah janda-janda," yang berarti, jagailah mereka (1Tim. 5:3).
- Sanksi dari hukum dalam perintah kelima ini adalah sebuah janji, yaitu supaya lanjut umurmu. Tetapi Juruselamat kita mengesampingkannya di sini, agar jangan ada orang yang berpikir bahwa itu hanyalah perintah yang terpuji dan menguntungkan. Sebaliknya, Ia menekankan hukuman yang akan ditimpakan untuk pelanggaran terhadap perintah ini yang diambil dari kitab lain, yang menyatakan bahwa kewajiban ini teramat penting, "Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya, ia pasti dihukum mati." Hukuman ini tertulis dalam Keluaran 21:17. Dosa mengutuki orangtua di sini dipertentangkan dengan kewajiban untuk menghormati mereka. Orang yang mencela orangtua mereka, atau yang mengharapkan sesuatu yang buruk terjadi atas mereka, yang menghina mereka, atau yang melontarkan kata-kata cemooh dan kasar terhadap mereka, melanggar perintah ini. Jika melontarkan kata "kafir" kepada sesama kita bisa dikenai hukuman yang begitu berat, apalagi jika kita sampai berbuat demikian terhadap ayah kita? Melihat maksud Juruselamat kita terhadap hukum ini, tampak bahwa tidak melayani atau tidak menolong orangtua juga bisa disebut sebagai mengutuki mereka. Sekalipun bahasa yang kita pakai cukup menunjukkan rasa hormat dan tidak melecehkan, namun apa gunanya itu jika perbuatan kita tidak sesuai? Ini sama saja dengan orang yang berkata, "Baik, Bapa," tetapi ia tidak pergi (21:29).
- [2] Mari kita lihat apa yang menjadi pertentangan antara adat istiadat nenek moyang ini dengan perintah kelima. Pertentangan itu tidak tampak langsung dan jelas, melainkan tersirat. Ahli-ahli tafsir itu sudah memberikan bermacam-macam peraturan yang sedemikian rupa sehingga membuat mereka dapat menghindar dengan mudah dari kewajiban menjalankan perintah kelima ini (ay. 5, 6). Kamu sudah mendengar apa yang dikatakan Allah, tetapi kamu berkata begini, begitu. Perhatikanlah, apa yang dikatakan orang, bahkan orang yang terhormat, yang terpelajar, dan yang berkuasa sekalipun, harus diuji dengan apa yang dikatakan Allah, dan jika didapati bahwa perkataan mereka itu bertentangan atau tidak berpadanan, maka kita boleh dan harus menolaknya (Kis. 4:19).
- Perhatikan baik-baik:
- Pertama, apa adat istiadat mereka itu. Bahwa dalam hal apa saja orang lebih baik memberikan harta miliknya kepada para imam dan mempersembahkannya untuk pelayanan di Bait Allah. Juga bahwa ketika harta itu sudah dipersembahkan demikian, maka mereka bukan hanya dilarang untuk mengambilnya kembali, melainkan juga bahwa semua kewajiban lain, seberapa benar dan kudus pun kewajiban itu, sudah digantikan oleh persembahan tadi, dan, oleh karena itu, orang tersebut dibebaskan dari semua kewajibannya yang lain itu. Peraturan ini berkembang sebagian karena sikap mereka yang mengedepankan ritus agama, dan pandangan takhayul mereka terhadap Bait Allah, dan sebagian lagi karena sifat rakus dan cinta mereka akan uang, sebab apa yang diberikan di Bait Allah akan menjadi milik mereka. Alasan yang pertama tadi adalah tampak luar yang mereka perlihatkan, sedangkan alasan yang kedua adalah apa yang sebenarnya mendasari adat istiadat ini.
- Kedua, bagaimana perintah ini diterapkan demi keuntungan seorang anak. Ketika orangtua membutuhkan bantuan dari anak mereka, anak ini boleh memberikan alasan bahwa semua harta yang dapat dia sisihkan dari dirinya dan anak-anaknya telah dipersembahkan kepada Bait Allah, "Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk persembahan kepada Allah," dan karena itu orangtua tidak bisa mengharapkan apa-apa lagi dari anak-anak mereka. Hal ini menyiratkan bahwa mereka menganggap ada keuntungan rohani yang diperoleh melalui persembahan mereka kepada Allah itu bagi orangtua mereka, dan orangtua mereka harus hidup dari keuntungan rohani itu. Dalam pikiran mereka, alasan seperti ini baik dan sah-sah saja, dan banyak anak nakal dan durhaka memanfaatkan kesempatan ini, dan mereka pun dibenarkan dalam hal ini, dengan perkataan, "Orang itu tidak wajib lagi." Begitulah yang dapat kita artikan. Sebagian orang mengartikannya lebih jauh lagi, dengan berkata, "Ia berbuat baik, dan umurnya akan lanjut di tanah ini, dan ia akan dipandang sebagai orang yang sudah melaksanakan perintah kelima dengan baik." Alasan keagamaan membuat tindakan penolakan seseorang untuk menyediakan kebutuhan bagi orangtuanya itu tidak hanya bisa dimengerti tetapi juga diterima. Namun keganjilan dan ketidaksalehan adat kebiasaan ini sangatlah jelas, sebab agama wahyu dimaksudkan untuk memperbaiki, bukan untuk merobohkan agama alami, yang salah satu hukum dasarnya adalah menghormati orangtua. Seandainya mereka tahu apa arti dari perkataan, "Yang Kukehendaki ialah keadilan, dan belas kasihan, dan bukan persembahan," maka mereka mungkin tidak akan membuat ritus-ritus yang membingungkan dan merusak moral seperti ini. Ini sama saja dengan menyatakan firman Allah tidak berlaku. Perhatikanlah, apa pun yang memperbolehkan atau yang mengarah kepada ketidaktaatan, pasti sebagai akibatnya akan membuat perintah Allah tidak berlaku lagi, dan orang yang berusaha membuang hukum Allah, menurut ajaran Kristus di sini, sudah mencabut dan membatalkannya. Melanggar hukum itu buruk, tetapi mengajar orang lain untuk melakukannya, seperti ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu, jauh lebih buruk lagi (5:19). Untuk apa perintah Allah diberikan jika bukan untuk ditaati? Peraturan tidak mempunyai dampak apa-apa bagi kita jika kita tidak mau diatur olehnya. Waktu untuk bertindak telah tiba bagi TUHAN, waktu yang sangat baik bagi Pembaru dan Pemurni yang agung untuk muncul, sebab mereka telah merombak Taurat-Mu (Mzm. 119:126). Mereka bukan hanya berdosa terhadap perintah, melainkan juga, sejauh yang mereka perbuat di sini, berdosa membuang perintah itu. Tetapi, syukur kepada Allah, kendati dengan segala perbuatan mereka dan adat istiadat mereka itu, perintah ini tetap berdiri dengan teguh dalam segala kekuatan, kuasa, dan kebajikannya.
- . Bagian kedua dari jawaban Kristus disampaikan oleh-Nya dengan cara mencela mereka. Di sini Ia mendakwa mereka dengan masalah kemunafikan, "Hai orang-orang munafik" (ay. 7). Perhatikanlah, adalah hak istimewa Dia yang menyelidiki hati dan mengetahui apa yang ada dalam hati manusia untuk menyatakan siapa-siapa saja yang munafik. Mata manusia dapat memandang kecemaran yang terbuka, namun hanya mata Kristuslah yang dapat mencermati kemunafikan (Luk. 16:15). Seperti halnya dosa ditangkap oleh mata-Nya, demikian juga dosa dibenci oleh jiwa-Nya.
- Nah, Kristus mengambil teguran-Nya dari Yesaya 29:13. "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu." Yesaya berbicara tentang orang-orang dari angkatan yang ia nubuatkan, namun Kristus menerapkannya pada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi ini. Perhatikanlah, teguran-teguran atas dosa dan orang-orang berdosa yang ada dalam Alkitab dirancang untuk menjangkau orang-orang dan perbuatan-perbuatan yang serupa sampai pada akhir zaman, sebab teguran-teguran itu bukanlah hasil penafsiran menurut kehendak sendiri (2Ptr. 1:20). Orang-orang berdosa pada akhir zaman sudah dinubuatkan (1Tim. 4:1; 2Tim. 3:1; 2Ptr. 3:3). Ancaman-ancaman yang ditujukan kepada orang lain juga ditujukan kepada kita, jika kita bersalah atas dosa yang sama. Yesaya tidak hanya bernubuat mengenai mereka saja, melainkan juga mengenai semua orang munafik lainnya, dan perkataannya masih ditujukan kepada mereka sampai sekarang, dan masih berlaku dengan sama kuatnya. Nubuat-nubuat Alkitab terus digenapi setiap hari.
- Nubuat ini dengan tepat menggambarkan sebuah bangsa yang munafik (Yes. 9:16; 10:6).
- Berikut ini kita melihat:
- (1) Gambaran orang-orang munafik dalam dua hal:
- [1] Dalam menjalankan ibadah-ibadah mereka sendiri (ay. 8), ketika mereka memuliakan Allah dengan bibir mereka, padahal hati mereka jauh dari pada-Nya.
- Perhatikanlah:
- Pertama, seberapa jauh orang munafik bertingkah. Ia mendekatkan diri pada Allah dan menghormati-Nya. Menurut pengakuannya, ia adalah seorang penyembah Allah. Orang Farisi pergi ke Bait Allah untuk berdoa. Ia tidak berdiri di tempat yang jauh seperti yang dilakukan orang-orang yang hidup tanpa Allah di dalam dunia, melainkan termasuk di antara orang-orang yang dekat dengan-Nya. Mereka menghormati-Nya, yang artinya, mereka menunjukkan bahwa mereka menghormati Allah, dan mereka bergabung bersama orang-orang yang menghormati-Nya. Sebagian dari penghormatan yang Allah terima bahkan berasal dari ibadah-ibadah orang munafik, walaupun mereka tidak bermaksud menghormati-Nya, sebab mereka membantu menjaga rupa dan bentuk kesalehan di dunia, yang darinya Allah menerima penghormatan untuk diri-Nya sendiri. Ketika musuh-musuh Allah menyerahkan diri, meskipun dengan berpura-pura, dan ketika mereka tunduk menjilat kepada-Nya, begitulah yang dikatakan dalam Mazmur 66:3, maka hal itu turut memberikan penghormatan kepada-Nya, dan dengan demikian memasyhurkan nama-Nya.
- Kedua, di mana ia berhenti dan memulai. Semuanya itu hanya dilakukan dengan mulut dan bibirnya. Kesalehannya hanya sebatas gigi dan bagian luar. Ia menunjukkan banyak cinta, tetapi hanya itu saja, di dalam hatinya tidak ada cinta sejati. Mereka membuat suara mereka didengar di tempat tinggi (Yes. 58:4), dan menyebut nama Tuhan (Yes. 48:1). Orang-orang munafik adalah orang yang hanya bermanis-manis bibir belaka dalam hal agama dan ibadah. Dalam perkataan lidah, orang-orang yang paling munafik dapat berbuat sebaik orang-orang kudus, dan berbicara dengan suara yang semanis suara Yakub.
- Ketiga, dalam hal apa ia kurang. Kekurangannya ada dalam hal yang utama, yakni "Hati mereka jauh dari pada-Ku," jauh dari persekutuan hidup dengan Allah (Ef. 4:18), terus mengembara dan berdiam di tempat lain. Ia tidak mempunyai pikiran yang sungguh-sungguh tentang Allah, tidak mempunyai perasaan kasih yang tulus terhadap-Nya, tidak peduli dengan masalah jiwa dan kekekalan, dan tidak memiliki pikiran-pikiran untuk beribadah. Allah dekat di mulutnya, tetapi Ia jauh dari hatinya (Yer. 12:2; Yeh. 33:31). Hatinya, seperti mata orang bebal, melayang sampai ke ujung bumi. Merpati yang tolol adalah merpati yang tidak berakal, begitu pula dengan kewajiban yang tolol (Hos. 7:11). Orang munafik berkata satu hal, namun berpikir tentang hal lain. Satu hal besar yang dilihat Allah dan yang ditanyakan-Nya adalah hati (Ams. 23:26). Jika hati jauh dari-Nya, maka ibadah yang dilakukan tidaklah masuk akal, dan karena itu tidak dapat diterima. Ibadah yang demikian sama seperti persembahan orang bodoh (Pkh. 4:17).
- [2] Dalam ajaran-ajaran yang mereka wajibkan kepada orang lain. Ini adalah sebuah contoh kemunafikan mereka, yaitu bahwa ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Orang-orang Yahudi pada waktu itu menghargai tradisi lisan sama seperti mereka menghargai firman Allah, dengan menerimanya pari pietatis affectu ac reverentiâ -- dengan kesalehan dan penghormatan yang sama. Apabila temuan-temuan manusia ditambahkan ke dalam ketetapan-ketetapan Allah, dan diberlakukan seperti ketetapan Allah, maka ini adalah kemunafikan, karena agamanya ini hanya buatan manusia saja. Perintah-perintah manusia pastilah berkenaan dengan perkara-perkara manusia, tetapi Allah menghendaki pekerjaan-Nya dilaksanakan dengan peraturan-peraturan-Nya sendiri, dan Ia tidak mau menerima apa yang tidak ditentukan-Nya sendiri. Yang sesuai dengan-Nya hanyalah apa yang datang dari-Nya.
- (2) Malapetaka bagi orang-orang munafik. Malapetaka ini disebutkan dalam petunjuk yang kecil, "Percuma mereka beribadah kepada-Ku." Ibadah mereka tidak mencapai tujuan sebagaimana yang dimaksudkan. Ibadah itu tidak akan menyenangkan Allah ataupun menguntungkan diri mereka sendiri. Jika ibadah tidak dilakukan dalam Roh, maka ibadah itu juga tidak dilakukan dalam kebenaran, dan dengan demikian semuanya sia-sia. Jika orang hanya tampak beribadah, padahal sebenarnya tidak, maka sia-sialah ibadahnya (Yak. 1:26), dan jika ibadah kita hanyalah agama yang sia-sia, alangkah besarnya kesia-siaan itu! Betapa menyedihkannya hidup di zaman doa dan khotbah, hari sabat dan sakramen, secara sia-sia dan hanya menjaring angin saja dalam kesemuanya itu. Begitulah keadaan mereka jika hati mereka tidak tertuju kepada Allah dalam melaksanakan hal-hal tersebut. Persembahan bibir adalah persembahan yang sia-sia (Yes. 1:11). Orang-orang munafik menabur angin dan menuai angin puyuh. Mereka memercayakan diri mereka pada kesia-siaan, dan kesia-siaan itu pulalah yang akan menjadi imbalan mereka.
- Demikianlah Kristus membenarkan murid-murid-Nya dalam ketidakpatuhan mereka terhadap adat istiadat nenek moyang, dan inilah yang didapat ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dari teguran mereka. Kita tidak melihat tanggapan balik dari mereka. Seandainya pun tidak puas, mereka pasti akan diam saja, sebab tidak dapat menahan kuasa yang dengannya Kristus berbicara.
Matthew Henry: Mat 15:10-20 - Apa yang Menajiskan Orang Apa yang Menajiskan Orang (15:10-20)
Setelah membuktikan bahwa murid-murid, yang makan dengan tangan yang tidak dibasuh, tidak bisa dipersalahkan t...
Apa yang Menajiskan Orang (15:10-20)
- Setelah membuktikan bahwa murid-murid, yang makan dengan tangan yang tidak dibasuh, tidak bisa dipersalahkan telah melanggar adat istiadat dan perintah nenek moyang, Kristus di sini menunjukkan bahwa mereka juga tidak bisa dipersalahkan telah berbuat suatu hal yang jahat sifatnya. Dalam bagian pertama dari perkataan-Nya Ia menjungkirbalikkan kewenangan aturan nenek moyang, dan dalam perkataan-Nya di sini Ia memberikan alasannya.
- Perhatikanlah:
- I. Pengantar yang khidmat untuk perkataan-Nya ini (ay. 10), Yesus memanggil orang banyak. Orang banyak itu menjauh saat Kristus berbicara dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Mungkin orang-orang yang sombong itu menyuruh mereka untuk menjauh sebab mereka tidak mau orang banyak itu mendengar pembicaraan mereka dengan Kristus. Kristus menuruti kemauan mereka untuk berbicara secara pribadi. Namun demikian, Kristus juga memperhatikan orang banyak, dan Ia segera membubarkan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kemudian mengundang orang banyak, rakyat jelata, untuk mendengarkan-Nya. Demikianlah Injil diberitakan kepada orang-orang miskin, dan hal-hal yang bodoh dan hina dari dunia ini dipilih oleh Kristus. Yesus yang rendah hati merangkul orang banyak yang dipandang hina oleh orang-orang Farisi, dan dengan cara ini Ia sengaja mempermalukan orang-orang Farisi itu. Ia berbalik dari mereka sebab mereka keras hati dan tidak mau diajar, dan berbalik kepada orang banyak, yang walaupun lemah, namun rendah hati dan mau diajar. Kepada orang banyak itu Ia berkata, "Dengar dan camkanlah!" Perhatikanlah, apa yang kita dengar dari mulut Kristus harus berusaha kita camkan dan kita mengerti dengan sebaik-baiknya. Bukan hanya para cendekiawan, melainkan juga bahkan orang banyak, orang biasa, harus menggunakan segenap akal budi mereka untuk mengerti perkataan-perkataan Kristus. Oleh karena itu, Ia memanggil mereka untuk mencamkan apa yang hendak disampaikan-Nya, karena pelajaran yang akan diajarkan-Nya ini bertentangan dengan anggapan-anggapan yang sudah mereka telan mentah-mentah dari guru-guru mereka. Pelajaran ini akan menjungkirbalikkan banyak adat kebiasaan dan perbuatan yang ditambahkan dan yang sangat ditekankan oleh guru-guru mereka. Perhatikanlah, butuh perhatian yang besar dan pikiran yang bekerja keras serta pengertian yang jernih untuk membebaskan orang dari ajaran-ajaran dan kebiasaan-kebiasaan buruk yang sudah lama dan terbiasa mereka lakukan, sebab biasanya dalam hal itu pengertian mereka sudah dipengaruhi dan dibuat berat sebelah oleh prasangka-prasangka tertentu.
- II. Kebenaran itu sendiri diketengahkan (ay. 11) dalam dua pernyataan yang sangat bertolak belakang dengan kesalahan-kesalahan umum pada waktu itu, dan karena itu sangat mengejutkan.
- . "Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang." Bukan jenis atau mutu makanan kita, bukan juga keadaan tangan kita, yang menodai jiwa dengan kekotoran atau kenajisan moral. Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman (Rm. 14:17). Bukan itu yang menajiskan orang, yang karenanya orang berbuat dosa kepada Allah, dan menjadi najis bagi-Nya, serta tidak layak bersekutu dengan-Nya. Nah, apa yang kita makan, jika kita tidak memakannya dengan serakah atau berlebihan, tidak menajiskan kita, sebab bagi orang suci semuanya suci (Tit. 1:15). Orang-orang Farisi menganggap bahwa kenajisan-kenajisan ritual bisa ditimbulkan dengan memakan makanan ini atau makanan itu, lebih jauh daripada yang dimaksudkan dalam hukum Taurat itu sendiri, dan membebaninya dengan tambahan-tambahan yang mereka buat sendiri, dan yang ditentang oleh Juruselamat kita. Dengan demikian Ia bermaksud membuka jalan untuk membatalkan aturan-aturan seremonial yang berkaitan dengan masalah ini. Ia sekarang mulai mengajar para pengikut-Nya untuk tidak menyebut apa pun najis atau tidak tahir, dan seandainya Petrus masih ingat perkataan ini ketika ia diperintah untuk menyembelih dan memakan pelbagai binatang yang ada di hadapannya, ia tidak akan berkata, "Tidak, Tuhan" (Kis. 10:13-15, 28).
- . "Melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang." Kita menjadi najis bukan karena makanan yang kita makan dengan tangan yang tidak dibasuh, melainkan karena perkataan yang kita ucapkan dari hati yang tidak kudus. Dengan demikian, mulutlah yang membawa kita ke dalam dosa (Pkh. 5:5). Kristus, dalam perkataan sebelumnya, sangat menekankan perkataan-perkataan yang kita ucapkan (12:36-37), dan hal itu dimaksudkan untuk menegur dan memberikan peringatan kepada orang-orang yang mencela-Nya. Di sini perkataan-Nya itu dimaksudkan untuk menegur dan memberikan peringatan bagi orang-orang yang mencela dan mengecam murid-murid-Nya. Bukan murid-murid yang membuat diri mereka najis dengan apa yang mereka makan, melainkan orang-orang Farisilah yang membuat diri mereka najis dengan kebencian dan kecaman yang mereka ucapkan terhadap murid-murid. Perhatikanlah, mereka yang mempersalahkan orang lain karena melanggar perintah-perintah manusia sering kali justru mendatangkan kesalahan yang lebih besar lagi ke atas diri mereka sendiri, karena mereka justru telah melanggar hukum Allah dengan menghakimi orang lain secara gegabah. Orang-orang yang mengecam-ngecam orang lain sebagai najis, mereka ini justru menajiskan diri mereka sendiri.
- III. Batu sandungan yang ditimbulkan oleh kebenaran ini, dan pernyataan yang disampaikan kepada Kristus tentang batu sandungan itu (ay. 12). Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya, "Tahukah Engkau bahwa perkataan-Mu itu telah menjadi batu sandungan bagi mereka, dan tidakkah Engkau melihat hal itu sebelumnya, dan tahukah Engkau bahwa mereka akan berpikir buruk tentang Engkau serta ajaran-Mu karenanya, dan akan bertambah berang terhadap-Mu?"
- . Tidaklah aneh kalau orang-orang Farisi jadi tersandung oleh kebenaran yang terus terang ini, sebab mereka adalah orang-orang yang penuh dengan kekeliruan dan permusuhan, kesalahan dan kebencian. Mata yang pedih tidak dapat menatap cahaya yang terang, dan tidak ada hal lain yang membuat berang pemaksa-pemaksa ajaran agama yang sombong selain melihat orang yang dulu matanya mereka tutupi, dan kemudian mereka perbudak, sekarang sudah tidak tertipu lagi. Tampaknya orang-orang Farisi, yang sangat ketat menjalani adat istiadat nenek moyang, lebih tersinggung oleh perkataan Kristus daripada ahli-ahli Taurat, yang mengajarkan adat istiadat itu. Mungkin mereka juga sama jengkelnya dengan bagian terakhir dari ajaran Kristus, yang mengajar kita untuk menguasai lidah dengan ketat, seperti halnya dengan bagian pertama ajaran-Nya, yang mengajar kita untuk tidak terlalu mengindahkan peraturan membasuh tangan. Orang yang paling menjunjung tinggi hal-hal lahiriah dari perintah-perintah agama biasanya juga paling mengutuk ajaran-ajaran inti yang ada di balik hal-hal yang lahiriah itu.
- . Murid-murid merasa aneh bahwa Guru mereka sampai bisa mengatakan sesuatu yang Dia sendiri tahu bisa mendatangkan kemarahan besar dari orang lain. Sebelum ini Ia tidak pernah berbuat demikian. Mereka pikir, pastilah Ia tidak akan berkata seperti itu jika Ia sudah menimbang-nimbang lebih dulu bagaimana perkataan-Nya akan sangat memancing perasaan orang lain. Namun Ia tahu apa yang dikatakan-Nya, dan kepada siapa Ia mengatakannya, dan apa akibatnya. Ia juga hendak mengajar kita bahwa kita harus bersikap lemah lembut dalam menegur orang lain, meskipun untuk hal-hal yang sepele, namun kita juga tidak boleh menghindari diri dari suatu kebenaran atau kewajiban hanya karena takut menyinggung mereka. Kebenaran harus diakui dan kewajiban harus dilakukan, dan jika ada orang yang tersandung karenanya, itu salah mereka sendiri. Ini memang suatu kejadian buruk, tetapi bukan sengaja ditimbulkan, jadi orang harus terima saja.
- Mungkin murid-murid sendiri tersandung dengan perkataan Kristus, yang menurut mereka sangat berani dan hampir tidak bisa didamaikan dengan hukum Allah yang membuat perbedaan antara makanan yang halal dan haram. Karena itu mereka mengajukan keberatan akan hal ini kepada Kristus, supaya mereka sendiri bisa tahu lebih banyak tentang hal itu. Mereka juga tampaknya peduli dengan orang-orang Farisi, meskipun mereka sudah bertengkar dengan orang-orang itu. Hal ini mengajar kita untuk memaafkan dan mencari kebaikan, terutama kebaikan rohani, bagi orang yang memusuhi, menganiaya, dan mencemooh kita. Mereka tidak mau orang-orang Farisi pergi dengan perasaan tidak senang akan hal apa pun yang dikatakan Kristus. Karena itu, walaupun mereka tidak ingin Dia mencabut kembali perkataan-Nya, mereka berharap Ia akan menjelaskan, membetulkan, dan memperbaikinya. Pendengar-pendengar yang lemah kadang-kadang merasa terlalu cemas bahwa para pendengar yang jahat akan tersinggung. Namun juga, jika kita berusaha menyenangkan orang dengan menyembunyikan kebenaran, dan membiarkan mereka terus berada dalam kesalahan dan kejahatan mereka, maka kita bukanlah hamba-hamba Kristus.
- IV. Hukuman yang dijatuhkan ke atas orang-orang Farisi dan adat istiadat mereka yang rusak. Hukuman inilah yang menjadi alasan mengapa Kristus tidak peduli apakah Ia menyinggung mereka atau tidak, dan karena itu pula murid-murid-Nya juga seharusnya tidak usah peduli. Mereka adalah angkatan yang tidak suka diperbarui dan sudah ditandai untuk binasa. Dua hal yang dinubuatkan Kristus di sini mengenai mereka adalah:
- . Bahwa mereka beserta adat istiadat mereka akan dicabut (ay. 13). "Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya." Bukan hanya pikiran-pikiran yang rusak dan kebiasaan-kebiasaan takhayul orang Farisi, tetapi juga sekte, cara-cara, dan dasar hukum mereka bukan merupakan tanaman yang ditanam Allah. Peraturan-peraturan ibadah mereka tidak berasal dari ketetapan-Nya, melainkan dari kesombongan dan kecondongan hati mereka kepada hal-hal yang lahiriah. Sebelumnya orang-orang Yahudi ditanam sebagai pokok anggur pilihan, namun sekarang mereka telah menjadi suatu tanaman anggur yang asing yang merosot sifat-sifat unggulnya, dan Allah tidak mengakui mereka sebagai tanaman-Nya lagi. Perhatikanlah:
- (1) Dalam gereja yang terlihat secara fisik, bukanlah hal yang mengherankan jika kita menemukan tanaman yang tidak pernah ditanam oleh Bapa kita di sorga. Dalam hal ini tersirat bahwa apa pun yang baik yang ada dalam gereja adalah tanaman yang ditanam Allah (Yes. 41:19). Akan tetapi, meskipun petani berhati-hati menanam, tanahnya tetap akan mengeluarkan sedikit banyak rumput liar dengan sendirinya, dan tetap akan ada musuh yang sibuk menaburkan lalang ke atasnya. Apa yang jahat, walaupun diizinkan Allah, bukanlah tanaman-Nya, sebab Ia hanya menanam benih yang baik di ladang-Nya. Oleh karena itu, janganlah kita tertipu dengan berharap bahwa apa yang kita temukan dalam gereja semuanya benar, dan bahwa apa yang ditemukan dalam kebun Bapa kita adalah semua orang dan segala sesuatu yang ditanam oleh-Nya. "Janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu" (Yer. 19:5; 23:31-32).
- (2) Orang-orang yang berjiwa seperti orang-orang Farisi, yaitu sombong, mementingkan hal-hal luar, dan memaksa, sebesar apa pun nama mereka dan dari aliran apa pun mereka berasal, tidak akan diakui oleh Allah sebagai tanaman yang ditanam-Nya. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.
- (3) Tanaman-tanaman yang tidak ditanam Allah tidak akan dilindungi-Nya, melainkan pasti akan dicabut. Apa yang tidak berasal dari Allah tidak akan bertahan (Kis. 5:38). Apa pun yang tidak alkitabiah pasti akan layu dan mati dengan sendirinya, atau disingkirkan dengan sendirinya oleh gereja, dan pada hari penghakiman, lalang-lalang yang merusak ini akan diikat untuk dibakar. Bagaimanakah nasib orang-orang Farisi dan adat istiadat mereka sekarang? Adat istiadat mereka itu sudah lama ditinggalkan, sebaliknya Injil kebenaran masih berdiri tegar, dan akan tetap demikian. Injil tidak akan dapat dicabut.
- . Kehancuran orang-orang Farisi dan para pengikut mereka yang mengagumi pribadi serta ajaran-ajaran mereka (ay. 14).
- Dalam hal ini:
- (1) Kristus meminta murid-murid-Nya untuk membiarkan mereka itu. "Jangan bercakap-cakap dan jangan pedulikan mereka, jangan mengharapkan pertolongan dari mereka, atau takut berbuat sesuatu yang tidak menyenangkan mereka, dan jangan ambil peduli apakah mereka tersinggung atau tidak. Mereka akan berjalan di jalan mereka sendiri, dan biarlah mereka sendiri yang mengurusi permasalahan yang mereka temui di dalamnya. Mereka melekat dengan angan-angan mereka sendiri, dan akan melakukan segala sesuatu sesuai dengan cara mereka sendiri, jadi biarkan saja mereka. Janganlah berusaha menyenangkan angkatan yang tidak menyenangkan Allah (1Tes. 2:15), dan yang tidak akan senang dengan apa pun kecuali dengan beroleh kekuasaan mutlak atas hati nuranimu. Seperti Efraim, mereka bersekutu dengan berhala-berhala (Hos. 4:17), berhala-berhala hasil ciptaan angan-angan mereka sendiri. Biarkanlah mereka itu, biarlah mereka terus cemar" (Why. 22:11). Keadaan orang-orang berdosa itu memang menyedihkan, dan Kristus menyuruh hamba-hamba-Nya untuk membiarkan mereka saja.
- (2) Ia memberikan dua alasan kepada mereka untuk itu. Biarkanlah mereka itu, karena:
- [1] Mereka orang yang sombong dan tidak tahu apa-apa.
- Ini adalah dua sifat buruk yang sering kali saling bertemu dan membuat orang tidak bisa disembuhkan dari kebodohannya (Ams. 26:12). Mereka orang buta yang menuntun orang buta. Mereka sungguh tidak tahu apa-apa mengenai perkara-perkara tentang Allah, dan asing dengan sifat rohani dari hukum ilahi. Meskipun demikian, mereka begitu sombongnya sampai berpikir bahwa mereka melihat segala sesuatu dengan lebih baik dan lebih jauh daripada orang lain, dan karena itu menganggap diri sendiri sebagai pemimpin atas orang lain. Mereka menunjukkan jalan ke surga bagi orang lain, padahal mereka sendiri sebenarnya tidak tahu satu langkah pun yang harus dipijak untuk mencapainya. Demikianlah mereka menetapkan segala peraturan ke atas orang lain, dan yang tidak mengikuti akan mereka kenakan hukuman. Seandainya mereka mau mengakui bahwa mereka orang buta dan mau datang kepada Kristus untuk disembuhkan, mereka bisa melihat. Namun mereka menolak melakukannya (Yoh. 9:40), "Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?" Mereka yakin bahwa mereka penuntun orang buta (Rm. 2:19-20), yang ditunjuk untuk menjadi penuntun, dan yang pantas untuk menjadi penuntun, sehingga segala sesuatu yang mereka katakan harus dipandang sebagai suatu perintah dan hukum. "Oleh karena itu, biarkanlah mereka itu, mereka sudah tidak dapat ditolong lagi, jangan ikut campur urusan mereka. Mudah saja untuk membuat mereka jengkel, tetapi kamu tidak akan pernah bisa membuat mereka yakin." Betapa menyedihkannya keadaan jemaat Yahudi pada waktu itu, para pemimpin mereka begitu buta, angkuh, dan bodoh, sehingga hanya mementingkan diri sendiri, sedangkan umat mereka begitu bodoh untuk mau saja mengikuti mereka dengan iman dan ketaatan yang buta, dan berkeras untuk berjalan mengikuti kesia-siaan (Hos. 5:11). Nah, dengan demikian genaplah nubuat itu (Yes. 29:10, 14). Kalau sudah begini, mudah saja untuk membayangkan apa jadinya nanti jika para nabi bernubuat palsu dan para imam mengajar dengan sewenang-wenang, dan umat-Ku menyukai yang demikian (Yer. 5:31).
- [2] Mereka sedang menuju kehancuran, dan sebentar lagi akan tercebur ke dalamnya. Pasti keduanya jatuh ke dalam lobang. Inilah yang pasti akan menjadi kesudahannya, jika keduanya yang sudah begitu buta namun tetap saja nekat melangkah ke depan, dan tidak mau sadar akan bahaya di depan. Keduanya akan ikut mengalami kehancuran yang akan menimpa semua orang Yahudi, dan akan tenggelam dalam kehancuran dan kebinasaan kekal. Para pemimpin dan para pengikut buta akan sama-sama binasa. Kita membaca dalam Kitab Wahyu 22:15 bahwa neraka menjadi bagian orang-orang yang berdusta dan orang-orang yang bersuka ketika menyaksikan dusta. Orang yang tersesat maupun orang yang menyesatkan akan sama-sama dibawa kepada penghakiman Allah (Ayb. 12:16). Perhatikanlah,
- Pertama, orang yang dengan kelicikan dan tipu muslihat mereka membawa orang lain untuk berdosa dan berbuat salah tidak akan luput dari kebinasaan itu sendiri. Jika keduanya jatuh ke dalam lobang, pemimpin yang buta akan jatuh ke bagian yang paling dalam, dan akan mengecap yang paling buruk (Yer. 14:15-16). Nabi-nabi yang bernubuat palsu akan binasa terlebih dulu, baru kemudian orang-orang yang kepada mereka nabi-nabi itu bernubuat palsu (Yer. 20:6; 27:15-16).
- Kedua, dosa dan kehancuran para penyesat tidak akan membuat aman orang-orang yang mereka sesatkan. Walaupun para pemimpin umat membuat umat sesat, namun orang-orang yang dikendalikan merekalah yang menjadi kacau (Yes. 9:15), karena mereka menutup mata terhadap terang yang akan meluruskan kesalahan mereka. Sebagian besar orang dituntun oleh pendapat dan tindak kebiasaan yang sudah umum dilakukan (Unusquisque mavult credere quam judicare -- Berbagai macam hal dipercaya begitu saja, tanpa diselidiki terlebih dulu kebenarannya). Indeista tanta coacervatio aliorum super alios ruentium -- Karena itu, di mana-mana banyak orang menjadi bingung dan tersesat. Jatuhnya kedua orang buta itu secara bersama-sama akan semakin memperparah kejatuhan mereka, sebab bila selama ini mereka saling memperbesar dosa satu sama lain, maka mereka juga akan saling memperparah kehancuran satu sama lainnya.
- V. Perintah yang diberikan kepada murid-murid mengenai kebenaran yang dibeberkan Kristus ini (ay. 10). Walaupun menolak orang yang tidak mau tahu dan tidak peduli untuk diajar, Kristus punya rasa belas kasihan bagi orang yang tidak tahu namun mau belajar (Ibr. 5:2). Jika orang-orang Farisi, yang membuat hukum Taurat tidak berlaku lagi, tersandung, biarlah mereka tersandung, tetapi besarlah ketenteraman pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu, tidak ada batu sandungan bagi mereka. Dengan satu atau lain cara, batu sandungan itu akan disingkirkan (Mzm. 119:165).
- Berikut ini adalah:
- . Keinginan murid-murid untuk lebih diajari mengenai masalah ini (ay. 15). Dalam permintaan ini, seperti juga dalam banyak permintaan lainnya, Petruslah yang berbicara untuk mereka. Mungkin yang lainnya menyuruh ia berbicara, atau menunjukkan keinginan yang sama. "Jelaskanlah perumpamaan itu kepada kami." Sebenarnya, apa yang dikatakan Kristus itu sudah jelas maksudnya. Namun, karena yang dikatakan-Nya itu tidak sesuai dengan gagasan-gagasan yang selama ini mereka serap, maka, walaupun mereka tidak menentangnya, mereka menyebutnya perumpamaan, dan mereka tidak dapat mengerti apa yang dikatakan-Nya.
- Perhatikanlah:
- (1) Orang yang lemah pemahamannya cenderung membalikkan kebenaran yang sudah jelas-jelas maksudnya menjadi suatu perumpamaan. Orang seperti ini mencari-cari kesulitan dalam perkara-perkara yang mudah. Murid-murid sering melakukan hal seperti ini, seperti dalam Yohanes 16:17. Bahkan seekor belalang akan menjadi beban yang berat bagi perut yang lemah, dan orang yang mempunyai pengertian seperti anak kecil tidak akan dapat tahan mencerna daging yang keras.
- (2) Kepala yang lemah meragukan perkataan apa pun yang disampaikan Kristus, sedangkan hati yang lurus dan pikiran yang rela akan mencari pengertian. Orang-orang Farisi tersandung, tetapi mereka menyimpannya di dalam hati. Karena tidak suka diperbarui, mereka juga tidak suka diberi tahu. Sebaliknya murid-murid, meskipun tersandung, mencari penyebabnya, dengan tidak mempersalahkan ajaran Kristus itu, melainkan menyadari dangkalnya kemampuan mereka untuk mengerti.
- . Teguran Kristus kepada murid-murid atas kelemahan dan ketidaktahuan mereka (ay. 16), "Kamu pun masih belum dapat memahaminya?" Sebanyak Kristus mengasihi dan mengajar, sebanyak itu pulalah Ia menegur. Perhatikanlah, mereka sungguh-sungguh tidak tahu dan tidak mengerti bahwa kecemaran moral benar-benar jauh lebih buruk dan berbahaya daripada kecemaran upacara-upacara keagamaan. Ada dua hal yang semakin memperburuk kebodohan dan kegelapan mereka ini:
- (1) Bahwa mereka adalah murid-murid Kristus. "Kamu pun masih belum dapat memahaminya? Kamu yang Ku-biarkan mengenal-Ku dengan begitu dekat, apakah kamu begitu tidak mampu memahami perkataan kebenaran?" Perhatikanlah, ketidaktahuan dan kekeliruan orang-orang yang mengaku beragama dan yang menikmati hak-hak istimewa sebagai anggota gereja sangatlah mendukakan Tuhan Yesus. "Tidak heran kalau orang-orang Farisi tidak mengerti ajaran ini, karena mereka tidak tahu apa-apa tentang Kerajaan Mesias. Tetapi kamu ini yang sudah mendengarnya dan memeluknya serta malah memberitakannya kepada orang lain, kamu pun masih asing dengan semangat dan kehebatannya?"
- (2) Bahwa mereka telah menjadi cendekiawan-cendekiawan Kristus untuk waktu yang begitu lama. "Kamu pun masih belum dapat memahaminya, setelah sekian lama kamu mendengarkan ajaran-ajaran-Ku?" Seandainya mereka baru mendengar ajaran Kristus kemarin sore, itu lain masalahnya, tetapi mereka ini sudah berbulan-bulan mendengarkan Kristus, namun masih juga belum paham. Jadi pantaslah kalau mereka harus ditegur dengan keras. Perhatikanlah, Kristus mengharapkan pengetahuan, belas kasihan, dan hikmat yang seimbang dari kita sesuai dengan waktu dan sarana yang kita miliki (Yoh. 14:9; Ibr. 5:12; 2Tim. 3:7-8).
- . Penjelasan yang diberikan Kristus kepada mereka mengenai ajaran tentang hal-hal yang menajiskan ini. Meskipun Ia menegur mereka karena kebodohan mereka, Ia tidak mengusir mereka, melainkan mengasihani mereka, dan mengajar mereka, seperti dalam Lukas 24:25-27. Di sini Ia menunjukkan kepada kita:
- (1) Betapa kecilnya bahaya menjadi tercemar melalui apa yang masuk ke dalam mulut (ay. 17). Nafsu makan yang terlalu besar, ketidakmampuan untuk mengendalikan diri, dan makan dengan berlebihan, semuanya ini berasal dari hati dan menajiskan orang. Tetapi, makanan itu sendiri tidaklah menajiskan, seperti anggapan orang-orang Farisi. Apa pun ampas dan kotoran yang ada dalam makanan kita, alam (atau lebih tepatnya Allah atas alam) telah menyediakan cara untuk membersihkan kita darinya. Makanan turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban, sehingga yang tinggal di dalam kita hanyalah zat yang bergizi. Begitu dahsyat dan ajaibnya kita dijadikan dan dipelihara, dan jiwa kita ditopang dalam kehidupan. Organ pengeluaran sama pentingnya dengan organ lain dalam tubuh untuk melepaskan apa yang berlebihan atau berbahaya. Alam diberi kemampuan yang indah untuk menolong dirinya sendiri, dan alam berubah untuk kebaikannya sendiri. Dalam hal ini tidak ada yang menajiskan. Jika kita makan dengan tangan yang tidak dibasuh, dan dengan demikian ada kotoran yang bercampur dengan makanan kita, maka alam akan memisahkan dan membuangnya, dan kotoran itu tidak akan membuat kita najis. Membasuh tangan sebelum makan memang baik untuk kebersihan, tetapi ini bukan masalah hati nurani, dan kita keliru besar jika kita mengaitkannya dengan agama. Bukan kebiasaan membasuh tangan itu sendiri, melainkan gagasan yang mendasarinya yang dikecam Kristus, seolah-olah makanan membawa kita lebih dekat kepada Allah (1Kor. 8:8). Kekristenan berdiri bukan di atas kebiasaan-kebiasaan seperti itu.
- (2) Betapa sangat berbahayanya jika kita menjadi tercemar akibat apa yang keluar dari mulut (ay. 18), yang berasal dari hati (Mat 12:34). Tidak ada yang najis dalam hasil karya karunia Allah, kenajisan timbul dari hasil perbuatan jahat kita.
- Nah, di sini kita melihat:
- [1] Sumber yang rusak yang mengeluarkan apa yang keluar dari mulut. Yang keluar dari mulut berasal dari hati, yang merupakan mata air dan sumber dari segala dosa (Yer. 8:7). Adalah hati yang sungguh luar biasa liciknya. (Yer. 17:9). Segala dosa perkataan ataupun perbuatan pada awalnya ada di dalam hati terlebih dahulu. Di sanalah tertanam akar kepahitan, yang menghasilkan racun atau ipuh. Bagian dalam dari orang berdosalah yang penuh dengan kebusukan (Mzm. 5:10). Segala perkataan yang jahat berasal dari dalam hati, dan itu menajiskan. Dari hati yang jahat keluarlah perkataan yang jahat.
- [2] Sebagian arus kotor yang mengalir dari mata air ini dijelaskan secara khusus. Walaupun yang najis itu tidak semuanya keluar dari mulut, namun semuanya keluar dari dalam diri manusia, dan merupakan buah-buah kejahatan yang berasal dari hati dan yang dirancang di sana (Mzm. 58:3).
- Pertama, pikiran-pikiran jahat, yang merupakan dosa melanggar semua perintah Allah. Karena itulah Daud mencondongkan hatinya untuk melakukan ketetapan-ketetapan Allah (Mzm. 119:112). Pikiran jahat adalah hal pertama yang dilahirkan dari sifat yang rusak atau jahat. Pikiran jahat juga merupakan kekuatan awal dari sifat jahat itu. Pikiran jahat sangat menyerupai sifat jahat itu sendiri. Pikiran dan sifat jahat ini, seperti halnya anak dan keturunan, tinggal di rumah dan hidup di dalam kita. Ada banyak dosa yang dimulai dan diakhiri di dalam hati, dan tidak berpindah ke tempat yang lebih jauh lagi. Angan-angan dan keinginan daging adalah pikiran jahat, begitu pula halnya dengan rancangan, tujuan, dan sarana untuk melakukan kedurjanaan terhadap orang lain (Mi. 2:1).
- Kedua, pembunuhan, yang merupakan dosa melanggar perintah keenam. Dosa ini berasal dari kejahatan di dalam hati melawan hidup sesama kita, atau tidak menghargai kehidupan mereka. Karena itulah orang yang membenci saudaranya dikatakan sebagai seorang pembunuh, dan ia terhalang dari Allah (1Yoh. 3:15). Hawa nafsu saling berjuang di dalam hati (Yak. 4:1).
- Ketiga, perzinahan dan percabulan, yang merupakan dosa melanggar perintah ketujuh. Dosa ini timbul dari hati yang jalang, najis, dan bernafsu. Hawa nafsu yang berkuasa di sana, dan yang terbentuk di dalamnya, membuahkan dosa-dosa ini (Yak. 1:15). Perzinahan terjadi dalam hati terlebih dulu, kemudian dalam perbuatan (5:28)
- Keempat, pencurian, yang merupakan dosa melanggar perintah kedelapan. Kecurangan, penipuan, penjarahan, dan semua perjanjian yang merugikan adalah contoh-contohnya. Sumber dari semuanya ini berasal dari dalam hati, hati yang telah terlatih dalam keserakahan (2Ptr. 2:14), dan yang hanya tertuju kepada harta kekayaan (Mzm. 62:11). Akhan mengingini barang-barang jarahan, dan kemudian ia mengambilnya (Yos. 7:20-21).
- Kelima, sumpah palsu, yang merupakan dosa melanggar perintah kesembilan. Dosa ini timbul dari percampuran antara kebohongan dan keserakahan, atau kebohongan dan kejahatan di dalam hati. Jika kebenaran, kekudusan, dan kasih, yang dituntut Allah dari dalam hati kita, berkuasa seperti yang seharusnya, maka kita tidak akan mengucapkan sumpah palsu (Mzm. 64:7; Yer. 9:8).
- Keenam, hujat, yaitu mengatakan hal-hal yang jahat tentang Allah, merupakan dosa melanggar perintah ketiga. Juga termasuk mengatakan hal-hal yang jahat tentang sesama, yang merupakan dosa melanggar perintah kesembilan. Dosa-dosa ini timbul dari ketiadaan rasa hormat dan penghinaan terhadap Allah dan sesama di dalam hati. Dari sanalah juga hujat terhadap Roh Kudus timbul (12:31, 32). Hujat ini merupakan luapan kepahitan yang ada di dalam hati.
- Nah, itulah hal-hal yang menajiskan orang (ay. 20). Perhatikanlah, dosa itu menajiskan jiwa, membuatnya buruk dan menjijikkan di mata Allah yang murni dan kudus. Ia membuat kita tidak layak bersekutu dengan-Nya dan menikmati hadirat-Nya di Yerusalem yang baru, yang ke dalamnya tidak akan masuk segala yang najis atau yang melakukan kekejian. Akal budi dan hati nurani menjadi najis karena dosa, dan ini membuat semuanya turut menjadi najis (Tit. 1:15). Kenajisan oleh dosa ini dilambangkan dengan berbagai kecemaran terhadap tata upacara yang ditambah-tambahkan oleh pemuka-pemuka Yahudi, namun mereka sendiri tidak mengerti maksudnya (Ibr. 9:13, 14; 1Yoh. 1:7).
- Oleh karena itu, hal-hal inilah, beserta semua tindakan yang mengarah ke sana, yang harus kita hindari dengan hati-hati. Dengan demikian kita tidak boleh terlalu menekankan masalah pembasuhan tangan. Kristus di sini belum membatalkan hukum tentang halal dan haramnya makanan (hal itu baru dilakukan dalam Kisah Para Rasul 10), melainkan adat istiadat nenek moyang, yang dilekatkan pada hukum itu. Oleh karena itu, Ia menyimpulkan, "Makan dengan tangan yang tidak dibasuh (yang sekarang sedang dipermasalahkan) tidak menajiskan orang." Jika orang membasuh tangannya sebelum makan, ia tidak akan menjadi lebih baik dalam pandangan Allah, dan jika ia tidak membasuhnya, ia juga tidak akan menjadi lebih buruk.
Matthew Henry: Mat 15:21-28 - Anak Perempuan Wanita Kanaan Disembuhkan Anak Perempuan Wanita Kanaan Disembuhkan (15:21-28)
Dalam perikop ini diceritakan tentang kisah terkenal mengenai Kristus yang mengusir setan dari ...
Anak Perempuan Wanita Kanaan Disembuhkan (15:21-28)
- Dalam perikop ini diceritakan tentang kisah terkenal mengenai Kristus yang mengusir setan dari anak perempuan seorang wanita Kanaan. Kisah ini unik dan sangat mengejutkan. Di dalamnya orang-orang bukan-Yahudi juga mendapat perhatian dan ada belas kasihan sungguh yang disimpan Kristus bagi mereka. Inilah secercah terang yang akan menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain (Luk. 2:32). Kristus datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya, malah banyak dari antara mereka yang berselisih dengan-Nya dan tersandung karena-Nya. Sekarang lihatlah apa yang terjadi selanjutnya (ay. 21).
- I. Yesus pergi dari situ. Perhatikanlah, dengan adil terang diambil dari orang-orang yang mempermainkannya atau yang memberontak melawannya. Ketika Kristus dan murid-murid-Nya tidak bisa lagi diam di antara mereka, Ia meninggalkan mereka, dan dengan demikian Ia memberikan teladan bagi peraturan yang diberikan-Nya sendiri (10:14), kebaskanlah debunya dari kakimu. Walaupun Kristus sangat tekun menanggung banyak hal, Ia tidak akan selamanya tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa. Ia sudah berkata sebelumnya (ay. 14), "Biarkanlah mereka itu," dan Ia pun berbuat demikian. Perhatikanlah, prasangka-prasangka yang sengaja dibuat untuk menentang Injil dan bantahan-bantahan terhadapnya sering kali membuat Kristus menarik diri dan mengambil kaki dian dari tempatnya (Kis. 13:46, 51).
- II. Ketika Kristus pergi dari sana, Ia menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon (KJV: "pesisir Tirus dan Sidon"). Ia tidak pergi ke kota Tirus dan Sidon (kedua kota itu tidak mendapat bagian untuk melihat mujizat-mujizat Kristus, 11:21-22), melainkan ke bagian wilayah Israel yang terletak di sekitar daerah itu. Ke sanalah Ia pergi, seperti Elia yang pergi ke Sarfat di tanah Sidon (Luk. 4:26), untuk mencari wanita malang ini, yang untuknya Ia menyediakan belas kasihan-Nya. Sewaktu Ia berkeliling untuk berbuat baik, Ia tidak pernah menyimpang dari jalan-Nya. Tempat-tempat yang gelap dan terpencil di ujung-ujung daerah itu pun akan mendapat bagian untuk melihat perbuatan-perbuatan-Nya yang penuh dengan kebaikan dan kelembutan hati. Kalau sekarang baru ujung daerah yang melihat keselamatan dari pada-Nya, maka nanti keselamatan itu bahkan akan sampai ke ujung bumi (Yes. 49:6). Di tempat inilah mujizat itu diadakan, dan dalam kisah ini kita bisa melihat:
- . Permohonan wanita Kanaan itu kepada Kristus (ay. 22). Wanita ini bukan orang Yahudi, ia seorang asing yang tidak termasuk kewargaan Israel. Ia mungkin keturunan dari salah satu bangsa yang dikutuk, seturut perkataan yang ada dalam Alkitab, "Terkutuklah Kanaan." Perhatikanlah, kutukan terhadap suatu bangsa sebagai sebuah badan politik tidaklah selalu berlaku pada setiap orang yang tinggal di dalamnya. Allah akan memanggil sisa-sisa umat-Nya dari segala bangsa, dan Ia akan mengumpulkan bejana-bejana yang terpilih dari semua wilayah pantai, bahkan bejana yang tampak paling tidak memungkinkan untuk dipilih, dan wanita ini datang dari salah satu wilayah pantai itu. Seandainya Kristus pada saat itu tidak berkunjung ke daerah pantai ini, mungkin wanita itu tidak akan pernah datang kepada-Nya, walaupun belas kasihan-Nya layak dicari kendati harus menempuh perjalanan yang jauh. Perhatikanlah, iman dan semangat yang tidak aktif, sering kali akan bangkit kembali ketika diberi kesempatan di depan mata untuk lebih mengenal Kristus dan berada dekat dengan Sang Firman.
- Permintaannya sangatlah mendesak. Ia berseru dengan sungguh-sungguh kepada Kristus. Ia berseru, agak jauh dari Kristus, dan tidak berani menghampiri-Nya terlalu dekat, sebab ia seorang Kanaan, takut jangan sampai membuat marah orang lain.
- Dalam permohonannya ini:
- (1) Ia mengungkapkan kesengsaraannya, "Anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita, kakĹŤs daimonizetai -- dia dikuasai atau dirasuki setan." Ada berbagai macam tingkatan dalam kesengsaraan itu, dan ini adalah tingkat yang paling buruk. Masalah seperti ini sering terjadi pada waktu itu, dan sangat menyengsarakan. Perhatikanlah, kesengsaraan anak-anak adalah kesusahan orangtua, dan tidak ada yang sungguh lebih menyusahkan lagi bila anak-anak mereka dikuasai Iblis. Orangtua yang lemah lembut sungguh cepat merasakan penderitaan anak-anak mereka, yang merupakan darah daging mereka sendiri. "Meskipun ia kerasukan setan, ia tetap anak perempuanku." Penderitaan-penderitaan yang dialami oleh sanak saudara kita tidak membuat kita lepas dari kewajiban untuk menolong mereka, dan karena itu tidak boleh membuat kita tidak lagi sayang kepada mereka. Kesengsaraan dan kesusahan keluarganyalah yang kini membawa wanita itu datang kepada Kristus. Ia datang kepada Kristus bukan untuk mendapat pengajaran, melainkan untuk mendapat kesembuhan. Namun demikian, karena ia datang dengan iman, Kristus tidak menolaknya. Walaupun kita biasa datang kepada Kristus karena kebutuhan, kita tidak akan diusir oleh-Nya. Penderitaan anak perempuannyalah yang memberi wanita ini kesempatan untuk datang memohon kepada Kristus. Turut merasakan penderitaan orang lain merupakan hal yang baik, apalagi jika kita sendiri bisa mendapat keuntungan dan manfaat darinya.
- (2) Ia meminta belas kasihan, "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud." Ia mengakui-Nya sebagai Mesias, dan inilah hal terbesar yang harus dipegang oleh iman. Iman perlu pengakuan ini supaya mendapat penghiburan. Dari Tuhan kita bisa mengharapkan perbuatan-perbuatan yang penuh kuasa, sebab Ia dapat memerintahkan kelepasan bagi kita. Dari Anak Daud kita bisa mengharapkan segala belas kasihan dan anugerah yang telah dinubuatkan tentang Dia. Meskipun bukan orang Yahudi, wanita Kanaan ini mengakui janji yang dibuat kepada nenek moyang orang Yahudi dan kemuliaan yang dijanjikan bagi keturunan Daud. Orang-orang bukan-Yahudi harus menerima Kekristenan bukan hanya sebagai perbaikan terhadap agama asli mereka, melainkan juga sebagai penyempurnaan terhadap agama Yahudi, dengan pandangan yang tertuju kepada Perjanjian Lama.
- Ia memohon, "Kasihanilah aku." Ia tidak membatasi Kristus untuk memberi belas kasihan khusus untuk ini atau itu, melainkan hanya meminta belas kasihan dan belas kasihan saja. Ia tidak meminta kebaikan, melainkan hanya bergantung pada belas kasihan, "Kasihanilah aku." Belas kasihan kepada anak-anak adalah juga belas kasihan kepada orangtua. Kebaikan yang diperlihatkan kepada milik kita adalah juga kebaikan kepada kita, dan kita harus memandangnya demikian. Perhatikanlah, orangtua wajib berdoa bagi anak-anak mereka dengan sungguh-sungguh, terutama bagi jiwa mereka. "Aku mempunyai anak laki-laki, atau anak perempuan, yang sangat menderita karena kehendak hati yang sombong, atau karena roh najis atau roh jahat. Mereka diperbudak oleh roh itu untuk menuruti hawa nafsunya. Tuhan, tolonglah mereka." Masalah seperti ini jauh lebih menyusahkan daripada masalah kerasukan tubuh. Bawalah mereka dalam iman dan doa kepada Kristus, sebab hanya Dialah satu-satunya yang mampu menyembuhkan mereka. Jika orangtua melihat kuasa Iblis dihancurkan dalam jiwa anak-anak mereka, maka mereka juga harus memandangnya sebagai belas kasihan yang besar kepada diri mereka sendiri.
- . Tanggapan yang ia terima untuk permohonannya ini sungguh dapat mematahkan semangat. Dalam semua kisah pelayanan Kristus, kita tidak pernah menjumpai tanggapan yang seperti ini. Biasanya Ia mendukung dan memberikan semangat kepada semua orang yang datang kepada-Nya, entah dengan menjawab sebelum mereka memanggil atau mendengar sewaktu mereka masih berbicara. Namun dalam kisah ini kita melihat seorang wanita yang diperlakukan sebaliknya, dan apakah alasannya?
- (1) Sebagian orang berpendapat bahwa Kristus berpaling dan tidak mau mengabulkan permintaan wanita yang malang itu sebab Ia tidak mau menyinggung perasaan orang-orang Yahudi dengan berbuat baik sebebas-bebasnya dan seterang-terangnya kepada orang-orang bukan-Yahudi seperti yang dilakukan-Nya kepada mereka sendiri. Sebelumnya Ia memerintahkan murid-murid-Nya untuk tidak menyimpang ke jalan bangsa lain (10:5), dan karena itu Ia sendiri tidak mau terlihat begitu condong kepada bangsa-bangasa lain itu seperti halnya kepada orang-orang Yahudi. Dalam hal ini Ia lebih menahan-nahan keinginan-Nya untuk itu. Atau mungkin lebih tepat,
- (2) Kristus memperlakukannya demikian untuk menguji dia. Ia mengetahui apa yang ada dalam hatinya, mengetahui kekuatan imannya, dan seberapa mampu ia, dengan anugerah-Nya, untuk mengatasi keadaan-keadaan yang dapat mematahkan semangat ini. Oleh karena itu, Ia memberinya tanggapan seperti ini, supaya kemurnian imannya membawa puji-pujian, kehormatan, dan kemuliaan (1Ptr. 1:6-7). Ini sama seperti Allah yang menguji Abraham (Kej. 22:1), seperti malaikat yang bergulat dengan Yakub untuk membuat Yakub bergulat (Kej. 32:24). Inti dari kisah tentang wanita Kanaan ini dapat memperjelas banyak cara Kristus yang tidak dimengerti dan sangat membingungkan dalam memelihara umat-Nya, terutama dalam memberikan anugerah kepada mereka. Untuk itulah kisah ini dicatat dalam Injil, yaitu untuk mengajar kita bahwa di balik hal-hal yang mengecewakan masih ada kasih yang terpancar dari wajah-Nya, dan ini untuk mendorong kita bahwa sekalipun Ia hendak membunuh kita, kita tetap bisa mempercayai Dia (KJV).
- Perhatikanlah hal-hal yang bisa mengecewakan wanita ini:
- [1] Ketika wanita itu berseru kepada Yesus. Ia sama sekali tidak menjawab dia (ay. 23). Selama ini telinga-Nya selalu terbuka dan selalu memerhatikan seruan-seruan orang yang memohon kepada-Nya, dan bibir-Nya, yang berbicara manis seperti madu, selalu siap memberikan jawaban damai sejahtera. Namun kepada wanita yang malang ini, Ia sama sekali menutup telinga-Nya; dan kendati wanita itu memohon, dia tidak memperoleh derma atau jawaban apa-apa. Sungguh mengherankan mengapa wanita itu tidak langsung pergi saja sambil marah-marah dan berkata, "Inikah Dia yang begitu terkenal akan belas kasihan dan kelembutan-Nya itu? Benarkah perkataan orang bahwa sudah ada begitu banyak orang yang permohonannya didengar dan dijawab oleh-Nya? Masakan akulah pemohon pertama yang ditolak-Nya? Seandainya benar bahwa Ia rela membungkukkan diri-Nya bagi banyak orang, mengapa sekarang Ia begitu jauh dariku?" Namun Kristus tahu apa yang dilakukan-Nya, dan karena itu Ia tidak menjawab, supaya wanita itu lebih sungguh-sungguh lagi memohon kepada-Nya. Ia mendengarkannya, dan berkenan kepadanya, dan menambah kekuatan dalam jiwanya untuk menyampaikan permohonannya (Mzm. 138:3; Ayb. 23:6), meskipun Ia tidak langsung memberikan jawaban seperti yang diharapkan wanita itu. Meskipun seolah-olah menahan belas kasihan yang diinginkan wanita itu, Ia sebenarnya menariknya untuk lebih bersungguh-sungguh lagi dalam meminta belas kasihan. Perhatikanlah, doa yang diterima tidaklah selalu berarti bahwa doa itu langsung dijawab. Kadang-kadang Allah tampak tidak menghiraukan doa-doa umat-Nya, seperti orang yang tertidur atau orang yang bingung (Mzm. 44:24; Yer. 14:9; Mzm. 22:2-3), atau malah seperti orang yang sedang marah kepada mereka (Mzm. 80:5; Rat. 3:8, 44). Namun hal itu dilakukan-Nya untuk membuktikan, dan dengan demikian untuk memperbaiki, iman mereka, supaya ketika Ia nantinya menampakkan diri-Nya kepada mereka, semuanya akan mendatangkan banyak kemuliaan bagi diri-Nya dan mereka pun akan lebih menyambut-Nya. Sebab penglihatan pada akhirnya akan meneguhkan dan tidak akan mengecewakan (Ibr. 2:3; Ayb. 35:14).
- [2] Ketika murid-murid mengatakan sesuatu untuk menolong wanita itu, Kristus memberikan alasan mengapa Ia menolaknya, dan ini lebih mematahkan semangat lagi.
- Pertama, agak sedikit melegakan bahwa murid-murid bersedia memohon atas namanya. Mereka berkata, "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak." Memberikan perhatian kepada doa-doa orang saleh itu baik, dan kita harus berkeinginan untuk memiliki perhatian seperti itu. Tetapi murid-murid, walaupun berharap agar wanita itu bisa memperoleh apa yang dia inginkan, mereka malah lebih memikirkan kenyamanan mereka sendiri daripada kepuasan wanita yang malang itu. "Suruhlah ia pergi dengan kesembuhan, sebab ia berteriak-teriak, dan memohon dengan sungguh-sungguh. Ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak, itu mengganggu dan mempermalukan kita." Jika kita terus memaksakan kehendak kita kepada orang lain, bahkan kepada orang yang baik sekalipun, maka ini akan membuat mereka tidak nyaman. Namun tidak demikian dengan Kristus, Ia senang jika orang berseru-seru kepada-Nya.
- Kedua, jawaban Kristus kepada murid-murid-Nya menghancurkan segala harapan wanita itu, "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Engkau tahu bahwa Aku hanya diutus kepada mereka, dan wanita itu bukan salah satu dari mereka. Maukah kamu supaya Aku berbuat sesuatu di luar tugas-Ku?" Sebuah desakan jarang dapat menaklukkan akal budi orang bijak yang kukuh; penolakan mereka mengatup mulut, karena didukung dengan alasan yang sangat kuat. Ia tidak hanya menjawab wanita itu, tetapi juga menantangnya, dan menyumbat mulutnya dengan alasan kuat. Benar bahwa wanita itu adalah domba yang hilang, dan seperti halnya orang lain, ia membutuhkan perhatian Kristus, tetapi ia bukan dari umat Israel, yang kepada mereka Kristus pertama-tama diutus (Kis. 3:26), dan karena itu ia tidak bisa mendapat bagian di dalam tugas Kristus atau berhak mendapatkan sesuatu dari tugas-Nya itu. Kristus adalah Pelayan orang-orang bersunat (Rm. 15:8), dan walaupun Ia dimaksudkan untuk menjadi Terang bagi bangsa-bangsa, namun kepenuhan waktu untuk itu belum tiba, tabir belum terbelah, dan tembok pemisah belum diruntuhkan. Pelayanan Kristus secara pribadi dimaksudkan untuk menjadi kemuliaan bagi umat-Nya, Israel. "Jika Aku hanya diutus kepada mereka, apa urusan-Ku dengan orang-orang yang tidak termasuk dalam bilangan mereka." Perhatikanlah, sungguh merupakan pencobaan yang sangat berat apabila kita mengalami suatu peristiwa yang membuat kita bertanya-tanya apakah Kristus juga diutus kepada kita. Akan tetapi, syukur kepada Allah, tidak ada lagi ruang yang tersedia untuk keraguan itu. Pembedaan antara orang Yahudi dan orang bukan-Yahudi sudah dihapus, dan kita yakin bahwa Ia memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang, dan jika bagi banyak orang, mengapa tidak bagiku juga?
- Ketiga, ketika wanita itu terus memaksa, Kristus tetap pada pendirian-Nya bahwa tidaklah pantas bagi-Nya untuk melakukan seperti yang dia minta, dan Kristus bukan hanya menolaknya, melainkan juga tampak menegurnya (ay. 26), "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Perkataan ini sungguh dapat memupuskan segala harapannya dan membuatnya putus asa seandainya dia tidak mempunyai iman yang benar-benar kuat. Anugerah Injil dan mujizat-mujizat kesembuhan (yang menyertainya) adalah roti yang disediakan bagi anak-anak. Semuanya itu milik mereka yang telah diangkat menjadi anak (Rm. 9:4), dan ini tidak sama dengan hujan dari langit dan musim-musim buah yang diberikan Allah kepada bangsa-bangsa yang dibiarkan-Nya menuruti jalannya masing-masing (Kis. 14:16-17). Bukan, ini merupakan kebaikan-kebaikan khusus, yang disediakan bagi orang-orang tertentu, yang hidup di dalam kebun yang dipagari. Kristus pernah memberitakan Injil kepada orang-orang Samaria (Yoh. 4:41), tetapi kita tidak pernah membaca mengenai adanya kesembuhan yang diadakan-Nya di antara mereka. Keselamatan datang dari bangsa Yahudi, karena itu tidaklah pantas mencabut hak-hak mereka. Bangsa-bangsa lain dipandang hina oleh orang-orang Yahudi, mereka disebut dan dianggap sebagai anjing jika dibandingkan dengan umat Israel yang begitu luhur dan terhormat, dan Kristus tampak mendukung hal tersebut di sini. Oleh karena itu, Ia memandang bahwa tidaklah pantas bagi orang bukan-Yahudi untuk turut ambil bagian dalam kebaikan-kebaikan yang hanya ditujukan kepada orang-orang Yahudi. Akan tetapi, lihatlah bagaimana meja-meja semuanya dijungkirbalikkan sekarang. Kini, setelah bangsa-bangsa bukan-Yahudi dibawa ke dalam gereja, orang-orang Yahudi yang berapi-api menjalankan hukum Taurat yang kini disebut anjing (Flp. 3:2).
- Nah, inilah yang ditekankan Kristus kepada wanita Kanaan itu, "Bagaimana bisa dia berharap makan roti yang disediakan untuk anak-anak, sedangkan dia bukan anggota keluarga?"
- Perhatikanlah:
- . Orang yang akan dipermuliakan Kristus, terlebih dulu akan direndahkan-Nya dan dibuat-Nya sadar akan kehinaan dan ketidaklayakan mereka sendiri. Kita harus terlebih dulu melihat diri kita sebagai anjing, yang paling tidak layak mendapatkan belas kasihan Allah, sebelum kita pantas diberi kehormatan dan hak istimewa untuk mendapatkan belas kasihan itu.
- . Kristus suka menguji iman yang besar dengan pencobaan yang besar pula, dan kadang-kadang Ia menyimpan pencobaan yang paling perih pada saat-saat akhir, supaya sesudah diuji, kita akan timbul seperti emas. Aturan yang umum ini berlaku juga dalam usaha untuk mendapatkan petunjuk, walaupun di sini hanya digunakan untuk mencobai. Ketetapan-ketetapan khusus dan hak-hak istimewa sebagai anggota gereja adalah roti yang disediakan bagi anak-anak, dan tidak boleh diberikan sembarangan kepada orang yang cemar dan tidak tahu apa-apa mengenai perkara rohani. Perbuatan kasih yang umum harus dibagi-bagikan kepada semua orang, namun kehormatan-kehormatan rohani hanya layak bagi kaum yang beriman. Karena itu, jika kehormatan-kehormatan tersebut sembarangan diberikan begitu saja tanpa peduli dengan keadaan orang, maka ini sama saja dengan membuang-buang roti yang disediakan bagi anak-anak, dan memberikan barang yang kudus kepada anjing (7:6). Procul hinc, procul inde, profani -- Menjauhlah daripadaku, orang cemar!
- . Berikut ini kita akan melihat kekuatan iman dan tekadnya dalam melalui segala yang mengecilkan hati ini. Seandainya hal ini terjadi pada banyak orang, mereka pasti akan diam tergagap atau meledak karena emosi. "Penghiburan macam apa ini," begitu mungkin kata mereka, "bagi manusia malang yang sedang kesusahan seperti aku. Mungkin lebih baik aku tinggal di rumah saja daripada datang ke sini hanya untuk dicemooh dan dihina seperti ini. Bukan saja masalah yang menyedihkan ini disepelekan, malah juga dipanggil anjing!" Hati yang angkuh dan tidak rendah hati tidak akan dapat menanggung ini. Bangsa Israel pada waktu itu tidak mempunyai nama baik di mata dunia, dan hinaan kepada orang bukan-Yahudi seperti ini dapat dibalas dengan pedas jika wanita yang malang itu memang sangat tersinggung. Kejadian ini bisa saja membuatnya berpikir-pikir mengenai Kristus dan menggoncangkan pikiran baiknya akan nama baik Kristus yang selama ini sudah dimilikinya. Kita cenderung menghakimi orang sebagaimana kita melihat mereka dalam kehidupan nyata, dan kita berpikir bahwa diri mereka yang sebenarnya adalah seperti pandangan kita terhadap mereka. "Inikah Anak Daud?" (begitu mungkin katanya), "Inikah Dia yang terkenal dengan kebaikan, kelemahlembutan, dan belas kasihan-Nya? Aku tidak mempunyai satu alasan pun untuk menggambarkan Dia dengan sifat-sifat seperti itu, sebab belum pernah aku diperlakukan dengan kasar seperti ini selama hidupku. Seharusnya Ia memperlakukan aku sebaik yang dilakukan-Nya kepada orang lain. Atau kalau tidak, kan tidak seharusnya Ia menempatkanku bersama-sama dengan anjing penjaga kambing domba-Nya. Aku bukan anjing, aku seorang wanita, wanita yang jujur, yang sedang menderita, dan aku yakin tidak sepantasnya aku dipanggil anjing." Namun tidak ada satu pun perkataan seperti ini yang keluar dari mulutnya. Perhatikanlah, orang percaya yang rendah hati dan yang benar-benar mengasihi Kristus hanya akan mengambil sesuatu yang baik dari semua hal yang dikatakan dan diperbuat Kristus, dan ia akan membuatnya menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat.
- Ia menerobos segala yang mengecilkan hati ini:
- (1) Dengan keinginan yang kudus dan sungguh-sungguh dalam menyampaikan permohonannya. Ini tampak dalam tanggapannya terhadap penolakan yang pertama (ay. 25). Perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata, "Tuhan, tolonglah aku."
- [1] Ia terus memohon. Perkataan Kristus membuat murid-murid terdiam, kita tidak lagi mendengar mengenai mereka. Mereka menerima jawaban itu, namun tidak demikian dengan wanita itu. Perhatikanlah, semakin berat beban yang kita rasakan, semakin teguh kita harus berdoa untuk meminta kelepasan darinya. Adalah kehendak Allah supaya kita bertekun dalam doa dengan tidak putus-putusnya, terus-menerus, dan jangan menyerah.
- [2] Ia menjadi lebih baik dalam permohonannya ini. Bukannya mempersalahkan Kristus, atau menuduh-Nya yang bukan-bukan, ia malah tampak lebih mempertanyakan dan mempersalahkan dirinya sendiri. Ia takut jangan-jangan waktu pertama kali memohon ia tidak cukup rendah hati dan bersikap hormat, dan karena itu kini ia mendekat dan menyembah Dia, dan bersikap lebih hormat terhadap-Nya daripada sebelumnya. Atau, ia takut kalau sebelumnya ia tidak cukup sungguh-sungguh, dan karena itu ia kini berseru, "Tuhan, tolonglah aku." Perhatikanlah, apabila jawaban bagi doa-doa kita ditunda, Allah dengan demikian ingin mengajar kita untuk berdoa lebih banyak dan lebih baik lagi. Saat itulah waktunya bagi kita untuk bertanya-tanya apa yang kurang dari diri kita dalam doa-doa sebelumnya, supaya apa yang dulu salah dapat diperbaiki nanti. Berbagai kekecewaan yang kita rasakan atas tidak terkabulnya suatu doa seharusnya lebih menyukakan hati kita lagi untuk semakin setia berdoa lagi. Kristus dalam kesengsaraan-Nya makin lebih sungguh-sungguh berdoa.
- [3] Wanita itu bertanya apakah ia termasuk di antara orang-orang yang mendapat bagian dalam tugas perutusan Kristus atau tidak. Ia tidak mau berbantah mengenai hal ini dengan-Nya, walaupun mungkin saja dia bisa mengaku mempunyai suatu hubungan keluarga dengan orang Israel. Akan tetapi, "Tidak peduli orang Israel atau bukan, aku datang kepada Anak Daud untuk memohon belas kasihan, dan aku tidak akan membiarkan-Nya pergi jika Ia tidak memberkati aku." Orang-orang Kristen yang lemah banyak membingungkan diri mereka sendiri dengan berbagai pertanyaan dan keraguan tentang keterpilihan mereka sebagai umat Allah, apakah mereka termasuk ke dalam umat Israel atau tidak. Orang-orang seperti itu lebih baik memikirkan tugas apa yang harus mereka kerjakan bagi Allah, dengan terus-menerus berdoa memohon belas kasihan dan anugerah. Mereka lebih baik bersimpuh dalam iman pada kaki Kristus dan berkata, "Kalau terpaksa mati, biarlah aku mati di sini." Dengan begitu, barulah masalah yang mereka hadapi itu akan perlahan-lahan menjadi jernih dengan sendirinya. Jika kita tidak dapat mengatasi ketidakpercayaan dengan akal budi, marilah kita mengatasinya dengan doa. Doa "Tuhan, tolonglah aku," yang diucapkan dengan sungguh-sungguh dan penuh perasaan, akan membantu kita mengatasi berbagai kekecewaan yang kadang-kadang siap menjatuhkan kita dan membuat kita kewalahan.
- [4] Permohonannya sangat singkat, tetapi mencakup semuanya dan disampaikan dengan penuh perasaan, "Tuhan, tolonglah aku." Kita bisa memandang hal ini,
- Pertama, sebagai ratapannya atas masalah yang dia hadapi. "Jika Mesias hanya diutus kepada umat Israel, Tuhan tolonglah, apa jadinya aku dan keluargaku nanti?" Perhatikanlah, tidaklah sia-sia bagi hati yang hancur untuk meratapi diri sendiri, sebab mata Allah memandang mereka (Yer. 31:18).
- Atau, kedua, sebagai permohonannya untuk diberi anugerah agar ia dapat bertahan dalam masa pencobaan ini. Ia merasa sulit mempertahankan imannya ketika dihantam sedemikian rupa seperti ini, dan karena itu ia berdoa, "Tuhan, tolonglah aku. Tuhan, kuatkan imanku sekarang. Tuhan, biarlah tangan kanan-Mu menopang aku sementara jiwaku melekat kepada-Mu" (Mzm. 63:9).
- Atau, ketiga, sebagai peneguhan terhadap permohonannya yang semula, "Tuhan, tolonglah aku. Tuhan, berikanlah kepadaku apa yang aku minta." Ia percaya bahwa Kristus dapat dan akan menolongnya, meskipun ia bukan dari umat Israel, karena kalau tidak demikian, ia pasti sudah membatalkan permohonannya. Kendati dengan semuanya itu, ia tetap berpikiran baik tentang Kristus, dan tidak mau melepaskan pegangannya. "Tuhan, tolonglah aku," adalah doa yang baik, jika dipanjatkan dengan benar. Sayang sekali bahwa doa ini dijadikan semacam suatu ejekan, dan biasanya kita menyebut nama Allah dengan sembarangan ketika kita mengucapkannya.
- (2) Dengan kecerdikan yang timbul dari iman yang kudus, wanita itu menyampaikan suatu permohonan yang mengejutkan. Kristus menempatkan orang-orang Yahudi sebagai anak-anak, seperti tunas pohon zaitun sekeliling meja Allah, dan menempatkan orang-orang bukan-Yahudi sebagai anjing-anjing di bawah meja. Akan tetapi, wanita ini tidak menyangkal kecocokan perbandingan itu. Perhatikanlah, tidak ada gunanya menentang perkataan Kristus, sekalipun perkataan itu sangat keras bagi kita. Namun wanita yang malang ini, karena tidak dapat menentang perkataan itu, bertekad memanfaatkannya menjadi sesuatu yang baik (ay. 27). "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." Nah, mari kita lihat:
- [1] Ia mengakuinya dengan sangat rendah hati, "Benar Tuhan." Perhatikanlah, kita tidak bisa merendahkan atau menghina orang percaya yang rendah hati, sebab ia sendirilah yang akan berbicara dengan merendah tentang dirinya sendiri. Ada sebagian orang yang sewaktu berbicara tampak mencela dan mencemooh diri mereka sendiri, tetapi mereka akan tersinggung jika orang lain berbuat demikian kepada mereka. Namun orang yang benar-benar rendah hati akan menerima ucapan-ucapan yang paling menghina sekalipun, dan ia tidak akan menganggapnya sebagai suatu penghinaan. "Benar Tuhan, aku tidak dapat menyangkalnya. Aku memang anjing, dan tidak berhak memakan roti yang disediakan bagi anak-anak." "Daud, perbuatanmu itu bodoh, sangat bodoh." "Benar, Tuhan." "Asaf, perbuatanmu itu seperti binatang di mata Allah." "Benar, Tuhan." "Agur, engkau ini lebih bodoh daripada orang lain." "Benar, Tuhan." "Paulus, engkau dulunya adalah orang yang paling berdosa, paling hina dari semua orang kudus, bahkan tidak layak disebut rasul." "Benar, Tuhan."
- [2] Caranya dalam memanfaatkan perkataan ini menjadi suatu permohonan sungguh cerdik, "Namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." Dengan sebuah kecerdasan yang unik, dan kecekatan serta kepandaian rohani, ia mampu memahami masalah inti yang dapat digunakan sebagai balasan terhadap apa yang tampak sebagai penghinaan. Perhatikanlah, iman yang hidup dan bekerja akan sanggup membuat apa yang melawan kita menjadi berbalik mendukung kita. Dari yang makan keluar makanan, dari yang kuat keluar manisan. Karena ketidakpercayaan, kita sering kali keliru mengira kawan sebagai lawan, dan menyimpulkan sesuatu yang buruk bahkan dari perkataan yang menghibur (Hak. 13:22-23), namun dengan iman kita dapat menemukan semangat bahkan dalam keadaan yang mengecilkan hati sekalipun, kita bisa semakin mendekat kepada Allah dengan berpegang pada tangan yang bahkan terjulur untuk menjatuhkan kita. Alangkah baiknya jika kesenangan kita adalah takut akan Tuhan (Yes. 11:3)
- Ia memohon, "Namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." Benar, bahwa makanan utuh dan teratur hanya disediakan untuk anak-anak, tetapi remah-remah yang sedikit, yang tidak berarti, dan yang biasanya diabaikan saja dibiarkan untuk dimakan anjing. Dan anjing yang menunggu di bawah meja dan berharap akan remah-remah itu tidak akan dipersalahkan karenanya. Kita orang-orang bukan-Yahudi yang malang ini tidak dapat berharap akan pelayanan dan mujizat-mujizat Anak Daud yang diadakan hanya untuk orang-orang Yahudi. Tetapi sekarang mereka sudah mulai bosan dengan makanan mereka itu, dan bermain-main dengannya, mereka mencari-cari suatu kesalahan di dalamnya, dan membuang remah-remahnya. Pastilah, sebagian dari makanan yang sudah hancur itu jatuh ke orang-orang bukan-Yahudi yang malang. "Aku memohon kesembuhan yang sambil lalu saja sifatnya, hanya remah-remahnya saja. Walaupun jatuhnya dari potongan roti berharga yang sama, tetapi itu hanyalah secuil yang tidak bernilai dibandingkan berpotong-potong roti yang dimiliki anak-anak itu." Perhatikanlah, apabila kita sudah mulai kekenyangan dengan roti yang disediakan bagi anak-anak, kita harus ingat akan banyak orang yang akan senang bila memakan remah-remahnya. Kalau makanan kita, yang berupa hak-hak istimewa rohani kita, dibagi-bagi, itu akan menjadi makanan pesta bagi banyak jiwa (Kis. 13:42). Lihatlah di sini:
- Pertama, kerendahan hati dan kebutuhan membuat wanita itu senang makan remah-remah itu. Orang-orang yang sadar bahwa mereka tidak pantas mendapat apa-apa akan bersyukur untuk apa saja yang bisa mereka terima. Kita siap menerima belas kasihan Allah yang terbesar hanya jika kita melihat diri kita tidak layak mendapatkan belas kasihan-Nya yang terkecil sekalipun. Yang paling kecil dari Kristus sangatlah berharga bagi orang percaya, sekalipun itu hanya berupa remah-remah roti kehidupan.
- Kedua, imannya mendorong dia untuk mengharapkan remah-remah itu. Jika pada meja seorang pembesar saja ada anjing-anjing yang diberi makan di bawahnya seperti layaknya anak-anak, masakan pada meja Kristus tidak bisa ada anjing juga? Perhatikanlah, ia menyebut meja itu meja tuannya. Karena itu, jika dia seekor anjing, maka dia adalah anjing-Nya. Bukanlah sesuatu yang buruk bagi kita untuk berada dalam hubungan yang paling rendah dengan Kristus. "Walaupun tidak layak disebut anak, jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan-Mu. Malah kalau bisa, tempatkanlah aku bersama anjing-anjing di luar rumah, sebab di rumah Bapaku ada banyak makanan yang berlimpah-limpah" (Luk. 15:17-19). Berdiam di rumah Allah itu indah, meskipun hanya di ambang pintunya saja.
- . Keberhasilan dan akhir yang membahagiakan dari kisah ini. Ia keluar dari perjuangan itu dengan pujian dan penghiburan. Dan, walaupun ia seorang wanita Kanaan, ia membuktikan dirinya sebagai seorang putri Israel sejati, yang seperti raja, bergumul dengan Allah, dan menang. Sebelumnya Kristus menyembunyikan wajah-Nya dari dia, tetapi sekarang Ia mengasihinya dengan kasih setia abadi (ay. 28). Maka Yesus berkata, "Hai ibu, besarlah imanmu." Ini seperti Yusuf yang menunjukkan dirinya kepada saudara-saudaranya, "Aku Yusuf," dan dengan demikian juga di sini Yesus berkata, "Aku Yesus." Sekarang Ia mulai berbicara seperti diri-Nya sendiri dan menunjukkan wajah-Nya yang sebenarnya. Tidak selamanya Ia akan berbantah.
- (1) Ia memuji imannya. "Hai ibu, besar imanmu."
- Perhatikanlah:
- [1] Imannyalah yang dipuji Kristus. Ada kebaikan-kebaikan lain yang bersinar terang dalam tingkah lakunya, yakni hikmat, kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran, dan ketekunan dalam berdoa atau memohon. Namun, semuanya ini merupakan buah dari imannya, dan hal terpuji inilah yang sungguh menjadi pusat perhatian Kristus. Sebab, dari semua kebaikan, imanlah yang paling memuliakan Kristus, maka oleh sebab itu, dari semua kebaikan, Kristus paling memuliakan iman.
- [2] Betapa besar iman wanita ini.
- Perhatikanlah:
- Pertama, walaupun iman semua orang kudus sama berharganya, namun tidak semua orang mempunyai iman yang sama kuat. Orang-orang percaya tidak mempunyai ukuran dan postur tubuh yang sama.
- Kedua, kebesaran iman banyak terletak pada keteguhan kepercayaan kita kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat yang maha mencukupi, sekalipun dalam keadaan yang mengecilkan hati. Kebesaran iman juga tergantung pada kegigihan kita untuk mengasihi dan memercayai-Nya sebagai Teman, bahkan ketika Ia tampak sedang menentang kita sebagai Musuh. Inilah iman yang sungguh hebat!
- Ketiga, iman yang lemah, jika benar, tidak akan ditolak, tetapi iman yang besar pasti akan dipuji dan akan sangat menyenangkan hati Kristus, sebab di antara orang-orang yang percayalah Ia paling dipuja. Karena itulah Kristus memuji iman si perwira (lihat ps. 8), yang juga bukan orang Yahudi, sebab ia mempunyai iman yang kuat akan kuasa Kristus. Demikianlah, wanita ini juga dipuji Kristus, karena ia mempunyai iman yang besar akan kehendak baik Kristus. Kedua orang ini diterima-Nya.
- (2) Ia menyembuhkan anak perempuannya, "Jadilah kepadamu seperti yang kau kehendaki. Aku tidak bisa menolak memberikan apa-apa kepadamu, ambillah apa yang kau cari." Perhatikanlah, orang-orang yang sungguh-sungguh percaya dapat memperoleh apa yang mereka minta. Apabila kehendak kita sesuai dengan kehendak firman Kristus, maka kehendak-Nya akan serupa dengan keinginan kita. Orang-orang yang tidak menolak Kristus akan mendapati bahwa Ia tidak akan menolak mereka pada akhirnya, meskipun untuk sementara waktu Ia tampak menyembunyikan wajah-Nya dari mereka. "Engkau ingin agar dosa-dosamu diampuni, kejahatan-kejahatanmu disingkirkan, dan sifat-sifatmu dikuduskan, jadilah kepadamu seperti yang kau kehendaki. Dan apa lagi yang kau inginkan?" Apabila kita datang kepada Kristus, seperti halnya wanita yang malang ini, untuk berdoa melawan Iblis dan kerajaannya, dan kita sehati sejiwa dengan doa-doa Kristus sebagai Sang Pengantara, maka akan terjadilah seperti yang kita kehendaki. Walaupun Iblis dapat menampi Petrus dan menggocoh Paulus, namun melalui doa Kristus dan anugerah-Nya yang mencukupi, kita akan lebih dari pada orang-orang yang menang (Luk. 22:31-32; 2Kor. 12:7-9; Rm. 16:20).
- Maka terjadilah peristiwa itu menurut perkataan Kristus. Seketika itu juga anaknya sembuh. Mulai dari saat itu ia tidak pernah lagi menderita kerasukan setan. Iman sang ibu berhasil membawa kesembuhan bagi sang anak. Meskipun orang yang sakit itu berada jauh dari Kristus, hal ini tidaklah menjadi halangan bagi keberhasilan perkataan-Nya. Dia berfirman, maka terjadilah.
SH: Mat 15:1-20 - Otoritas Allah atau tradisi? (Rabu, 12 Maret 1998) Otoritas Allah atau tradisi?
Sejak kembali dari pembuangan di Babilonia, ahli-ahli Taurat membuat banyak aturan yang mengatur kehidupan orang Yahudi....
Otoritas Allah atau tradisi?
Sejak kembali dari pembuangan di Babilonia, ahli-ahli Taurat membuat banyak aturan yang mengatur kehidupan orang Yahudi. Peraturan yang ditetapkan Musa, ditafsirkan kembali dan diberlakukan. Namun peraturan yang diterapkan itu justru membuat orang Yahudi terjerumus pada ketidakpastian dan kebingungan. Taat kepada Taurat atau peraturan ahli Taurat? Taat kepada Tuhan atau kepada ahli Taurat? Taat kepada otoritas Allah atau otoritas tradisi? Otoritas tradisi tidak boleh ditempatkan di atas Firman Tuhan. Firman Tuhan harus ditafsirkan dengan benar dan menjadikan umat Tuhan hidup taat untuk menyenangkan hati Tuhan.
Menyembah dengan bibir, bukan dengan hati. Tuhan Yesus menentang para ahli Taurat. Ia menegur dengan perumpamaan sebagai bangsa yang menyembah Tuhan dengan bibir bukan dengan hati. Semua peraturan yang ditafsirkan dari Taurat Musa hanya diucapkan di bibir. Hatinya sama sekali tidak tersentuh. Sebaliknya, semua peraturan yang mereka pikirkan dan renungkan, yang bersumber dari hati yang jahat dan kotor, dijadikan tradisi yang mengatur kehidupan umat. Menyembah Tuhan dengan benar haruslah bersumber pada pengenalan manusia akan Tuhan. Dan, ini keluar dari ketulusan dan kesungguhan seseorang untuk merenungkan firman-Nya.
SH: Mat 15:1-20 - Penafsiran yang salah (Minggu, 11 Februari 2001) Penafsiran yang salah
Penafsiran yang salah membawa
pengaruh besar bahkan cenderung sangat berbahaya.
Seorang yang menafsirkan bahwa Alkitab adalah...
Penafsiran yang salah
Penafsiran yang salah membawa pengaruh besar bahkan cenderung sangat berbahaya. Seorang yang menafsirkan bahwa Alkitab adalah benda keramat, akan lebih menghargai Alkitab sebagai benda dan bukan firman-Nya yang berkuasa. Demikianlah yang terjadi pada orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang salah menafsirkan makna dan peran perintah Allah dan tradisi.
Mereka sengaja mengkhususkan waktu dan tujuan untuk datang dari Yerusalem menjumpai Yesus. Mereka mempermasalahkan tentang murid-murid-Nya yang tidak membasuh tangan sebelum makan. Mereka yakin bahwa Yesus menjunjung tradisi ini, bukan untuk kepentingan kesehatan tetapi makna upacara pembasuhan yang biasa dilakukan para imam sebelum melayani. Mereka menafsirkan bahwa bila tangan untuk makan sudah bersih maka makanan yang masuk pun bersih, demikian pula seorang imam yang akan melayani harus mencuci tangannya (dan kaki) supaya bersih. Apakah ini makna sesungguhnya dari upacara pembasuhan?! Yesus memperingatkan mereka dengan keras karena salah menafsirkan tradisi dan hukum Allah. Mereka lebih mementingkan hal-hal yang tampak di luar dan mengabaikan kemurnian hati dalam melakukannya. Mereka tampak rajin beribadah dan lebih meninggikan ketaatan kepada Allah daripada kepada manusia (ayat 5-6), namun sesungguhnya hati mereka tidak pernah menyembah Allah, betapa munafiknya mereka.
Seringkali Kristen salah menafsirkan firman-Nya dan mementingkan hal-hal lahiriah: rajin beribadah, memberikan persepuluhan, berdiakonia, dan penginjilan; padahal ketika kita melakukannya hati kita tidak tertuju kepada Allah.
Renungkan: penafsiran yang salah seperti orang Farisi dan ahli Taurat membuat kita lelah memikul beban kemunafikan.
Bacaan untuk Minggu Epifania 6
Lagu: Kidung Jemaat 370
PA 6 Matius 15:1-20
Dapatkah kita bayangkan bagaimana orang Farisi sebagai pemuka agama yang buta kebenaran, kemudian menuntun kaum awam untuk melihat kebenaran? Kebenaran apakah yang akan diajarkan dan kemudian diterima oleh kaum awam? Seperti pepatah mengatakan jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lobang.
Bagaimana bila seorang Guru Sekolah Minggu mengajarkan kepada anak-anak Sekolah Minggu bahwa sekarang bukan zamannya lagi menghormati orang- tua, karena yang lebih penting adalah rajin ke Sekolah Minggu? Bagaimana reaksi orang-tua mendengar hal ini?
Kita menyadari betapa berbahayanya pemimpin yang demikian. Yesus menegur mereka dan menegaskan bahwa Kekristenan bukanlah agama legalitas tetapi relasi istimewa Allah dan umat-Nya.
Pertanyaan-pertanyaan pengarah:
1. Masalah apakah yang sebenarnya mau diangkat oleh orang Farisi tentang kesalahan murid-murid-Nya? Apakah masalah ini hanya sekadar masalah kebersihan dan kesehatan? Masalah kehidupan sehari- hari Yesus dan murid-murid-Nya pun tak luput dari pemandangan mereka, apa yang dapat kita pelajari dari sikap mereka?
2. Bagaimana reaksi Yesus? Bandingkan kesalahan murid- murid menurut orang Farisi dengan kesalahan orang Farisi yang diungkapkan Yesus! Apakah maksud Yesus mengatakan bahwa mereka adalah orang munafik? Bagaimana seharusnya memahami firman Tuhan dan tradisi?
3. Apakah dapat kita katakan bahwa ibadah orang Farisi hanya sebagai pameran? Jelaskan dan berikan contoh yang relevan masa kini!
4. Perhatikan respons murid-murid di ayat 12! Mengapa mereka berespons demikian? Apakah mereka mengerti perkataan Yesus? Jelaskan! Menurut Yesus apa yang seharusnya dibersihkan: penampilan luar atau penampilan dalam? Manakah yang dilihat dan dinilai Allah?
5. Pernahkah Anda menjumpai Kristen yang menjadikan ibadah sebagai pameran? Berikan contoh konkrit! Bagaimana sikap Anda meresponi hal ini? Menyadari betapa berbahayanya pemimpim rohani yang `buta', bagaimana seharusnya kita menjaga hidup kita?
SH: Mat 15:1-20 - Setia kepada firman (Selasa, 8 Februari 2005) Setia kepada firman
Apakah tidak mencuci tangan sebelum makan merupakan tindakan
yang melanggar Hukum Taurat? Ada dua pandangan mengenai hal
...
Setia kepada firman
Apakah tidak mencuci tangan sebelum makan merupakan tindakan yang melanggar Hukum Taurat? Ada dua pandangan mengenai hal tersebut. Bagi orang Farisi dan ahli Taurat perbuatan itu sudah melanggar Hukum Taurat (ayat 2), tetapi Tuhan Yesus mengatakan, "Tidak."
Ada dua alasan mengapa Tuhan Yesus menyatakan demikian. Pertama, Yesus menegur kemunafikan mereka karena menggantikan Hukum Taurat dengan ajaran tradisi mereka (ayat 3, 6). Mungkin pada mulanya tradisi-tradisi seperti itu dimaksudkan untuk mendorong dan memastikan orang Israel taat sepenuhnya terhadap Hukum Taurat. Misalnya tradisi menjanjikan persembahan uang atau harta yang diberikan ke Bait Allah, mungkin dimaksudkan supaya umat setia beribadah kepada Allah. Praktiknya tradisi ini bahkan mengizinkan seseorang untuk mengabaikan perintah Tuhan yang lebih prinsip yaitu menghormati orang tua. Kedua, sebenarnya makan dengan tangan yang belum dicuci tidak melanggar Hukum Taurat. Inti Hukum Taurat bukan terletak pada peraturan-peraturan jasmani melainkan terletak di hati (ayat 18). Hati yang kudus akan menghasilkan perbuatan kudus, bukan sebaliknya. Oleh karena itu, Yesus mengecam tradisi yang hanya mementingkan tindakan lahiriah, tetapi mengabaikan yang Tuhan inginkan.
Betapa mudahnya seseorang jatuh ke dalam dosa kemunafikan. Sepertinya ia saleh dan setia kepada Tuhan dengan menjalankan tata peraturan agamawi, tetapi telah melanggar perintah Tuhan lainnya yang lebih penting untuk dilakukan. Bisa jadi, kita dapat bahkan sering melakukan hal yang serupa ini yaitu memutarbalikkan kebenaran firman Tuhan untuk kepentingan diri sendiri. Kita juga berperilaku seolah-olah saleh padahal hanya ingin dipuja-puji orang lain. Mungkin orang lain bisa terkecoh oleh sikap itu. Akan tetapi, Tuhan tidak dapat dikelabui sebab Ia melihat hati setiap orang.
Camkan: Menumbuhkan firman-Nya dalam hati adalah kunci untuk mencegah dosa kemunafikan.
SH: Mat 15:1-20 - Firman Tuhan yang utama (Jumat, 12 Februari 2010) Firman Tuhan yang utama
"Mengutamakan hal yang utama" tampaknya bukan menjadi perhatian
pokok orang Farisi dan ahli Taurat. Hukum Taurat adalah ...
Firman Tuhan yang utama
"Mengutamakan hal yang utama" tampaknya bukan menjadi perhatian pokok orang Farisi dan ahli Taurat. Hukum Taurat adalah hal yang utama karena Allah yang memberikan kepada umat Israel. Namun yang diutamakan orang Farisi dan ahli Taurat adalah hukum-hukum tambahan yang mereka buat sendiri untuk melengkapi hukum Taurat.
Maka ketika murid-murid Tuhan Yesus tidak mencuci tangan sebelum makan, ini dianggap masalah besar oleh ahli Taurat dan orang Farisi. Lebih jauh lagi, tampaknya mereka menganggap bahwa Yesuslah yang mengajar murid-murid-Nya bertindak melawan tradisi agama (ayat 2). Yesus membalikkan pertanyaan mereka dengan pertanyaan mengapa mereka sendiri melanggar perintah Allah demi tradisi. Yesus pun memberi satu contoh yang memperlihatkan bagaimana mereka melanggar Hukum Taurat (hukum ke-5) dan mempertahankan tradisi yang bertentangan dengan Taurat itu sendiri (ayat 4-6). Melalui contoh itu, Yesus menunjukkan bahwa meskipun orang Farisi menggunakan tradisi mereka sebagai standar kebenaran, faktanya tradisi mereka sendiri bertentangan dengan hukum Allah. Maka menurut Yesus, makanan yang dimakan dengan menggunakan tangan yang tidak dicuci tidak mempengaruhi kerohanian seseorang. Namun apa yang keluar dari mulut seseorang, yaitu perkataannya, memperlihatkan kondisi hatinya (ayat 17-20). Apa yang keluar dalam wujud tindakan pun memperlihatkan hati orang.
Mengabaikan keutamaan firman Allah dalam hidup memang jadi kecenderungan manusia. Namun kita tak boleh bersikap permisif dan mengatakan bahwa itu kelemahan manusia. Tetap jadikan firman Tuhan yang utama. Hanya firman Tuhanlah nutrisi bagi kerohanian kita. Jangan mengganti firman Tuhan dengan yang lain, buku-buku rohani sekalipun. Setiap hari tetap sediakan waktu untuk membaca Alkitab. Jadikan firman Tuhan yang kita baca itu sebagai fondasi bagi perilaku, cara berpikir, cara bersikap terhadap orang lain, dan juga dalam cara kita berkarya.
SH: Mat 15:1-20 - Perintah Allah vs tradisi manusia (Sabtu, 9 Februari 2013) Perintah Allah vs tradisi manusia
Setiap bangsa atau budaya di dunia pasti mempunyai adat dan tradisi masing-masing. Banyak tradisi yang baik, patut ...
Perintah Allah vs tradisi manusia
Setiap bangsa atau budaya di dunia pasti mempunyai adat dan tradisi masing-masing. Banyak tradisi yang baik, patut dilestarikan. Ada juga tradisi yang tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab. Orang Kristen yang hidup dalam tradisi budaya tertentu harus peka terhadapnya.
Dalam memelihara hukum Taurat, para pemimpin agama Yahudi menambahkan berbagai tradisi buatan nenek moyang mereka sampai kepada detailnya seperti soal membasuh tangan sebelum makan (2). Siapa yang melanggarnya akan mendapat sanksi. Maka, mereka mempertanyakan dan mempersalahkan Yesus karena mengizinkan murid-murid-Nya makan tanpa mencuci tangan.
Yesus menegur kemunafikan mereka karena mengutamakan tradisi daripada perintah Allah. Contohnya, tradisi memberikan persembahan. Tradisi ini sebenarnya baik dan mulia. Namun yang salah ialah demi melakukan tradisi tersebut, mereka mengizinkan seseorang boleh mengabaikan perintah Tuhan untuk menghormati dan memelihara orang tuanya (4-6). Jadi, yang lebih utama ialah tradisi manusia daripada perintah Tuhan. Mereka hanya memuliakan Allah dengan mulut, tetapi hatinya jauh dari-Nya. Mereka juga lebih mementingkan hal-hal lahiriah daripada hal-hal batiniah seperti tradisi mencuci tangan sebelum makan. Bagi Yesus tidak cuci tangan tidak melanggar Taurat karena yang terpenting ialah hati kudus karena semua hal berasal dari hati. Bila hati kudus, maka pikiran, perkataan dan perbuatan yang dinyatakan juga akan kudus. Namun, bila hati jahat, semua yang dihasilkan juga jahat.
Tradisi yang baik tetap boleh kita lakukan. Namun bila hal itu bertentangan dengan firman Tuhan, kita harus tolak. Bila kita harus memilih di antara menaati tradisi atau firman Tuhan, kita harus mengutamakan firman-Nya. Firman Tuhan merupakan dasar kehidupan, makanan rohani, pedoman, dan penuntun hidup kita. Persilakan Tuhan terus memperbaiki kesalahan kita dan memperbaru hidup kita agar hati kita kudus sehingga terus menghasilkan pikiran, perkataan, dan perbuatan yang memuliakan Tuhan dan memberkati sesama.
SH: Mat 15:1-20 - Kebiasaan atau Kehendak Tuhan? (Jumat, 17 Februari 2017) Kebiasaan atau Kehendak Tuhan?
Orang-orang Farisi menegur Yesus karena murid-murid-Nya makan tanpa membasuh tangan terlebih dahulu, seperti adat isti...
Kebiasaan atau Kehendak Tuhan?
Orang-orang Farisi menegur Yesus karena murid-murid-Nya makan tanpa membasuh tangan terlebih dahulu, seperti adat istiadat Yahudi. Yesus pun menjawab dengan menunjukkan bahwa perintah Allah lebih utama daripada adat istiadat. Yesus mengutip kata-kata nabi Yesaya yang menegur umat Tuhan yang beribadah hanya di permukaannya saja. Ritual dan segala peraturan adat istiadat mereka jalankan dengan tekun, namun kehendak Tuhan tidak mereka lakukan. Salah satu contoh yang Yesus berikan adalah berkata-kata.
Berkata-kata adalah tindakan manusiawi. Tetapi, seberapa jauh kata-kata kita mencerminkan kehendak Allah? Apakah kita hanya berkata-kata sebagai bagian dari kebiasaan sehingga tanpa makna? Sering kali doa yang dipanjatkan seperti mesin otomatis yang keluar dari mulut kita tanpa adanya kesungguhan hati karena sudah menjadi rutinitas. Hal itu sering terjadi dalam ritual peribadahan. Misalnya, orang mengucapkan kata-kata dalam tata liturgi tanpa menghayati apa maknanya.
Di tengah dukacita yang dialami oleh saudara kita, apakah kata-kata kita sungguh-sungguh menyejukkan dan menghibur, bukan sekadar kebiasaan? Jangan sampai panggilan melakukan kehendak Tuhan dikalahkan oleh kebiasaan kita! Jangan pula karena takut dianggap tidak lazim, lalu secara membabi buta mengikuti kebiasaan di masyarakat! Untuk dapat hidup bersama dengan baik dibutuhkan kesediaan menyatu dengan masyarakat di mana kita tinggal. Namun, jika ada kebiasaan yang kurang baik dan merusak, tentu peran kita di tengah masyarakat bukan menghindarinya, tetapi ikut serta memperbaikinya.
Di tengah-tengah masyarakat selalu ada orang yang berperilaku baik dan buruk. Tak ada gunanya menarik diri dari lingkungan. Yang terpenting adalah apakah kita dapat menjadi saksi dan terang Kristus yang berdaya guna dalam masyarakat. Sungguh mulia apabila kita dapat menjadi agen pembawa perubahan kebiasaan sekelompok kecil orang yang memiliki perilaku yang kurang baik di tengah masyarakat. [THIE]
SH: Mat 15:1-20 - Najis atau Kudus? (Minggu, 31 Januari 2021) Najis atau Kudus?
Orang-orang Farisi dan ahli Taurat mempermasalahkan perilaku murid-murid Yesus yang tidak membasuh tangan sebelum makan. Menurut tr...
Najis atau Kudus?
Orang-orang Farisi dan ahli Taurat mempermasalahkan perilaku murid-murid Yesus yang tidak membasuh tangan sebelum makan. Menurut tradisi orang Yahudi, tidak membasuh tangan sebelum makan adalah suatu kenajisan. Secara tidak langsung, mereka sesungguhnya sedang menyindir Yesus yang tidak mengajarkan kepada murid-murid apa yang menjadi tradisi nenek moyang mereka, khususnya tentang kekudusan. Mengapa Yesus membiarkan mereka berbuat demikian?
Yesus menjawab dengan mengingatkan mereka tentang perintah Allah yang tertulis di dalam Taurat Musa perihal hidup dalam kekudusan. Jelas bahwa hidup kudus adalah perintah Allah. Kekudusan ditimbang dasarnya bukan karena melakukan perintah yang dibuat oleh manusia, melainkan karena memegang dan melakukan ketetapan Allah (lih. Im. 20). Allah menguduskan manusia, bukan sebaliknya. Oleh karena itu, sebagai umat Allah, sudah seharusnya mereka hidup dalam kekudusan dengan melakukan perintah dan kehendak Allah, bukan perintah manusia.
Yesus kemudian menjadikan peristiwa ini sebagai pengajaran yang penting bagi murid-murid, termasuk kita. Tuhan Yesus sedang menegaskan bahwa yang menajiskan seseorang bukanlah apa yang sudah ditetapkan oleh Allah, melainkan hidup berlawanan dengan perintah dan ketetapan Allah Yang Mahakudus.
Bagaimana dengan kita? Di satu sisi, kita sering kali memuji dan memuliakan Allah dengan mulut dan tangan kita. Namun di sisi lain, kita sering kali berbuat dosa melalui hati dan hidup kita. Sebagai manusia, kita mengaku berdosa dan sangat bergantung pada firman Allah. Ia memanggil kita di dalam kasih karunia-Nya untuk menjadi umat yang kudus. Umat yang setia melakukan perintah dan ketetapan-Nya. Tujuannya bukanlah untuk menjadi orang yang kudus, tetapi karena kita sudah dikuduskan oleh Allah.
Mari kita hidup di dalam kekudusan yang dianugerahkan Allah kepada kita dengan taat dan setia. Mari kita memilih untuk melaksanakan firman Tuhan yang intinya cinta kasih dan menuangkan berkat kepada orang lain. [MAR]
SH: Mat 15:21-39 - Kecil berbeda dengan kerdil. (Jumat, 13 Maret 1998) Kecil berbeda dengan kerdil.
Meskipun perempuan Siro-Fenesia ini tidak termasuk kategori umat Tuhan yaitu orang Yahudi di zaman Yesus, namun ia memil...
Kecil berbeda dengan kerdil.
Meskipun perempuan Siro-Fenesia ini tidak termasuk kategori umat Tuhan yaitu orang Yahudi di zaman Yesus, namun ia memiliki keyakinan bahwa Tuhan Yesus mampu melakukan mukjizat bagi anaknya. Beriman saja tanpa pernah meminta tidak sejalan dengan makna iman itu sendiri. Kristen yang mengaku beriman kepada Tuhan seharusnya memiliki iman yang lebih besar dari perempuan Siro-Fenesia ini. Kristen memiliki hak-hak istimewa sebagai anak-anak Allah untuk meminta. Bagi yang tidak mau meminta, tidak merasakan bagaimana indahnya menjadi anak Allah.
Pemimpin yang berbelas kasihan. Tujuan Tuhan Yesus datang ke dunia bukanlah untuk melakukan mukjizat (bdk.
Doa: Supaya para pemimpin Bangsa kami tahu arti kepemimpinannya.
SH: Mat 15:21-31 - Alamat yang tepat (Senin, 12 Februari 2001) Alamat yang tepat
Seorang yang sedang mengalami
depresi tidak akan mendapatkan solusi yang tepat
bila ia datang kepada seorang dokter umum atau
do...
Alamat yang tepat
Seorang yang sedang mengalami depresi tidak akan mendapatkan solusi yang tepat bila ia datang kepada seorang dokter umum atau dokter ahli penyakit dalam, karena mereka tidak menguasai ilmu kejiwaan. Inilah akibatnya bila seorang datang pada alamat yang salah. Tidak sama halnya dengan perempuan Kanaan yang tahu bahwa ia datang kepada Yesus, alamat yang tepat, sehingga ia mendapatkan jawaban bagi pergumulannya.
Ketika Yesus sedang menyingkir ke Tirus dan Sidon, seorang perempuan Kanaan dari daerah itu datang menemui-Nya dan berseru memohon belas kasihan. Apa yang dapat kita teladani dari perempuan ini? (ayat 1) Ia datang kepada 'Tuhan' dan 'Anak Daud', suatu sebutan yang berarti Mesias yang dinantikan. Kepada-Nya ia menceritakan pergumulannya. (ayat 2) Ia tetap beriman memohon walaupun sepertinya Yesus sama sekali tidak mempedulikan teriakannya. Murid- murid-Nya pun meminta-Nya untuk mengusirnya karena tidak tahan mendengar teriakan perempuan ini yang mungkin berkali-kali dilakukannya sambil mengikuti mereka. (ayat 3) Sikap rendah hati karena menyadari siapa dirinya di hadapan Yesus. Ia sepertinya tidak mempedulikan pernyataan Yesus bahwa Ia diutus hanya kepada domba-domba Israel yang hilang, maka dengan sikap menyembah ia menyatakan bahwa ia sungguh-sungguh membutuhkan pertolongan-Nya. (ayat 4) Ketika Yesus kembali menekankan bahwa status perempuan ini berbeda dengan orang Israel, sepertinya perempuan ini tidak layak menerima belas kasihan-Nya; ia mengatakan bahwa ia tidak meminta apa yang diperuntukkan bagi orang Israel tetapi ia hanya meminta yang layak ia dapatkan, yakni remah- remahnya. Di sini kita melihat bagaimana imannya, karena ia tidak memaksakan kehendaknya tetapi ia benar-benar memfokuskan permohonnya kepada belas kasihan-Nya. Ia tetap menganggap suatu anugerah bila ia pun hanya mendapatkan remah-remah, sesuatu yang tidak lagi dihargai orang lain.
Yesus menyembuhkan banyak orang tetapi tidak semuanya memiliki iman seperti perempuan Kanaan ini. Perempuan ini telah datang pada alamat yang tepat, memiliki sikap yang benar, dan mendapatkan anugerah-Nya.
Renungkan: Anugerah-Nya nyata bagi orang yang mau datang kepada-Nya dan menghargai setiap anugerah yang dinyatakan-Nya.
SH: Mat 15:21-39 - Pelayanan lintas budaya (Rabu, 9 Februari 2005) Pelayanan lintas budaya
Biasanya kita sulit untuk menganggap orang yang berbeda ras,
bahasa, suku, dan status sosial sebagai sesama yang patut
...
Pelayanan lintas budaya
Biasanya kita sulit untuk menganggap orang yang berbeda ras, bahasa, suku, dan status sosial sebagai sesama yang patut dihargai. Sayangnya, sikap salah ini telah merambah masuk juga dalam kehidupan gereja tertentu. Bagaimana sikap Tuhan dalam nas ini?
Tuhan Yesus menyembuhkan anak perempuan seorang perempuan Kanaan. Tindakan ini menunjukkan bahwa kepedulian-Nya tidak dibatasi hanya kepada suku-Nya sendiri. Percakapan Tuhan Yesus dengan perempuan Kanaan pada ay. 24 seakan-akan menyiratkan pelayanan Tuhan Yesus sempit. Padahal di balik perkataan-Nya itu, Ia mengoreksi pandangan "sempit" para murid. Mereka beranggapan bahwa Tuhan Yesus hanya diutus kepada orang Yahudi.
Kepedulian Tuhan Yesus terhadap bangsa nonyahudi juga ditunjukkan-Nya dengan mengunjungi wilayah utara Galilea ke desa-desa orang-orang kafir (ayat 29). Di sana Ia menyembuhkan berbagai penyakit (ayat 30-31). Dan pada puncak peduli-Nya Ia memberi makan empat ribu orang yang telah mengikuti rombongan Tuhan Yesus selama tiga hari (ayat 32-39). Perbuatan mukjizat yang pernah dibuat-Nya terhadap umat Yahudi kini dilakukan-Nya kepada orang-orang nonyahudi. Bagi Tuhan Yesus mereka pun domba-domba hilang yang perlu ditemukan, dihantar pulang, dan diselamatkan.
Setiap orang, tidak peduli suku, ras, bahasa, dan bangsa memerlukan Tuhan Yesus. Hari ini kita bisa menjadi bagian dari umat Tuhan karena ada orang yang mau mengabarkan Injil ke semua bangsa, termasuk ke Indonesia. Mereka rela menyeberang lautan, melintas daratan, dan meninggalkan segala sesuatu untuk menjangkau kita. Sekarang, kita pun dipercayakan Tuhan Yesus untuk menjangkau suku-suku di seluruh Indonesia yang belum mendengar Injil.
Renungkan: Tuhan ingin kita membagikan kasih penyelamatan-Nya kepada orang-orang yang kita temui. Mulailah dengan mendoakan tetangga, pembantu, dan orang-orang di sekitar kita.
SH: Mat 15:21-39 - Yesus berkuasa (Minggu, 14 Februari 2010) Yesus berkuasa
Kita semua tahu bahwa Yesus adalah Tuhan yang berkuasa, tetapi
sejauh mana kita mengamini dan mengalami kuasa itu di dalam
h...
Yesus berkuasa
Kita semua tahu bahwa Yesus adalah Tuhan yang berkuasa, tetapi sejauh mana kita mengamini dan mengalami kuasa itu di dalam hidup kita. Misal ketika kita sedang menghadapi pencobaan, kesulitan, atau masalah lain. Jangan-jangan kita malah meragukan penyertaan dan campur tangan Tuhan di dalam kehidupan kita pada saat demikian.
Bacaan hari ini memperlihatkan tiga mukjizat yang menyatakan kuasa Yesus atas segala sesuatu. Pertama, Yesus berkuasa atas setan. Kuasa Yesus ini dinyatakan melalui iman seorang perempuan Kanaan. Ia adalah orang kafir yang belum mengenal Allah. Maka Yesus terlebih dulu menguji apakah ia sungguh-sungguh memiliki iman. Dimulai dengan tidak mempedulikan dan bahkan murid-murid ingin mengusirnya (ayat 23). Lalu Yesus menekankan tujuan misi-Nya (ayat 24), dan membandingkan perempuan itu dengan `anjing'. Namun perempuan itu tidak putus asa (ayat 22, 25) dan tidak marah. Sebaliknya dengan rendah hati ia merespons perkataan Yesus secara positif (ayat 27) serta mengimani Yesus sebagai Tuhan (ayat 27), bukan lagi anak Daud (ayat 22). Kedua, Yesus berkuasa atas segala penyakit (ayat 29-31). Kita dapat menyerahkan masalah penyakit kepada-Nya. Ia akan menolong dan menyembuhkan kita menurut kehendak-Nya. Ketiga, Yesus berkuasa atas kuantitas. Belas kasihan-Nya terhadap kebutuhan fisik orang banyak telah mendorong Yesus menyatakan kuasa-Nya dengan memperbanyak jumlah (kuantitas) dari hanya tujuh roti dan beberapa ikan sehingga mampu memberi makan empat ribu laki-laki (diperkirakan seluruhnya berjumlah sepuluh ribu lebih orang) dan masih tersisa tujuh bakul penuh.
Tuhan memang berkuasa, marilah kita memercayai dan menyerahkan seluruh kesulitan, penderitaan, dan permasalahan hidup kita kepada-Nya. Ia akan memberikan jalan keluar dan menolong kita karena tidak ada yang mustahil bagi Dia. Kita tidak perlu kuatir atas hidup kita. Datanglah ke hadapan Tuhan dalam doa yang tidak jemu-jemu dan penuh iman.
SH: Mat 15:21-31 - Tuhan mengasihi semua orang (Senin, 11 Februari 2013) Tuhan mengasihi semua orang
Ada sebuah nyanyian anak Sekolah Minggu berbunyi demikian, "Tuhan cinta segala bangsa, segala bangsa di dunia ...." Kita ...
Tuhan mengasihi semua orang
Ada sebuah nyanyian anak Sekolah Minggu berbunyi demikian, "Tuhan cinta segala bangsa, segala bangsa di dunia ...." Kita sendiri juga mungkin menyanyikannya, tetapi apakah kita sungguh-sungguh mengasihi dan merindukan keselamatan mereka yang berbeda suku?
Kita belajar meneladani Yesus melalui nas hari ini. Yesus kembali ingin menenangkan diri di tempat yang sunyi. Namun kedatangan-Nya ke wilayah nonYahudi ini diketahui oleh seorang perempuan Kanaan yang anaknya kerasukan setan. Berbeda dengan para rabi dan pemimpin Yahudi yang umumnya akan menolak melayani perempuan, terlebih lagi perempuan asing, Yesus bersedia melakukannya.
Mengapa Yesus 'menyindir' perempuan Kanaan itu sebagai "anjing"? Semua itu bertujuan untuk menguji dan memproses iman perempuan itu yang bukan umat Allah agar ia percaya dan imannya semakin bertumbuh. Kata "anjing" yang Yesus pergunakan bukan anjing liar, tetapi anjing peliharaan yang manis. Perempuan itu berhasil melewati semua ujian tersebut. Ia tidak putus asa, kecewa, dan menyerah, tetapi terus memohon kepada Yesus dan rela merendahkan diri sebagai anjing peliharaan yang tetap mendapat berkat dari tuannya. Imannya semakin bertumbuh dari hanya sekadar mengenal Yesus sebagai Anak Daud (24) menjadi sebagai Tuhan (25, 27). Yesus mengabulkan permohonannya (28).
Kasih Yesus juga ditunjukkan kepada mereka yang tinggal di sekitar danau Galilea, di Dekapolis (Mrk. 7:31). Di sana Ia juga menyembuhkan mereka yang mengalami berbagai penyakit. Hasilnya mereka semua memuliakan Allah Israel.
Bukankah Yesus juga telah mengasihi dan mati di kayu salib menebus dosa kita, orang nonYahudi, sehingga mendapat keselamatan dan hidup kekal. Oleh karena itu, mari kita merespons kasih Yesus dengan percaya dan menjalankan misi lintas budaya menjangkau segala suku bangsa di dunia bagi Kristus. Di samping itu, bila kita ada masalah dan kesulitan, mari datang memohon kepada Yesus dengan penuh iman dan tidak jemu-jemu, maka Ia akan menjawab doa dan mengatasi masalah kita.
SH: Mat 15:21-31 - Beriman itu Aktif (Sabtu, 18 Februari 2017) Beriman itu Aktif
Perempuan Kanaan yang memohon belas kasihan Yesus bagi anak-Nya mendapat pujian dari Yesus, "Hai, Ibu, besar imanmu, ...", demikian...
Beriman itu Aktif
Perempuan Kanaan yang memohon belas kasihan Yesus bagi anak-Nya mendapat pujian dari Yesus, "Hai, Ibu, besar imanmu, ...", demikian kata-kata Yesus. Karena iman, ibu itu berani memohon kepada Yesus, bahkan bersoal jawab dengan-Nya mengenai haknya terhadap karya Yesus. Orang banyak yang berbondong-bondong dibawa kepada Yesus di atas bukit juga disembuhkan karena iman. Karena beriman, mereka datang dan dibawa kepada Yesus.
Bukan hal mudah untuk berada di depan umum bersoal jawab dengan orang terkemuka. Namun, Si Ibu dari Kanaan itu berani melakukannya demi anaknya. Semua dilakukannya karena imannya bahwa Yesus berkuasa menyembuhkan anak-Nya. Bukan perkara yang gampang untuk membawa orang lumpuh, timpang, buta, bisu, dan sakit penyakit lainnya ke atas sebuah bukit. Kenyataannya, mereka tetap melakukannya karena yakin bahwa Yesus berkuasa menyembuhkan mereka. Mereka beriman dengan aktif. Mereka tidak menunggu Yesus datang untuk menyembuhkan mereka. Mereka bergerak, mencari, dan mendekat kepada Yesus. Demikian seharusnya iman itu.
Iman bukan sesuatu yang pasif, diam lalu percaya bahwa sesuatu akan terjadi. Iman itu aktif, giat bertindak demi mewujudkan hal yang diharapkan. Iman itu memohon sekaligus berusaha. Iman membuat seorang pemuda yang belum mendapatkan pekerjaan tak hentinya berdoa, tetapi juga tak jemu mengirimkan lamaran pekerjaan atau berusaha memulai sebuah usaha. Iman membuat orangtua tak jemu berdoa supaya anaknya lulus sekolah, tetapi juga bertindak menyediakan sarana dan suasana yang mendukung sehingga anaknya bisa belajar dengan baik dan tenang. Beriman berarti aktif bertindak.
Mari kita bersyukur kalau Tuhan mengizinkan adanya tantangan di tengah kehidupan kita! Karena tantangan itu dapat membuat kita teruji: seberapa jauh kita beriman kepada Tuhan? Seberapa aktif kita mewujudkan iman yang konkret? Tak bisa hanya berdiam diri. Berdoa dan bertindak adalah perwujudan iman itu sendiri.[THIE]
Baca Gali Alkitab 7
Pelayanan Yesus tidak hanya dibatasi pada bangsa Yahudi. Ia datang ke dunia untuk menyelamatkan seluruh manusia dari keberdosaan mereka. Pelayanan kesembuhan yang dilakukan-Nya membuktikan bahwa Allah datang melawat umat-Nya.
Apa saja yang Anda baca?
1. Ke manakah Yesus pergi (21)?
2. Siapa yang meminta pertolongan kepada Yesus (22)?
3. Apa reaksi Yesus terhadap perempuan itu (23)?
4. Apa jawaban Yesus kepada perempuan itu (24, 26)?
5. Apa jawabab perempuan itu kepada Yesus (25, 27)?
6. Apa yang terjadi pada perempuan itu (28)?
7. Apa yang Yesus lakukan selelah meninggalkan tempat itu (29)?
8. Apa yang dilakukan oleh orang banyak saat mendengar Yesus ada di sana (30)?
9. Apa reaksi orang banyak melihat mukjizat Yesus (31)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Mengapa dalam pelayanan Yesus selalu disertai tanda mukjizat?
2. Apa pentingnya mukjizat bagi manusia dan Allah?
Apa respons Anda?
1. Allah itu Mahakuasa. Ia sanggup menyembuhkan segala penyakit, tetapi Allah juga menghargai ilmu kedokteran yang dipakai oleh para dokter saat mendiagnosis suatu penyakit. Karena itu, saat Anda membutuhkan pertolongan, apa yang Anda pinta kepada Allah dan melalui sarana apa?
Pokok Doa:
Mengucap syukur atas kebaikan dan pemeliharaan Allah atas hidup kita.
SH: Mat 15:21-31 - Pendosa yang Beriman (Rabu, 1 September 2021) Pendosa yang Beriman
Barangkali Yesus terkesan sangat kasar terhadap perempuan non-Yahudi dalam perikop ini. Yesus memakai analogi anak-anak dan anji...
Pendosa yang Beriman
Barangkali Yesus terkesan sangat kasar terhadap perempuan non-Yahudi dalam perikop ini. Yesus memakai analogi anak-anak dan anjing saat merespons perempuan itu (26). Tetapi, kalau kita melihat perikop sebelumnya, Yesus juga mengecam orang-orang Farisi yang mengutamakan adat istiadat dan menganggap diri layak di hadapan Allah (7).
Pada masa itu orang Yahudi menganggap orang Kanaan najis sama seperti anjing. Jadi, saat itu Yesus tidak sedang bersikap kasar, tetapi hanya mengucapkan kalimat yang umum diucapkan orang Yahudi kepada orang non-Yahudi. Reaksi perempuan itu justru menunjukkan iman yang bertolak belakang dengan orang Farisi. Imannya itu tidak bergantung pada pandangan orang Yahudi kepadanya, tetapi pada Yesus yang ada di hadapan-Nya. Iman perempuan itulah yang mendatangkan kesembuhan atas anaknya (28).
Penulis Injil Matius kemudian melanjutkan narasinya tentang orang banyak yang berbondong-bondong datang karena iman mereka kepada Yesus (30). Orang banyak mengalami mukjizat dan memuliakan Allah (31). Jadi, kita melihat kontras antara orang Farisi yang merasa diri layak di hadapan Allah dengan orang yang dianggap tidak layak oleh masyarakat Yahudi, tetapi justru memiliki iman kepada Yesus.
Kita bisa terjebak menjadi orang Kristen dengan sikap take it for granted atau merasa layak di hadapan Allah seperti orang-orang Farisi. Padahal kita hanya mengutamakan perilaku keagamaan yang tampak di luar saja. Kita merasa layak di hadapan Tuhan karena kita sudah memberi persembahan, melakukan berbagai pelayanan atau kegiatan ibadah, dan menjadi aktivis gereja. Lalu, kita merasa lebih benar dibandingkan orang lain dan lebih layak di hadapan Tuhan.
Seperti perempuan Kanaan dan orang banyak yang beriman kepada Yesus, hendaknya kita juga memiliki iman yang lahir dari kesadaran akan kondisi kita yang berdosa di hadapan Allah, dan mengingat akan anugerah Allah di dalam Yesus Kristus. Iman seperti itu akan membuat kita senantiasa memuji dan memuliakan Allah di dalam hidup kita. [RGD]
Topik Teologia: Mat 15:1 - -- Wahyu Allah
Wahyu Khusus
Karakteristik Kitab Suci
Alkitab adalah Standar Kebenaran
Mat 15:1-3 Mar 7:7-9,13 Yoh 5:46-4...
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Karakteristik Kitab Suci
- Alkitab adalah Standar Kebenaran
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Berkomunikasi dengan Allah
- Berdoa kepada Allah
- Halangan-halangan pada Doa
- Kemunafikan Menghalangi Doa
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
- Tanggung Jawab Terhadap Orangtua
- Sikap Orang Percaya Terhadap Orangtua
- Menghormati Orangtua
Topik Teologia: Mat 15:3 - -- Wahyu Allah
Wahyu Khusus
Umat Manusia: Wanita
Wanita sebagai Anggota Masyarakat
Wanita Dalam Keluarga
Ibu Harus Dihormati ...
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Umat Manusia: Wanita
- Wanita sebagai Anggota Masyarakat
- Wanita Dalam Keluarga
- Ibu Harus Dihormati oleh Anak-anaknya
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Berkomunikasi dengan Allah
- Berdoa kepada Allah
- Halangan-halangan pada Doa
- Kemunafikan Menghalangi Doa
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
- Tanggung Jawab Terhadap Orangtua
- Sikap Orang Percaya Terhadap Orangtua
- Menghormati Orangtua
Topik Teologia: Mat 15:4 - -- Wahyu Allah
Wahyu Khusus
Umat Manusia: Wanita
Wanita sebagai Anggota Masyarakat
Wanita Dalam Keluarga
Ibu Harus Dihormati ...
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Umat Manusia: Wanita
- Wanita sebagai Anggota Masyarakat
- Wanita Dalam Keluarga
- Ibu Harus Dihormati oleh Anak-anaknya
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Berkomunikasi dengan Allah
- Berdoa kepada Allah
- Halangan-halangan pada Doa
- Kemunafikan Menghalangi Doa
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
- Tanggung Jawab Terhadap Orangtua
- Sikap Orang Percaya Terhadap Orangtua
- Menghormati Orangtua
Topik Teologia: Mat 15:6 - -- Wahyu Allah
Wahyu Khusus
Umat Manusia: Wanita
Wanita sebagai Anggota Masyarakat
Wanita Dalam Keluarga
Ibu Harus Dihormati ...
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Umat Manusia: Wanita
- Wanita sebagai Anggota Masyarakat
- Wanita Dalam Keluarga
- Ibu Harus Dihormati oleh Anak-anaknya
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Berkomunikasi dengan Allah
- Berdoa kepada Allah
- Halangan-halangan pada Doa
- Kemunafikan Menghalangi Doa
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Kelompok-kelompok Orang Khusus
- Tanggung Jawab Terhadap Orangtua
- Sikap Orang Percaya Terhadap Orangtua
- Menghormati Orangtua
Topik Teologia: Mat 15:7 - -- Wahyu Allah
Wahyu Khusus
Pandangan Yesus Atas Perjanjian Lama
Kristus Memakai Perjanjian Lama Secara Otoritatif
Yesus Me...
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Pandangan Yesus Atas Perjanjian Lama
- Kristus Memakai Perjanjian Lama Secara Otoritatif
- Yesus Memakai Perjanjian Lama di Dalam Pengajaran
- Kristus Mengumumkan Penggenapan Perjanjian Lama: Kekerasan Hati Israel
- Mat 13:10-16 (Yes 6:9-0) Mat 15:7-9 (Yes 29:13)
- Dosa
- Dosa-dosa Terhadap Sesama
- Dosa-dosa Penipuan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Berkomunikasi dengan Allah
- Berdoa kepada Allah
- Halangan-halangan pada Doa
- Kemunafikan Menghalangi Doa
Topik Teologia: Mat 15:8 - -- Wahyu Allah
Wahyu Khusus
Pandangan Yesus Atas Perjanjian Lama
Kristus Memakai Perjanjian Lama Secara Otoritatif
Yesus Me...
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Pandangan Yesus Atas Perjanjian Lama
- Kristus Memakai Perjanjian Lama Secara Otoritatif
- Yesus Memakai Perjanjian Lama di Dalam Pengajaran
- Kristus Mengumumkan Penggenapan Perjanjian Lama: Kekerasan Hati Israel
- Mat 13:10-16 (Yes 6:9-0) Mat 15:7-9 (Yes 29:13)
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Unsur-unsur Pembentuk Keindividualitas Manusia
- Bagian dari Tubuh Manusia sebagai Aspek Moral Kemanusiaan
- Dosa
- Dosa-dosa Terhadap Sesama
- Dosa-dosa Penipuan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Berkomunikasi dengan Allah
- Berdoa kepada Allah
- Halangan-halangan pada Doa
- Kemunafikan Menghalangi Doa
Topik Teologia: Mat 15:13 - -- Pengudusan
Nama dan Kiasan untuk Umat yang Dikuduskan
Gambaran dan Kiasan untuk Orang-orang Benar (Umat Allah)
Orang Benar adalah ...
- Pengudusan
- Nama dan Kiasan untuk Umat yang Dikuduskan
- Gambaran dan Kiasan untuk Orang-orang Benar (Umat Allah)
- Orang Benar adalah Seperti Tanaman
Topik Teologia: Mat 15:14 - -- Dosa
Deskripsi tentang Dosa-dosa dan Pendosa
Metafora untuk Para Pendosa
Para Pendosa seperti Penuntun Buta bagi Orang Buta
Mat 15...
- Dosa
- Deskripsi tentang Dosa-dosa dan Pendosa
- Metafora untuk Para Pendosa
- Para Pendosa seperti Penuntun Buta bagi Orang Buta
Topik Teologia: Mat 15:19 - -- Dosa
Dosa adalah Kecenderungan Moral pada Kejahatan
Kej 6:5 Kej 8:21 Ayu 14:4 Ayu 15:14-16 Maz 5:10 Maz 14:1-3 Maz 51:7,9-10,12 Maz...
- Dosa
- Dosa adalah Kecenderungan Moral pada Kejahatan
- Kej 6:5 Kej 8:21 Ayu 14:4 Ayu 15:14-16 Maz 5:10 Maz 14:1-3 Maz 51:7,9-10,12 Maz 94:11 Maz 143:2 Pengk 7:20,29 Pengk 9:3 Yes 1:5-6 Yes 64:6 Yer 13:23 Yer 17:9 Yeh 36:25-27 Mik 7:2-4 Mat 7:17-19 Mat 15:17-19 Luk 6:45 Yoh 3:19 Rom 1:21-32 Rom 5:12-14 Rom 6:12-14 Rom 7:14-26 Rom 8:5-8 1Ko 2:14 Gal 3:10 Efe 2:1-2 Efe 4:17-24 Efe 5:8 Kol 2:13 Tit 1:15-16 Yak 1:14-15 Yak 2:10 1Pe 2:9 1Yo 1:8 1Yo 5:19
- Meleter / Fitnah
Topik Teologia: Mat 15:22 - -- Yesus Kristus
Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
Anak Daud
Mat 15:22
Makhluk-makhluk Supranatural
Iblis-iblis
...
- Yesus Kristus
- Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
- Anak Daud
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Iblis-iblis
- Umat Manusia: Wanita
- Wanita dan Peranannya Dalam Agama
- Wanita Dalam Pelayanan Yesus
- Wanita-wanita sebagai Teladan Iman
- Wanita Kanaan
Topik Teologia: Mat 15:23 - -- Makhluk-makhluk Supranatural
Iblis-iblis
Pengusiran Iblis
Pengenyahan Iblis
Yesus Mengusir Iblis
Ia Mengusir...
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Iblis-iblis
- Pengusiran Iblis
- Pengenyahan Iblis
- Yesus Mengusir Iblis
- Ia Mengusir Mereka Oleh Pernyataan
- Umat Manusia: Wanita
- Wanita dan Peranannya Dalam Agama
- Wanita Dalam Pelayanan Yesus
- Wanita-wanita sebagai Teladan Iman
- Wanita Kanaan
Topik Teologia: Mat 15:24 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Maim Yesus alas Keilahian
Klaim yang Berkaitan dengan Misi Yesus
Yesus Datang untuk Menj...
- Yesus Kristus
- Keilahian Kristus
- Maim Yesus alas Keilahian
- Klaim yang Berkaitan dengan Misi Yesus
- Yesus Datang untuk Menjadi Juruselamat Manusia
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Iblis-iblis
- Pengusiran Iblis
- Pengenyahan Iblis
- Yesus Mengusir Iblis
- Ia Mengusir Mereka Oleh Pernyataan
- Umat Manusia: Wanita
- Wanita dan Peranannya Dalam Agama
- Wanita Dalam Pelayanan Yesus
- Wanita-wanita sebagai Teladan Iman
- Wanita Kanaan
Topik Teologia: Mat 15:25 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Maim Yesus alas Keilahian
Klaim yang Berkaitan dengan Allah
Yesus Menerima Permohonan Do...
- Yesus Kristus
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Iblis-iblis
- Pengusiran Iblis
- Pengenyahan Iblis
- Yesus Mengusir Iblis
- Ia Mengusir Mereka Oleh Pernyataan
- Umat Manusia: Wanita
- Wanita dan Peranannya Dalam Agama
- Wanita Dalam Pelayanan Yesus
- Wanita-wanita sebagai Teladan Iman
- Wanita Kanaan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Berkomunikasi dengan Allah
- Berdoa kepada Allah
- Unsur-unsur Doa
- Permohonan
- Permohonan untuk Pertolongan
TFTWMS: Mat 15:1-9 - Tradisi Buatan Manusia Versus Hukum Allah TRADISI BUATAN MANUSIA VERSUS HUKUM ALLAH (Matius 15:1-9)
1 Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem kepada Yesus dan ...
TRADISI BUATAN MANUSIA VERSUS HUKUM ALLAH (Matius 15:1-9)
1 Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem kepada Yesus dan berkata: 2"Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan." 3 Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Mengapa kamupun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu? 4 Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati. 5 Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk persembahan kepada Allah, 6 orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri. 7 Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: 8 Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. 9 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia."
Ayat 1. Popularitas Yesus menyebar terus, mendapat perhatian bukan hanya dari Herodes Antipas di Galilea (14:1, 2) tapi juga dari para pemimpin Yahudi di Yerusalem. Dari awal pelayanan-Nya, Yesus punya pengikut yang tinggal di Yerusalem (4:25). Pada saat ini, Ia telah mengunjungi Kota Suci itu setidaknya dua kali (Yoh. 2:13; 5:1).
Para pemimpin di Yerusalem berniat mengirim delegasi untuk menyelidiki pergerakan Yesus di Palestina (lihat Yoh. 1:19-28). Sebelumnya, Ia pernah menggoyang para pemimpin lokal di Galilea ketika Ia makan bersama para pemungut cukai dan orang-orang berdosa dan melanggar tradisi Sabat mereka (9:11, 34; 12:2, 14). Ia juga telah menyinggung mereka dengan mengucapkan pengampunan dosa bagi seorang laki-laki yang dibawa kepada Dia (9:2, 3). Oleh karena itu, setelah melihat ajaran Yesus sebagai ancaman, para pemimpin di Yerusalem itu mengirim sekelompok orang ke Galilea untuk mempermalukan Dia. Menurut Markus, sebuah konflik sebelumnya—di mana Yesus dituduh kerasukan Beelzebul—juga berasal dari kontingen di Yerusalem (Mrk. 3:22; lihat Mat. 9:34; 12:24). Para pemimpin Yahudi itu tidak diragukan lagi mengharap upaya mereka akan lebih sukses daripada yang pernah mereka lakukan di masa lalu.
Beberapa dari mereka yang dikirim dari Yerusalem diidentifikasi sebagai ahli-ahli Taurat. Orang-orang ini menyalin Kitab Suci Perjanjian Lama, dan juga dokumen-dokumen sah lainnya. Karena keakraban mereka dengan teks suci, mereka menjadi penafsir utama atas teks suci itu (2:4; 5:20; 7:29). Mereka juga disebut "pengacara" (22:35; NASB) dan "guru Taurat" (Luk. 5:17; NASB). Berdasarkan profesi mereka, pengetahuan mereka tentang hukum Taurat diakui.
Orang-orang Farisi ("orang-orang yang dipisahkan") adalah sekte terbesar di antara orang-orang Yahudi. Mereka adalah kaum legalis pada zamannya (lihat 23:1-10), berpegang teguh pada hukum tertulis dan tradisi lisan. Mereka muncul untuk melawan promosi kebudayaan Yunani di antara orang-orang Yahudi pada zaman Antiokhus Epifanes.1Mereka umumnya menganut doktrin kebangkitan orang mati dan kekekalan jiwa, berbeda dengan keyakinan orang-orang Saduki. Mereka juga percaya pada doktrin upah dan hukuman di masa depan (Kisah 23:8; lihat komentar tentang 3:7). Meski tidak semua orang Farisi adalah ahli Taurat, mayoritas ahli Taurat adalah anggota partai Farisi.2
Ayat 2. Pertanyaan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu lebih merupakan tuduhan daripada meminta informasi. Di kesempatan lain, seorang Farisi tampak terkejut ketika Yesus sendiri tidak melakukan ritual cuci tangan sebelum makan (Luk. 11:38).
Karena rabi dianggap bertanggung jawab atas perilaku murid-murid mereka, maka Yesus dikecam atas tindakan murid-murid-Nya (lihat 9:14; 12:2). Tidak diragukan lagi perilaku murid-murid itu terkait dengan pengajaran dan teladan Yesus. Karena mereka menentang tradisi yang sudah lama dianut, maka tindakan mereka itu kemungkinan besar bukan karena kesembronoan atau kelemahan, tetapi tindakan yang disengaja yang muncul dari ajaran yang Yesus telah berikan kepada mereka. Mereka melakukan apa yang mereka lakukan oleh karena prinsip, dan bukan karena kelalaian. Setidaknya, ini pasti cara menalar orang-orang Farisi dan para ahli Taurat itu.3
Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat itu menggunakan adat istiadat nenek moyang mereka sebagai standar penilaian. Kata "tradisi" (paraĂ·dosiĂź, paradosis) mengacu kepada ajaran yang telah "diturunkan" atau "diteruskan." "Adat istiadat nenek moyang" menunjukkan penafsiran atas Kitab Suci yang telah diteruskan dari generasi ke generasi. Sebelum pertobatannya, Paulus dibesarkan sebagai seorang Farisi, dan ia bersemangat terhadap "adat istiadat nenek moyang[nya]" (Gal. 1:14; NIV).
Setelah penawanan Babel, guru-guru Yahudi membuat banyak aturan yang sangat teliti untuk mengatur kehidupan sehari-hari kaum itu. Tujuan pelbagai aturan ini adalah untuk lebih menjabarkan hukum Taurat. Peraturan-peraturan itu juga berfungsi untuk mencegah orang-orang Yahudi itu mengulangi dosa-dosa masa lalu yang telah menyebabkan kejatuhan mereka. Peraturan itu dimaksudkan untuk berfungsi sebagai "pagar di sekeliling hukum Taurat."4Setelah diwariskan selama berabad-abad dalam bentuk lisan, peraturan-peraturan itu akhirnya dicatat dalam kitab Mishnah. Para rabi menyatakan bahwa awalnya Musa menerima hukum lisan ini di Gunung Sinai, dan hukum itu diteruskan melalui para tua-tua Israel kepada mereka.5
Namun demikian, tidak semua orang Yahudi menerima tradisi ini. Mayoritas ahli Taurat dan orang Farisi menganggap tradisi ini menjadi sama mengikatnya dengan hukum tertulis itu sendiri. Namun begitu, orang-orang Saduki menolak tradisi itu, dan beberapa "rakyat negeri itu," rakyat biasa, tidak menaati tradisi-tradisi itu.6Josephus menulis, Orang-orang Farisi telah menyampaikan banyak sekali ketetapan kepada kaum itu melalui suksesi dari nenek moyang mereka, yang tidak tertulis dalam hukum Musa; dan atas dasar itulah orang-orang Saduki menolaknya dan mengatakan bahwa kita harus menghargai ketetapan-ketetapan dalam bentuk kata-kata tertulis sebagai kewajiban, tetapi tidak boleh melaksanakan apa yang berasal dari tradisi nenek moyang kita; dan mengenai hal-hal ini pertikaian besar dan perbedaan sudah muncul di antara mereka, sementara orang-orang Saduki tidak mampu membujuk siapa saja kecuali orang kaya …, namun orang-orang Farisi memiliki orang banyak di pihak mereka.7
Setelah beberapa waktu, tradisi-tradisi buatan manusia ini mulai mengambil alih Firman Allah. Belakangan beberapa sumber melaporkan bahwa hukum lisan lebih berbobot daripada hukum tertulis.8
Dalam tuduhan mereka terhadap murid-murid Tuhan, ahli-ahli Taurat dan orang Farisi itu tidak mencoba untuk menyembunyikan fakta bahwa yang sedang dilanggar adalah tradisi lisan mereka dan bukan perintah tertulis hukum Taurat. Mereka mengecam murid-murid itu karena tidak membasuh tangan mereka sebelum makan. Tuduhan itu tidak dimotivasi oleh kepedulian terhadap kebersihan pribadi. Sebaliknya, itu berasal dari tradisi mengenai ritual penyucian. Para pengecam Tuhan itu menalar dengan cara sebagai berikut: Seseorang kemungkinan menyentuh sesuatu yang najis dengan tangannya selama hari itu. Ketika ia mengambil rotinya untuk dimakan pada waktu makan, roti itu akan menjadi najis. Lalu, ketika ia makan roti itu, seluruh tubuhnya akan menjadi najis. Untuk menghindari kenajisan seremonial seperti itu, ia harus membasuh tangannya sebelum makan (lihat Mrk. 7:3, 4).9
Seluruh tulisan dalam Mishnah, Yadaim ("Tangan"), yang dikhususkan bagi pembasuh-an tangan, menunjukkan keseriusan masalah itu. Tulisan itu membahas hal- hal yang membuat tangan najis, peralatan apa yang dapat digunakan dalam pembasuhan, jenis dan jumlah air untuk penyucian, dan metode yang tepat untuk pembasuhan. Sebagai contoh, tulisan itu mengatakan bahwa tangan harus dipegang dengan jari-jari menunjuk ke atas, dan air itu harus dituangkan di atas tangan itu sampai mengalir ke pergelangan tangan. Setelah ini, air itu harus dituangkan di atas tangan itu dengan jari-jari menunjuk ke bawah.10
Bisa jadi para ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu telah mengambil undang-undang yang secara khusus diberikan kepada para imam Israel dan disesuaikan agar cocok dengan orang biasa.Menurut Keluaran 30:17-21, Allah meminta para imam membasuh tangan dan kaki mereka di bejana perunggu sebelum melakukan pelbagai ritual pengorbanan. Orang-orang Farisi percaya bahwa, dengan ritual pembasuhan tangan, orang biasa "akan menyantap makanan sehari-hari seolah-olah makanan itu adalah korban kepada Allah di mezbah bait suci."11Praktik ini, bersama dengan banyak praktik lain lagi seperti itu, akan menjamin kesucian mereka di hadapan Allah.
Ayat 3. Meski tradisi Yahudi mengaitkan hukum lisan kepada Musa dan Gunung Sinai, Yesus secara jelas tidak menganggap tradisi itu berkuasa. Namun begitu, Ia tidak memperdebatkan masalah ritual pembasuhan tangan. Sebaliknya, Ia sendiri melontarkan tuduhan. Dalam gaya kerabian yang apik, Yesus menjawab pertanyaan mereka dengan pertanyaan lain: " Mengapa kamu [sendiri] pun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu?" Sifat tegas teks Yunaninya ditampilkan dalam terjemahan "kamu [sendiri]"; Yesus sedang membalik tudingan itu kepada kaum Farisi itu sendiri. Sementara murid-murid itu melanggar adat istiadat nenek moyang, orang-orang Farisi itu sendiri melanggar perintah Allah! Selain itu, mereka memperla-kukan tradisi lisan mereka seolah-olah lebih penting daripada wahyu tertulis dari Allah.
Ayat 4. Untuk membuat maksud-Nya bahkan lebih bermakna, Yesus menyajikan kepada para ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu sebuah ilustrasi tentang praktik mereka. Mereka melanggar perintah kelima, di mana Allah berkata, "Hormatilah ayahmu dan ibumu " (Kel. 20:12; lihat Mat. 19:19; Efe. 6:2). Terhadap perintah ini, Yesus menambahkan satu hal lagi, hal yang melibatkan hukuman mati karena tidak menghormati orang tua: "Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya, ia pasti dihukum mati" (Kel. 21:17; Ima. 20:9).
Hukum Taurat tidak menetapkan semua rincian yang terkandung dalam kata "menghormati." Namun begitu, itu jelas mencakup bantuan keuangan (lihat 1 Tim. 5:4). Di zaman Kristus belum ada sistem kesejahteraan sosial di antara orang-orang Yahudi. Pemahaman nas itu adalah bahwa anak-anak akan menyediakan kebutuhan orang tua mereka ketika mereka sudah terlalu tua untuk mencari makan bagi diri mereka sendiri. Satu tradisi rabi menyatakan bahwa seorang anak laki-laki wajib menyediakan makanan dan minuman bagi ayahnya, pakaian untuk dia, tempat tinggal untuk dia, menuntun dia masuk dan keluar, dan membasuh muka, tangan, dan kakinya.12Tradisi lainnya mengatakan bahwa seorang anak laki-laki wajib membiayai hidup ayahnya bahkan jika ia harus mengemis bagi ayahnya.13Dalam ayat 5 dan 6, Tuhan secara jelas menjabarkan perintah untuk "menghormati ayahmu dan ibumu" sebagai bukan hanya mencakup kasih dan sikap hormat, tetapi juga bantuan keuangan jika dibutuhkan.
Ayat 5, 6. Ungkapan tetapi kamu berkata diperlihatkan berbeda dengan ungkapan "sebab Allah berfirman" dalam ayat 4. Dengan tiga kata, Yesus menempatkan orang-orang Farisi bertentangan secara langsung dengan Allah. Meski Allah telah memerintahkan, "Hormatilah ayahmu dan ibumu," namun dalam penilaian mereka tentang persembahan kepada Allah, orang-orang Farisi memerintahkan, "Orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya." (Huruf miring oleh saya.)
Untuk menghindari tanggung jawab dalam membantu orang tua mereka, seorang Yahudi yang tidak taat akan bersumpah, "Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk persembahan kepada Allah." Naskah Yunaninya memiliki kata benda "pemberian" (dwvron, dĹŤron), satu istilah yang sering mengacu kepada pemberian korban dan korban bakaran yang dibuat di bait suci (5:23, 24; 8:4; 23:18, 19; Luk. 21:1, 4). Dalam Markus, selain dĹŤron, digunakan juga kata "korban" (korbavn, korban) (Mrk. 7:11). Istilah teknis ini, yang ditransliterasi dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani (dan kemudian ke dalam bahasa Inggris dan Indonesia), mengacu kepada sesuatu yang telah dinazarkan sebagai pemberian kepada Allah. Kata benda korbanavĂź (korbanas) yang ada kaitannya digunakan untuk "peti persembahan [bait suci]" (27:6).
Orang-orang Yahudi sering mengidentifikasi kepemilikan tertentu sebagai "Korban." Namun begitu, kepemilikan itu tidak selalu diserahkan kepada peti persembahan bait suci—setidaknya selama si pemiliknya masih hidup. Nazar seperti itu melarang barang-barang yang dinazarkan itu digunakan untuk tujuan sekuler, bahkan untuk menolong orang tua seseorang. Dalam kasus ini, seseorang (mungkin dalam kemarahan) akan dengan sengaja mendedikasikan kepada Allah sumber daya yang seharusnya digunakan untuk membantu orang tuanya yang lanjut usia. Mishnah memberikan contoh orang yang bernazar seperti itu, melarang ayahnya untuk mendapatkan bantuan dari dia.14
Karena nazar sifatnya mengikat (Bil. 30:2;. Ula. 23:21-23), maka kaum Farisi akan menuduh orang yang melanggar nazar (yaitu, nazar tradisi manusia) demi untuk membantu orang tua mereka yang membutuhkan (yang adalah perintah Allah) telah melakukan dosa yang serius.15Seiring waktu, pemikiran mengenai hal ini tampaknya berubah. Mishnah16tampaknya menyiratkan bahwa jika suatu nazar korban bertentangan dengan tugas kepada orang tua seseorang, maka nazar itu akan dibatalkan.17
Yesus mengatakan orang-orang Farisi itu telah [me]nyatakan tidak berlaku firman Allah" dengan tradisi mereka, Tidak berlaku" (ajkuro÷w, akuroō) adalah istilah hukum, yang berarti "membatalkan." Alkitab AB menerjemahkan perkataan Yesus itu dengan cara ini "Engkau telah mengesampingkan Firman Allah—merampas kekuatan dan otoritasnya dan membuatnya tidak berlaku."
Ayat 7. Yesus menyebut para pemimpin Yahudi ini munafik (lihat komentar tentang 6:2, 5). Mereka berpura-pura menegakkan hukum Allah, sementara realitasnya mereka menentangnya. Mereka mendukung sifat nazar yang mengikat, yang awalnya dimaksudkan untuk mendatangkan kemuliaan Allah. Namun begitu, nazar yang mengesampingkan bantuan kepada orang tua seseorang adalah nazar yang dibuat berdasarkan kepentingan yang egois.Dengan menjunjung tinggi nazar tersebut, orang-orang Farisi itu sedang tidak menghormati Allah dan hukum-Nya.
Yesus mengakhiri jawaban-Nya dengan kutipan dari Yesaya 29:13. Pengantar-Nya terhadap kutipan itu menyengat dengan teguran: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu." Meski pada awalnya nabi itu menyasar bangsa Israel di zamannya sendiri, namun perkataan terilhamnya itu berlaku juga ke atas orang-orang Yahudi di abad pertama (lihat Kisah 28:25-27), seperti yang Yesus tunjukan. William Hendriksen berkomentar, "Sejarah, dengan kata lain, terulang kembali."18
Ayat 8. "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku." Ketika Yesus menggunakan nas Perjanjian Lama ini, Ia mengaitkannya dengan peristiwa ini melalui kata "menghormati" yang sama. Tuduhannya adalah bahwa murid-murid-Nya itu tidak menghormati tradisi. Yesus membawa mereka kepada perintah untuk menghormati orang tua mereka. Allah memerintahkan orang tua harus dihormati oleh anak-anaknya. Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat menghormati tradisi mereka tapi hanya pura-pura menghormati orang tua mereka (lihat 15:4).19Agama sejati berasal dari hati yang tulus yang mengasihi Allah di atas segalanya (Ula. 6:5; Mat. 22:37, 38).
Ayat 9. "Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." "Percuma" (ma÷thn, matēn) berarti "sia-sia" atau "tak ada hasilnya." Penyembahan berhala digambarkan dalam bahasa yang sama ("perbuatan sia-sia"; Kisah 14:15). Di samping itu, agama orang Kristen yang tidak mengontrol lidahnya digambarkan sebagai "sia-sia" (Yak. 1:26).
Bahasa ayat ini memperlihatkan kesalahpahaman orang moderen bahwa Allah menerima segala jenis ibadah yang dipersembahkan kepada Dia. Sejak awal, Ia telah meminta manusia untuk menyembah Dia sesuai dengan ajaran-Nya dari hati yang tulus (Kej. 4:1-8).
Dalam hal ini, Yesus mengecam para ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu karena mengganti hukum Allah dengan tradisi buatan manusia. Kesia-siaan agama mereka adalah jelas terlihat melalui apa yang mereka sedang ajarkan kepada orang awam untuk dipraktikkan. Dalam bahasa Yunani, ungkapan "ajaran yang mereka ajarkan" (didaĂ·skonteĂź didaskaliĂ·aĂź, didaskontes didaskalias) melibatkan pengulangan dan secara harfiah dapat diterjemahkan "mengajar ajaran-ajaran." Meski tradisi punya kecenderungan menjadi hukum dan mengganggu hukum Allah, namun tidak semua tradisi adalah buruk.
Dalam episode ini, Yesus tidak sedang menyalahkan semua tradisi. Ia sendiri melaksanakan tradisi seperti menghadiri ibadah di sinagoga, mengucap syukur sebelum makan, dan menyanyikan Mazmur Hallel (113-118) pada perjamuan Paskah. Ia, bagaimanapun, menolak pengikatan tradisi sebagai hukum dan menempatkannya pada pijakan yang setara dengan hukum-hukum Allah.20
TFTWMS: Mat 15:10-20 - Kenajisan Sebenarnya KENAJISAN SEBENARNYA (Matius 15:10-20)
10 Lalu Yesus memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka: 11"Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk...
KENAJISAN SEBENARNYA (Matius 15:10-20)
10 Lalu Yesus memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka: 11"Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang." 12 Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Engkau tahu bahwa perkataan-Mu itu telah menjadi batu sandungan bagi orang-orang Farisi?" 13 Jawab Yesus: "Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya. 14 Biarkanlah mereka itu. Mereka orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lobang." 15 Lalu Petrus berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah perumpamaan itu kepada kami." 16 Jawab Yesus: "Kamupun masih belum dapat memahaminya? 17 Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban? 18 Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. 19 Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. 20 Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang."
Seraya bagian Matius ini (15:1-20) bergerak maju, para pendengar Yesus terus menerus berubah. Awalnya, Ia berbantahan dengan para pemimpin Yahudi tentang tradisi buatan manusia (15:1-9). Ia kemudian berbicara kepada orang banyak tentang kenajisan rohani sebenarnya (15:10, 11). Pada akhirnya, Ia menjelaskan pernyataan-Nya secara lebih rinci kepada murid-murid-Nya (15:12-20).
Ayat 10. Banyak dari mereka yang terdapat dalam orang banyak yang mengelilingi Yesus itu mungkin pernah menjadi salah satu orang yang disebut dalam 14:34-36, yang telah melihat pelbagai mujizat-Nya atau yang telah membawa orang-orang yang mereka kasihi kepada Yesus untuk disembuhkan. Mereka jelas telah berdiri di dekat situ dan mengamati konfrontasi antara Yesus dan para pemimpin Yahudi. Ia memanggil mereka untuk datang lebih dekat untuk menguraikan apa yang baru saja Ia katakan kepada para pemimpin tersebut. Yesus hanya membahas pertanyaan mereka tentang payung lebar tradisi (15:2a). Dalam konteks ini, Ia lebih khusus menangani masalah ritual pembasuhan tangan (15:2b).
Ungkapan dengar dan camkanlah adalah cara Yesus untuk mengatakan, "Perhatikan dengan cermat apa yang Aku sedang katakan" (lihat 11:15; 13:9, 43). Karena kata-kata-Nya sangat berbeda dengan tradisi yang dihormati pada waktu itu tentang ritual pembasuhan tangan sebelum seseorang makan, maka banyak dari mereka akan kesulitan untuk memahami atau menerima apa yang Ia ajarkan.
Ayat 11. Yesus berkata, "Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang." Dengan "perumpamaan" ini (15:15), Tuhan menjelaskan bagaimana orang menjadi najis di mata Allah. Ia membantah pendapat tradisional para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, yang menekankan najis secara ritual.Ajaran-Nya adalah bahwa tak ada satu pun yang seseorang masukkan ke dalam mulutnya akan membuat dirinya najis secara rohani. Kekudusan tidak datang dari luar, tapi dihasilkan dari dalam dan bergerak keluar (23:25-28). Kejahatan berasal dari hati yang jahat, dan kejahatan itu menemukan jalannya ke dalam perkataan seseorang (12:34, 35; 15:19, 20; Efe. 4:29; Yak. 3:6).
Ayat 12. Murid-murid itu mendekati Yesus, yang kuatir bahwa perkataan itu telah menjadi batu sandungan bagi orang-orang Farisi.Kata Yunani untuk "batu sandungan" (skandali÷zw, skandalizō) sering berarti "menyebabkan berdosa." Namun begitu, di sini kata itu berbentuk pasif dan berarti "diganggu," "dikejutkan," atau "dibuat marah." Meski banyak hal yang Yesus katakan dalam ayat-ayat sebelumnya tidak diragukan lagi menyinggung orang-orang Farisi, "pernyataan ini," secara kontekstual, mengacu kepada perkataan dalam ayat 11. Kata itu mengungkapkan bahwa pelaksanaan ritual pembasuhan tangan mereka yang sangat teliti punya sedikit, jika ada, nilai rohani. Praktik ini—yang memberi mereka perasaan bangga yang luar biasa—adalah buang-buang waktu dan tenaga. Agama mereka terdiri dari pelbagai ritual lahiriah ketimbang kesucian batin. Dengan merendahkan tradisi mereka, Yesus mengecilkan otoritas orang-orang Farisi itu.
Dengan bersikap khawatir terhadap reaksi para pemimpin ini, murid-murid itu mengungkapkan kurangnya kedewasaan rohani mereka. Yesus tidak peduli dengan kebenaran politis; Ia peduli terhadap kebenaran. Ia tahu bahwa kata-kata-Nya akan menyinggung orang-orang Farisi. Kebenaran kadang-kadang menyakitkan; faktanya, kebenaran memang sering menyinggung manusia. Kebenaran harus selalu disampaikan dalam kasih (Efe. 4:15), tetapi kebenaran tentang keselamatan harus disampaikan, jika tidak kerusakan besar akan terjadi (1 Tim. 2:4).
Ayat 13. Yesus menanggapi kekhawatiran para murid itu dengan mengatakan, "Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya." Inti pernyataan ini adalah bahwa apa pun yang tidak berasal dari Bapa tidak akan bertahan. Ungkapan "Bapa-Ku yang di sorga" menandakan hubungan yang erat antara Yesus dan Allah (lihat 18:35). Oleh karena hubungan ini, Yesus bisa bicara dengan kuasa tentang para pemimpin Yahudi itu (lihat 7:28, 29).
"Setiap tanaman" bisa mengacu kepada doktrin-doktrin palsu yang orang-orang Farisi ajarkan. Pelbagai tradisi buatan manusia ini adalah tanaman yang tidak ditanam Allah. Mereka akan dicabut oleh kebenaran Allah, karena kebenaran-Nya itu bertahan selamanya. Kebenaran kekal itu sedang diungkapkan melalui pelayanan Yesus.
Kemungkinan lainnya adalah "setiap tanaman" itu mengacu kepada orang-orang Farisi, yang menukar Firman Tuhan dengan tradisi mereka. Dalam Perjanjian Lama, umat Allah disebut sebagai "tanaman" Nya atau "ditanam" oleh Dia (Yes. 5:2, 7; 60:21; 61:3; Yeh. 17:22, 23). Gambaran tentang menanam dan mencabut secara khusus menonjol dalam kitab Yeremia (Yer. 1:10; 2:21; 11:17; 12:2; 18:7, 9; 24:6; 31:28; 32:41; 42:10; 45:4). Jika "setiap tanaman" mengacu kepada orang-orang Farisi, maka istilah "dicabut" menandakan penghakiman mereka (lihat 3:7-12; 13:24-30, 36-43). Kedua pandangan ini tercakup di dalam makna itu.
Ayat 14. Peringatan Tuhan kepada murid-murid-Nya adalah ini, "Biarkanlah mereka itu." Murid-murid itu tidak perlu melindungi status atau kepentingan orang-orang Farisi (15:12). Mereka harus menjauh dari orang-orang agamis ini, karena mereka tidak punya apa-apa untuk ditawarkan kepada murid-murid itu. Yesus belakangan memperingatkan para murid itu tentang "ragi orang Farisi," yaitu, ajaran mereka (16:11, 12). Perlunya Yesus memberikan peringatan ini merupakan satu petunjuk tentang pengaruh kuat yang orang-orang Farisi itu miliki atas orang-orang Yahudi (lihat Yoh. 7:13; 9:22; 12:42; 19:38, 39).
Orang-orang Farisi menganggap diri mereka "penuntun orang buta," terang bagi mereka yang ada dalam kegelapan rohani (Rom. 2:19). Yesus menggunakan pernyataan itu untuk mengatakan bahwa mereka adalah orang buta yang menuntun orang buta (23:16, 24; lihat Yoh. 9:39, 40). Karena penyakit mata biasa terjadi di Palestina abad pertama, maka para pengemis buta biasa ditemui.21Akibatnya, orang-orang ini akan butuh orang lain untuk menuntun mereka dari satu tempat ke tempat lain. Bagaimanapun, satu orang buta menuntun orang buta yang lain adalah tragedi yang paling besar, karena keduanya akan jatuh ke dalam lobang (lihat Luk. 6:39). Orang-orang Farisi itu sendiri tidak mengetahui kebenaran, dan mereka sedang menuntun orang lain ke jalan kehancuran. Beberapa orang percaya bahwa jika seseorang mengikuti guru palsu, guru itu akan dihukum tapi tidak para pengikutnya. Yesus menunjukkan bahwa baik guru dan pengikutnya punya tanggung jawab untuk menerima kebenaran.
Ayat 15. Lalu Petrus berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah perumpamaan itu kepada kami." Dalam banyak contoh, Petrus berfungsi sebagai juru bicara para murid itu (lihat komentar tentang 14:28). Apakah Petrus sedang mengacukan gambaran tentang tanaman yang sedang dicabut (15:13) ataukah orang buta menuntun orang buta (15:14)? Respon Yesus (15:16-20) menunjukkan bahwa yang Petrus sedang singgung adalah pernyataan sebelumnya: "Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang" (15:11). Di sini kata "perumpamaan" (parabolh/, parabolē) berarti pepatah yang tidak diketahui. Yesus sering menjelaskan perumpamaan-Nya kepada murid-murid itu ketika mereka sedang berada dalam suasana yang lebih menyendiri (13:36; Mrk 4:34).
Ayat 16. Tuhan berkata kepada murid-murid-Nya, "Kamupun masih belum dapat memahaminya?" Karena mereka telah bersama Yesus begitu lama, mengamati gaya hidup-Nya dan mendengarkan ajaran-Nya, maka Ia mengharap mereka untuk sudah lebih maju dalam pengertian mereka. Haruskah kita menganggap pertanyaan Yesus itu sebagai kecaman keras tentang kurangnya kearifan rohani murid-murid itu atau hanya sebagai teguran yang lembut? Terlepas dari tingkat kekecewaan-Nya, Yesus dengan sabar menjelaskan arti perumpamaan itu kepada mereka.
Ayat 17. Yesus awalnya menjelaskan baris pertama perumpamaan itu: "Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang" (15:11a). Pada saat ini, Ia menanya mereka, "Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban?" Tradisi orang-orang Farisi tentang pembasuhan tangan demi ritual penyucian hanya berkaitan dengan alam lahiriah. Makanan yang tersentuh oleh tangan yang tidak dibasuh masuk ke dalam "mulut," dicerna di dalam "perut," dan kemudian "dibuang" sebagai limbah manusia. Teks Yunaninya mengatakan bahwa makanan itu berakhir di ajfedrwĂ·n (aphedrĹŤn), yaitu, "jamban" (JNT). Tuhan sedang menekankan bahwa makan makanan dengan tangan kotor tidak mempengaruhi hati seseorang (Mrk. 7:18).
Ayat 18. Dengan pernyataan-Nya yang berikut, Yesus pindah ke baris kedua perumpamaan itu: "melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang" (15:11b). Ia bersikeras bahwa kata-kata yang diucapkan seseorang datang dari hati, dan kata-kata ini dapat menyebabkan kecemaran rohani. "Hati" (kardiĂ·a, kardia) merupakan pusat kehidupan batin seseorang; itu menandakan perasaan, pikiran, hati nurani, dan kehendak seseorang (lihat komentar tentang 5:8; 6:21). Sebelumnya dalam Matius, Yesus telah menegur orang-orang Farisi itu dengan kata-kata: "Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati" (12:34). Ketika hati seseorang murni, kata-kata yang keluar dari mulutnya akan murni juga. Ketika hatinya jahat, kata-kata yang keluar dari mulutnya akan jahat juga.
Ayat 19. Kristus melanjutkan penyantuman jenis-jenis kejahatan yang berasal dari hati. Dalam daftar ini, kecuali untuk penyebutan pikiran jahat, Ia mengikuti bagian kedua Sepuluh Perintah—yang berkaitan dengan hubungan antara sesama manusia: pembunuhan, perzinaan, pencurian, saksi dusta, fitnah (Kel. 20:13-16).22
Dosa-dosa yang sama ini dikemukakan dalam nas-nas lain dalam Perjanjian Baru (1 Kor. 6:9, 10; Why. 9:21; 21:8; 22:15). Yesus sudah mengajarkan dalam Khotbah di Bukit bahwa dosa dimulai di dalam hati (5:21-48).
Ayat 20. Tuhan menyimpulkan penjelasan-Nya kepada murid-murid-Nya dengan mengatakan, "Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang." Kemurnian sejati bersifat rohaniah; itu melibatkan hati seseorang—pikiran, emosi, hati nurani, dan kehendak seseorang. Penilaian ini sangat bertolak belakang dengan anggapan orang-orang Farisi terhadap kebersihan secara ritual. Penilaian Yesus tentang tangan yang tidak dibasuh berbalik lagi sepenuhnya kepada tuduhan awal yang menentang murid-murid-Nya dalam 15:2 dan, menurut penyajian Matius, membentuk satu unit pokok pikiran (15:1-20).23
TFTWMS: Mat 15:21-28 - Iman Perempuan Kanaan IMAN PEREMPUAN KANAAN (Matius 15:21-28)
21 Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. 22 Maka datanglah seorang perempuan K...
IMAN PEREMPUAN KANAAN (Matius 15:21-28)
21 Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. 22 Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita." 23 Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak." 24 Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." 25 Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku." 26 Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." 27 Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." 28 Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.
Ayat 21. Agaknya, Yesus meninggalkan Genesaret (14:34) dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. Kata Yunani "menyingkir" (ajnacwreĂ·w, anachĹŤreĹŤ) dapat memiliki gagasan "berlindung." Ia mungkin dengan sengaja meninggalkan Galilea untuk sementara waktu, membiarkan sikap permusuhan itu mereda (lihat komentar tentang 12:15; 14:13). Tirus dan Sidon adalah kota-kota orang non-Yahudi yang terletak di apa yang dulunya adalah kerajaan kuno Fenisia, di pantai timur Laut Tengah. Fenisia memiliki reputasi agama yang keji, dan mereka telah dikecam keras oleh nabi-nabi Allah (lihat komentar tentang 11:21).
Ayat 22. Sesudah Yesus menemukan penginapan di sebuah rumah (Mrk. 7:24), Ia dihampiri oleh seorang perempuan Kanaan dari daerah itu. Markus menggambarkan dia sebagai orang "Siro-Fenisia" bagi pendengar Romawinya (Mrk. 7:26), sedangkan Matius menggunakan istilah lama "Kanaan "untuk para pembaca Yahudinya. Orang Kanaan mendirikan Sidon (Kej. 10:15, 19), dan bangsa Fenisia adalah keturunan mereka. Perempuan ini adalah bagian dari orang-orang yang dipandang rendah oleh orang Yahudi—kaum yang dalam Ulangan 7:1, 2 Allah perintahkan kepada Yosua untuk dilenyapkan. Ada pendapat bahwa kata Yunani untuk "Kanaan" (Cananaivoß, Chananaios) digunakan secara khusus oleh orang-orang Yahudi abad pertama untuk menunjukkan orang Fenisia.3
Perempuan ini, yang mungkin saja seorang penyembah berhala, dengan rendah hati datang menghadap Yesus, seorang guru dan penyembuh Yahudi. Ia sangat membutuhkan pertolongan Yesus karena anak[nya] perempuan kerasukan setan dan sangat menderita. Perempuan itu berseru dengan keras kepada Yesus, tetapi dengan hormat, mengacukan Dia sebagai Tuhan dan menggunakan julukan mesianik Anak Daud (lihat 1:1; 9:27; 12:23; 20:30, 31; 21:9, 15; 22:42). Kata-katanya itu tampak luar biasa, mengingat latar belakangnya yang kafir. Namun begitu, perkataan itu mungkin hanya menunjukkan popularitas Yesus yang tersebar luas, serta keakraban orang-orang non-Yahudi itu terhadap pengharapan mesianik Yahudi—terutama di provinsi Siria (lihat 4:24, 25).
Ayat 23. Awalnya, Yesus tampaknya mengabaikan perempuan itu: Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Ibu ini tidak membiarkan kebisuan Yesus mendorong dia untuk pergi menjauh. Ia butuh sesuatu yang Ia tahu hanya Yesus yang bisa berikan. Murid-murid ingin Yesus menyuruh dia pergi, tapi ibu itu tidak mau berkecil hati. Ia pertama kali diabaikan dan kemudian ditolak. Perkataan itu mengandung arti ia terus menerus berseru, bahkan setelah murid-murid itu mencoba untuk mengusir dia.
Ayat 24. Yesus akhirnya merespon dengan mengatakan, "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." Baik kebisuan-Nya dalam ayat 23 maupun perkataan-Nya dalam ayat 24 dimaksudkan untuk mengembangkan iman perempuan itu (lihat Yoh. 2:3 , 4; 6:5, 6).
Meski Yesus telah menyingkir ke wilayah non-Yahudi Tirus dan Sidon, misinya masih terfokus pada umat Allah, Israel. Pengabdian Kristus kepada orang-orang Yahudi mengungkapkan keterlibatan-Nya dalam menggenapi janji-janji Allah kepada bangsa pilihan itu.4Sebelumnya dalam Matius, Yesus menaruh belas kasihan kepada orang-orang Israel, yang Ia gambarkan sebagai "lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala" (9: 36). Ketika Yesus mengutus kedua belas murid pada penugasan terbatas, Ia memberitahu mereka untuk tidak pergi ke kota-kota orang non-Yahudi atau orang Samaria. Mereka harus menyampaikan injil kepada "domba-domba yang hilang dari umat Israel" (10:5, 6). Meski benar bahwa Yesus secara khusus diutus kepada bangsa Israel, namun kadang-kadang Ia juga melayani orang-orang non-Yahudi dan orang-orang Samaria (8:5-13; Yoh. 4:1-42). Kesetiaan Allah kepada Israel seperti yang diungkapkan dalam pelayanan Yesus akan menghasilkan pelbagai berkat bagi bangsa-bangsa lain juga (Roma 15:8-12).
Ayat 25. Meski Yesus telah berkata demikian, perempuan itu tetap mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku." Kata "menyembah" (proskuneĂ·w, proskuneĹŤ) menunjukkan tindakan kerendahan hati, dan dalam hampir semua kasus, menyiratkan penyembahan. Istilah "Tuhan" (kuĂ·rioĂź, kurios) digunakan untuk menyapa tuan insani dan ilahi. Tidak selalu mudah untuk menentukan apa yang secara tepat dimaksudkan dengan kata ini. Namun demikian, jelas terlihat bahwa ibu ini dengan kerendahan hati, dengan penuh hormat, serta dengan menyembah nekat datang ke hadapan Yesus, sebab sadar bahwa Ia berkuasa membantu dia.
Kegigihan perempuan ini memang luar biasa. Ia tidak mau membiarkan apa saja merampas berkat yang ia butuhkan dari Tuhan. Ia mengerti bahwa, jika ia berpaling dari Yesus, ia tidak punya tempat lain untuk dituju (lihat Yoh. 6:66-69).
Ayat 26. Dengan melanjutkan menguji iman ibu itu, Yesus kembali menjawab, "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Tema "roti" (a¡rtoß, artos) muncul di seluruh pasal 15. Konflik orang-orangFarisi dengan Yesus berpusat di sekitar murid-murid-Nya yang makan roti dengan tangan yang belum dibasuh secara seremonial. Murid-murid ini bisa juga dianggap najis melalui kontak dengan bangsa-bangsa non-Yahudi (15:2). Dalam konteks ini, Yesus berkata bahwa roti anak-anak (Yahudi) itu tidak boleh dilempar kepada anjing (orang-orang non-Yahudi) (15:26). Di akhir pasal itu, Yesus menggunakan roti murid-murid itu untuk memberi makan empat ribu orang, yang kemungkinan besar adalah orang non-Yahudi (15:33, 34, 36).
Pernyataan Yesus dalam ayat 26 telah dianggap sebagai keluar dari karakter mesianik-Nya dan menyakitkan perempuan itu. Ketika menafsirkan ayat ini, kita harus mempertimbangkan setidaknya tiga hal. Pertama, Yesus sedang menguji perempuan itu, yang kadang-kadang butuh sejumlah ketegasan tertentu. Kedua, teks itu tidak mengungkapkan nada perkataan Yesus atau ekspresi wajah-Nya—dua aspek penting komunikasi. William Barclay mengatakan, "Nada dan raut muka yang dengannya sesuatu dikatakan membuat perbedaan sepenuhnya. Sesuatu yang bahkan tampaknya sulit dapat dikatakan dengan senyum yang menawan."5Ketiga, kata Yunani untuk "anjing (kuna÷rion, kunarion) dapat berarti "anjing peliharaan atau anjing kesayangan."6
Itu kemungkinan adalah seekor kuĂ·wn (kuĹŤn) kecil, kata yang mengacu kepada anjing yang berkeliaran di jalanan. Tentu saja, diperbandingkan dengan anjing kesayangan tidak akan sesakit jika diperbandingkan dengan anjing jalanan.
Orang-orang Yahudi mengacukan orang-orang non-Yahudi sebagai "anjing" dalam artian menghina (lihat komentar tentang 7:6). Orang non-Yahudi tidak mengikuti hukum-hukum makanan Yahudi, mereka makan apa saja yang mereka inginkan. Oleh karena itu, mereka itu seperti anjing-anjing geladak yang kotor dan mengais-ngais yang berkeliaran di jalanan sambil makan sampah dan bangkai. Di samping itu, orang-orang non-Yahudi adalah seperti anjing liar oleh karena percabulan mereka. Secara umum, orang Yahudi memandang orang non-Yahudi sebagai berada di tingkat yang lebih rendah karena mereka bukan umat perjanjian Allah.
Ayat 27. Bukannya tersinggung, perempuan yang cerdik itu malah membalik analogi itu untuk keuntungannya sendiri. Dengan mengulangi kata "anjing" (kunarion) yang Yesus gunakan, ia menjawab, "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." Satu terjemahan bisa dibaca, "Kami orang non-Yahudi mungkin tidak bisa duduk semeja dengan orang Yahudi dan makan roti mereka, tapi bahkan anjing-anjing yang di bawah meja bisa makan remah-remah-nya."
Ibu yang penuh kasih ini percaya bahwa Yesus punya kuasa yang sedemikian besar sehingga penyembuhan putrinya tidak akan mengurangi kemampuan-Nya untuk melayani umat-Nya sendiri. Sebelumnya ia sudah mengakui Yesus sebagai "Anak Daud," Mesias Israel (15:22). Responnya di sini menyiratkan bahwa ia sedang mengatakan bahwa Yesus juga adalah Tuhan segala bangsa. Sesungguhnya, janji Allah kepada Abraham mencakup berkat bagi semua bangsa melalui keturunannya, Kristus (Kej. 12:3; 22:18, 26:4; Gal. 3:6-18).
Ayat 28. Setelah perempuan itu mengakui prioritas Israel dalam skema ilahi, Yesus bersedia menolong dia. Meski jawaban perempuan itu mungkin adalah jawaban yang Yesus inginkan dari dia, namun Tuhan tetap saja tersentuh oleh responnya itu. Ia berseru, "Hai ibu, besar imanmu." Istilah "perempuan" bukanlah bentuk sapaan yang dingin atau kasar. Istilah itu digunakan di tempat lain di Perjanjian Baru (Luk. 13:12; 22:57; Yoh. 4:21; 8:10; 20:13, 15), termasuk percakapan Yesus dengan ibu-Nya sendiri (Yoh 2:4; 19:26).
Karena perempuan itu pantang menyerah, maka ia menerima berkat yang ia cari. Yesus sangat memuji dia karena memiliki iman yang "besar." Hanya dua kali Yesus memuji orang berdasarkan iman orang itu, dan dalam kedua kasus itu mereka itu adalah orang non-Yahudi. Salah satunya adalah seorang perwira Romawi yang hambanya Ia sembuhkan (8:5-13), dan yang lainnya adalah ibu Kanaan ini.
Yesus hanya perlu mengatakan "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki," dan seketika itu juga anaknya sembuh. Seperti hamba perwira itu, Yesus tidak harus hadir untuk menyembuhkan gadis ini. Ia tidak perlu meletakkan tangan-Nya di atas dia. Karena tahu Yesus adalah Tuhan kehidupan, maka roh-roh jahat itu menaati suara-Nya.
PENERIMAAN DI TENGAH-TENGAH ORANG NON-YAHUDI (15:29-39) Yesus Menyembuhkan Orang Banyak (Matius 15:29-31).
29 Setelah meninggalkan daerah itu, Yesus menyusur pantai danau Galilea dan naik ke atas bukit lalu duduk di situ. 30 Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. 31 Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel.
Ayat 29. Matius mencatat untuk kita bahwa Yesus meninggalkan daerah itu, dan menyusur pantai danau Galilea. Markus secara lebih khusus mengatakan bahwa "Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis"(Mrk. 7:31). Dekapolis adalah konfederasi sepuluh kota yang didominasi oleh penduduk non-Yahudi (lihat komentar tentang 4:25). Di sana, di sisi timur danau itu, Yesus naik ke atas bukit (o¡roß, oros) atau "gunung." Fakta bahwa Ia duduk di situ menunjukkan bahwa Ia siap mengajar (lihat komentar tentang 5:1, 2). Kristus tidak diragukan lagi mengajar banyak orang, karena Ia berada di sana selama "tiga hari" (15:32). Namun begitu, penekanan dalam ayat-ayat berikut ini adalah tentng penyembuhan.
Ayat 30. Pada kesempatan ini, catatan Markus melaporkan bahwa Yesus menyembuhkan orang "yang tuli dan yang gagap" (Mrk. 7:32-37). Pada saat penyembuhan itu, Yesus memisahkan dia dari kerumunan orang yang sedang berkumpul. Meski Yesus meminta dia untuk jangan memberitahukan siapa saja, namun teman-teman atau keluarga orang itu segera memberitakannya secara luas. Kabar tentang kehadiran sang Tuan pasti telah menyebar dengan cepat, sebab banyak orang datang kepada Dia, dengan membawa banyak orang yang mengidap berbagai macam penyakit dan kelemahan. Beberapa dari mereka itu lumpuh, timpang, buta, atau bisu. Banyak lagi yang lain menderita pelbagai kelemahan lainnya. Teman-teman dan para anggota keluarga meletakkan mereka pada kaki-Nya. Sesuai dengan kebutuhan mereka, Yesus dengan penuh kasih menyembuhkan mereka (lihat 4:23-25; 9:35; 11:5; 12:15).
Ayat 31. Ketika orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, mereka takjub. Mereka kagum atas kuasa Kristus. Mereka mengakui itu sebagai kuasa mujizatiah, dan mereka memuliakan Allah Israel. Ungkapan "Allah Israel" mungkin mencakup populasi non-Yahudi daerah itu. Jika orang Yahudi adalah satu-satunya orang yang ditolong, teks itu mungkin akan sudah terbaca, "mereka memuliakan Allah." Reaksi positif orang-orang non-Yahudi ini tampak sangat berbeda dengan reaksi negatif beberapa orang dari kaum Yesus sendiri, terutama para pemimpin Yahudi (11:20-24; 12:14, 24, 38).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Pelayanan Sang Raja 15:1-20
Konflik Dengan Orang Farisi
Pasal 15 melanjutkan penyorotan pelbagai reaksi yang berbeda dari orang banyak itu t...
Matius: Pelayanan Sang Raja 15:1-20
Konflik Dengan Orang Farisi
Pasal 15 melanjutkan penyorotan pelbagai reaksi yang berbeda dari orang banyak itu terhadap Yesus dan pelayanan-Nya. Itu dimulai dengan konflik dengan orang-orang Farisi, yang mencoba untuk mengikat tradisi mereka yang buatan manusia kepada Yesus dan murid-murid-Nya (15:1-20). Kemudian, setelah menarik diri ke pantai Fenisia, Yesus bertemu dengan seorang perempuan Kafir yang menginginkan kesembuhan putrinya. Yesus memuji dia karena ia memiliki iman yang besar, yang tak bisa dipadamkan (15:21-28). Pasal ini diakhiri dengan pelbagai mujizat yang Yesus adakan di antara orang banyak itu (15:29-39). Penyembuhan-Nya atas orang-orang mereka yang sakit mengilhami orang-orang itu untuk memuji Allah Israel. Dalam belas kasihan, Yesus juga memberi makan orang banyak yang mengikuti Dia, sekelompok orang yang mencakup empat ribu orang.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) HAMBATAN MENUJU SORGA (Matius 15)
Kita harus menghindari pola pikir dunia saat ini dan menghindari hambatan yang dapat mencegah kita untuk mencapai s...
HAMBATAN MENUJU SORGA (Matius 15)
Kita harus menghindari pola pikir dunia saat ini dan menghindari hambatan yang dapat mencegah kita untuk mencapai sorga. Marilah kita memeriksa beberapanya.
- 1. Tradisi manusia (15:1-9). Kita harus menolak tradisi manusia yang tidak selaras dengan kehendak Allah. Satu-satunya otoritas bagi praktik kita dalam ibadah dan dalam melayani Allah adalah Firman-Nya ("Allah berfirman …"). Yesus memberitahu orang-orang Farisi dan para ahli Taurat, "Tetapi kamu berkata …" (15:4, 5). Mereka menyatakan "firman Allah … tidak berlaku demi adat istiadat [mereka] sendiri" (15:6). Dengan menggunakan perkataan Yesaya, Yesus menyatakan, "Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia" (15:9).
- 2. Guru-guru palsu (15:12-14). Yesus berkata, "Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya" (15:13). Ia juga berbicara tentang "orang buta menuntun orang buta" (15:14). Kita harus jangan meninggalkan doktrin Alkitab agar bisa cocok dengan keyakinan populer yang tidak memiliki dasar kitab suci.
- 3. Kehidupan yang cemar (15:10, 11, 17-20). Yesus mengajarkan, "Yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang" (15:11); "Apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang" (15:18). Lalu Ia menyantumkan dosa-dosa yang menajiskan yang keluar dari hati yang buruk: "segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat" (15:19).
- 4. Kurangnya iman (15:21-28). Perempuan Kanaan menerima berkat yang besar saat ia bertahan karena iman dan kasihnya untuk putrinya. Ia dipuji karena "iman besar" yang ia miliki (15:28). Sebaliknya, banyak orang Yahudi menolak ajaran Yesus dan pelbagai mujizat-Nya. Kadang-kadang, murid-murid-Nya sendiri bahkan ditegur karena mereka "kurang iman" (6:30; 8:26; 14:31; 16:8; 17:20).
- 5. Cara hidup kita yang rumit (15:32-39). Orang banyak itu berfokus pada Yesus selagi mereka tetap bersama Dia selama tiga hari tanpa memperhatikan makanan atau keadaan nyaman. Mereka lapar dan haus akan makanan rohani. Apakah yang bisa menjauhkan kita dari mengikuti Yesus? Kita dapat dengan mudah terganggu oleh pelbagai tujuan dan kepentingan yang berpusat pada dunia ini.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Tradisi (Matius 15:1-9)
Sejarawan dan filsuf terkenal Will Durant pernah menulis, "Tradisi adalah suara waktu, dan waktu adalah media seleksi; p...
Tradisi (Matius 15:1-9)
Sejarawan dan filsuf terkenal Will Durant pernah menulis, "Tradisi adalah suara waktu, dan waktu adalah media seleksi; pikiran yang hati-hati akan menghormati keputusan mereka, karena hanya kaum muda yang tahu lebih baik daripada semua orang berhikmat dari segala abad."24
Matius 15:1-9 menyoroti konflik sepanjang zaman antara kebenaran dan tradisi. Yesus peduli terhadap kebenaran ilahi, tapi musuh-musuhNya lebih peduli terhadap tradisi-tradisi mereka buatan manusia. Namun demikian, Ia tidak sedang menyalahkan semua tradisi ketika Ia menolak ritual pembasuhan tangan. Menurut catatan Alkitab, Ia berpartisipasi dalam Paskah setidaknya tiga kali. Ia pergi ke rumah ibadah pada hari Sabat "seperti kebiasaan-Nya" (Luk. 4:16). Ketika Ia berada di sekitar Yerusalem, Ia mengunjungi bait suci. Bisa dikatakan bahwa beberapa dari hal-hal ini diperintahkan di bawah hukum Taurat, dan itu memang benar, tapi tetap saja semua itu adalah tradisi keagamaan.
Kita tidak dapat menolak semua tradisi. Tradisi yang diberikan oleh Allah harus dijaga (1 Kor. 11:2; 2 Tes. 2:15; 3:6). Tradisi buatan manusia, meski itu tidak harus diikat ke atas siapa pun, mungkin patut dipertahankan. Tradisi manusia bisa mengandung nilai tertentu dan tidak boleh dicampakkan hanya karena ia sudah tua.
Bahayanya bukan pada melaksanakan tradisi; tetapi pada membolehkan tradisi manusia dipandang sebagai hukum atau mengabaikan praktik-praktik yang diberikan oleh Allah. Apa yang paling menjadi kepedulian Yesus dalam 15:1-9 adalah bahwa orang-orang Farisi telah menjadikan tradisi mereka lebih penting daripada perintah Allah. Setiap kali orang melakukan itu, mereka berdosa.
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Antiokhus IV (yang menyebut dirinya "Epifanes," yang berarti "dewa yang menampakkan diri"), adalah penguasa Ke...
Catatan Akhir:
- 1 Antiokhus IV (yang menyebut dirinya "Epifanes," yang berarti "dewa yang menampakkan diri"), adalah penguasa Kekaisaran Seleukus pada abad kedua S. M. Sepak terjangnya sebagai penakluk Palestina adalah sangat ofensif kepada orang-orang Yahudi sehingga mereka mengobarkan Pemberontakan Makabis.
- 2 David Hill, The Gospel of Matthew, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 250.
- 3 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 389.
- 4 Mishnah Aboth 1.1.
- 5 Ibid.
- 6 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 148.
- 7 Josephus Antiquities 13.10.6 (penekanan ditambahkan).
- 8 Peraturan yang lebih ketat berlaku terhadap ajaran para ahli Taurat daripada terhadap ajaran Taurat(Mishnah Sanhedrin 11.3; see Talmud Abodah Zarah 35a; Erubin 21b).
- 9 Morris, 391.
- 10 Mishnah Yadaim 2.3.
- 11 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 95. Seorang rabi mengatakan, "Sama seperti orang cemar tidak layak bagi pelayanan Bait Suci, tangan cemar juga membuat orang tidak layak untuk mengatakan kasih karunia" (Talmud Berakoth 53b).
- 12 Talmud Kiddushin 31b; Jerusalem Talmud Kiddushin 1.7.
- 13 Jerusalem Talmud Kiddushin 1.7.
- 14 Mishnah Nedarim 5.6.
- 15 Wilkins, 96.
- 16 Mishnah Nedarim 9.1.
- 17 Hill, 251.
- 18 William Hendriksen, New Testament Commentary: Exposition of the Gospel According to Matthew (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 614.
- 19 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 412.
- 20 Jack P. Lewis, A Commentary on the Gospel According to Matthew, Part 2, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 25.
- 21 Morris, 396-97.
- 22 "Fornications" is grouped with "adulteries," and "slanders" is grouped with "false witness."
- 23 Hill, 252.
- 24 Will Durant, The Story of Civilization, vol. 3, Caesar and Christ (New York: Simon and Schuster, 1944, 1972), 295.
- 25 American Heritage Dictionary , 4th ed. (2001), s.v. "worship."
- 26 Konteks Yohanes 4 menekankan bahwa penyembah yang benar tidak dimediasi oleh tempat tertentu (Yerusalem atau Gunung Gerazim), tapi itu terjadi melalui satu pribadi (Yesus Kristus). Benar, ibadah rohaniah hanya dimungkinkan melalui Dia (Yoh. 14:6, 13, 14; 16:23, 24; Efe. 5:19, 20; Kol. 3:16, 17).
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) MEMBASUH TANGAN (Matius 15:2, 11)
Sekarang ini kita tahu sifat kuman dan sadar bahwa membasuh tangan sebelum makan adalah hal yang bijak untuk dilaku...
MEMBASUH TANGAN (Matius 15:2, 11)
Sekarang ini kita tahu sifat kuman dan sadar bahwa membasuh tangan sebelum makan adalah hal yang bijak untuk dilakukan. Yesus tidak sedang menyalahkan pembasuhan tangan, juga Ia tidak sedang menyiratkan bahwa orang tidak bisa jatuh sakit karena tidak membasuh tangan. Ia sedang berurusan dengan praktik orang Yahudi yang melibatkan kemurnian seremonial ketimbang kebersihan personal.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) IBADAH YANG SIA-SIA (Matius 15:7-9)
Allah menginginkan hati kita, bukan hanya perkataan kita (Rom 10:9, 10). Ia ingin kita mengasihi Dia dari hati (2...
IBADAH YANG SIA-SIA (Matius 15:7-9)
Allah menginginkan hati kita, bukan hanya perkataan kita (Rom 10:9, 10). Ia ingin kita mengasihi Dia dari hati (22:37), menyanyi dari hati (Kol. 3:16), menaati dari hati (Efe. 6:6), dan bahkan memberi dari hati (2 Kor. 9:7). Ibadah "dalam roh dan kebenaran" harus datang dari hati (Yoh. 4:23, 24).
Berbeda dengan ibadah sejati, ada aktivitas keagamaan yang Yesus sebut "sia-sia." Beberapa orang di zaman kini beranggapan bahwa bagaimana kita menyembah Allah tidaklah penting. Mereka memandang Allah sebagai semacam tokoh yang baik hati yang menerima apa saja yang kita pilih untuk dipersembahkan kepada Dia. Kasusnya jelas tidak seperti itu (Mal. 1:7-9).
Secara khusus, ibadah oleh orang-orang munafik ini adalah "sia-sia" ("tidak berguna," "gagal") karena mereka "[meng] ajarkan … perintah manusia" (15:9). Banyak doktrin buatan manusia yang diajarkan sekarang ini lebih diutamakan daripada Firman Allah. Mereka yang menyebarkan doktrin-doktrin palsu seperti itu menyembah Allah dengan sia-sia.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Ibadah (Matius 15:7-9)
"Ibadah" adalah "kasih penuh hormat dan pengabdian untuk suatu ilah … pengabdian penuh gairah; pemujaan."...
Ibadah (Matius 15:7-9)
"Ibadah" adalah "kasih penuh hormat dan pengabdian untuk suatu ilah … pengabdian penuh gairah; pemujaan."25Berdasarkan definisi, ibadah harus berpusat pada Allah dan bukan berpusat pada manusia. Ibadah adalah mempersembahkan pujian atas segala sesuatu yang Allah dan Anak-Nya telah dan sedang lakukan untuk kita. Ibadah adalah kesempatan kita harus berkata, "Terima kasih, Bapa!" Dan "Terima kasih, Yesus! Engkau sangat baik kepada kami." Ibadah bukan hanya untuk tujuan membuat kita merasa baik. Tentu saja, ibadah sejati yang ditujukan kepada Allah akan memenuhi diri penyembah dengan kasih, sukacita, dan damai sejahtera; tetapi semua ini dihasilkan oleh pengabdian rohani kita.
Banyak orang sekarang ini percaya bahwa bagaimana kita menyembah Allah dalam perhimpunan tidaklah penting selama kita tulus. Jika orang ingin jenis musik jazz, country, atau yang lainnya dalam ibadah, itu boleh saja. Jika mereka ingin solo, kuartet, atau paduan suara, itu juga tidak apa-apa. Jika mereka ingin musik instrumental dalam ibadah, atau sekelompok orang yang menirukan alat musik dalam ibadah, mereka beranggapan itu tidak apa-apa. Jika mereka ingin sajian drama sebagai pengganti khotbah, mereka boleh memilikinya. Ibadah bukanlah hiburan! Ibadah tidak dirancang untuk menyukakan orang; ibadah dirancang untuk menyukakan Allah.
Allah selalu punya rencana ibadah. Adalah tidak masuk akal dan tidak Alkitabiah untuk berpikir bahwa Ia tidak punya rencana itu sekarang ini. Allah dengan jelas memberitahu Kain dan Habel apa yang Ia ingin mereka persembahkan dalam korban persembahan kepada Dia (Ibr. 11:4). Abel taat, tetapi Kain memilih untuk mempersembahkan sesuatu yang sesuai dengan apa yang ia putuskan. Akibatnya Allah menerima persembahan Habel dan menolak persembahan Kain (Kej. 4:3-7). Nadab dan Abihu, dua anak Harun yang adalah imam (Kel. 24:9, 10), "dihanguskan" oleh api dari langit ketika mereka "mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing yang tidak diperintahkan-Nya kepada mereka"(Ima. 10:1, 2). Allah telah menetapkan bahwa api untuk menyalakan mezbah pedupaan harus diambil dengan perbaraan dari mezbahapi, dan banyak sarjana sepakat bahwa hal ini tidak mereka lakukan. Apa pun arti "api yang asing" itu, api itu bukan bagian dari rencana ibadah Allah untuk era Musa; Nadab dan Abihu membayar harga yang sangat mahal atas ketidaktaatan mereka. Kita belajar melalui contoh rasuli yang direstui bagaimana gereja mula-mula menyembah Allah (lihat Kisah 2:42; 20:7; 1 Kor. 11:20-34; 14:15; 16:2). Jika gereja di bawah arahan orang-orang yang diilhami menyembah Allah setiap Hari Tuhan dengan bernyanyi, berdoa, memberi persembahan, mengambil Perjamuan Tuhan, dan mendengar pesan dari Firman Allah, hal apakah yang memberi kita hak untuk mengubah pola itu?
Yesus berkata bahwa "penyembah-penyembah … harus menyembah [Allah] dalam roh dan kebenaran"(Yoh. 4:23, 24). Menyembah "dalam kebenaran" berarti sesuai dengan Firman Allah, yang adalah kebenaran (Yoh. 17:17), dan menyembah dalam roh adalah menyembah dari roh (batin seseorang).26Melakukan pelbagai gerakan lahiriah tidaklah memadai (lihat Mal. 1:6-14). Bagaimanakah kita bisa menyembah dalam roh? Pertama, pikiran kita harus berpusat pada Allah. Kedua, kita harus merenungkan kebenaran yang sedang diajarkan. Ketiga, harus ada keinginan penuh semangat untuk menyukakan Allah. Keempat, ibadah kita harus tulus. Kita bisa dimaafkan karena tidak punya suara merdu untuk menyanyi atau doa yang sangat fasih, tapi kita tidak boleh membiarkan diri kita bersikap munafik.
Tuhan mengecam ibadah palsu, ibadah menurut kehendak sendiri, ibadah sia-sia, dan ibadah meninggikan diri sendiri. Jelas sekali, tidak semua ibadah diterima oleh Allah. Ibadah tidak diterima oleh Allah ketika Allah bukan obyeknya, ketika kita beribadah sesuai dengan standar kita sendiri, ketika kita tidak mempersembahkan yang terbaik kepada Allah, ketika kita gagal melakukan apa yang Ia minta, atau ketika gaya ibadah lebih diutamakan atas apa yang Allah telah perintahkan.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) SIAPAKAH YANG KITA DENGARKAN? (Matius 15:12-14)
Murid-murid Yesus sangat khawatir terhadap pendapat orang-orang Farisi, yang sangat dihargai oleh ban...
SIAPAKAH YANG KITA DENGARKAN? (Matius 15:12-14)
Murid-murid Yesus sangat khawatir terhadap pendapat orang-orang Farisi, yang sangat dihargai oleh banyak orang Yahudi. Namun demikian, Yesus mengatakan kepada para pengikut-Nya, "Biarkanlah mereka itu. Mereka orang buta yang menuntun orang buta" (15:14). Mengikuti guru-guru palsu ini akan mengakibatkan kehancuran seseorang. Sekarang ini, kita juga harus berhati-hati mengenai guru-guru palsu dan selalu mengukur apa yang orang lain ajarkan dengan Firman Allah. Itu adalah satu-satunya standar yang obyektif bagi iman Kristen.
David Stewart
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Pelayanan SANG RAJA 15:21-39
Iman Besar & Iman Kecil
Sekarang adegan beralih dari konfrontasi Yesus dengan orang-orang Farisi di Galilea...
Matius: Pelayanan SANG RAJA 15:21-39
Iman Besar & Iman Kecil
Sekarang adegan beralih dari konfrontasi Yesus dengan orang-orang Farisi di Galilea kepada pertemuan-Nya dengan seorang perempuan non-Yahudi di Fenisia. Setelah menangani masalah tradisi Yahudi tentang ritual pembasuhan tangan yang najis, Yesus harus menangani beberapa tabu mereka tentang orang-orang yang najis. Yang dianggap nasjis bukan hanya orang-orang non-Yahudi itu sendiri, tapi juga wilayah di mana mereka tinggal.
Pertemuan Yesus dengan perempuan non-Yahudi yang ditempatkan segera setelah diskusi tentang kemurnian mungkin menunjukkan bahwa orang non-Yahudi pada akhirnya tidak akan lagi terpisah dari Israel (lihat Kisah 10:15, 28; 11:9-18).1Narasi itu mengungkapkan perbedaan ironis antara iman besar dari orang non-Yahudi tertentu dengan iman lemah dari orang pilihan Allah, bahkan dari para pengikut Yesus.
Para pengecam menuduh Tuhan bersikap tanpa perasaan, tidak peduli, dan fanatik terhadap perempuan non-Yahudi yang mendekati Dia. Bagaimanapun, Yesus sering digambarkan dalam kitab-kitab Injil sebagai orang yang menyanyangi orang yang terluka dan lapar. Namun begitu, haruslah diakui bahwa, setiap kali Ia tampaknya bertindak dengan cara yang sedikit tak berperasaan, Ia selalu punya alasan yang baik untuk apa yang Ia katakan atau lakukan (lihat 8:22; 10:9, 10). Warren W. Wiersbe menulis bahwa "Tuhan kita merespon perempuan ini seperti yang Ia lakukan, bukan untuk menghancurkan imannya, tetapi untuk mengembangkan iman itu."2
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 414.
2 Warre...
Catatan Akhir:
- 1 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 414.
- 2 Warren W. Wiersbe, Be Loyal (Wheaton, Ill.: Victor Books, SP Publications, 1980), 103.
- 3 Lihat David Hill, The Gospel of Matthew, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 253; Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 401, n. 48; and W. F. Albright and C. S. Mann, Matthew, The Anchor Bible (Garden City, N.Y.: Doubleday & Co., 1971), 187.
- 4 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 178.
- 5 William Barclay, The Gospel of Matthew, vol. 2, 2d ed., The Daily Study Bible (Philadelphia: Westminster Press, 1958), 134-35.
- 6 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 575.
- 7 Morris, 409.
- 8 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 154.
- 9 Alfred Edersheim, The Life and Times of Jesus the Messiah, updated ed. (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1993), 517.
- 10 James Burton Coffman, Commentary on Matthew (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1977), 235-36.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) DOMBA-DOMBA YANG HILANG DARI UMAT ISRAEL (Matius 15:24)
Yesus diutus kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel (15:24). Ketika Ia mengutus para...
DOMBA-DOMBA YANG HILANG DARI UMAT ISRAEL (Matius 15:24)
Yesus diutus kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel (15:24). Ketika Ia mengutus para rasul-Nya untuk penugasan terbatas, Ia mengutus mereka hanya "kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel" (10:6). Hal ini tidak mencegah Dia untuk melayani orang non-Yahudi ketika kesempatan itu muncul (15:21-28). Yesus mengatakan kepada para rasul-Nya bahwa Ia memiliki "domba-domba lain" yang bukan dari Israel lahiriah. Ia berkata, "mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala" (Yoh. 10:16). Sekarang ini beberapa orang mengajarkan bahwa "domba-domba lain" itu adalah orang-orang dari berbagai denominasi. Itu tidak bisa benar. Ayat ini mengacu kepada orang-orang non-Yahudi. Rencana Allah adalah untuk menebus semua orang—orang Yahudi dan non-Yahudi—dalam "satu tubuh," gereja (Efe. 2:11-16).
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi